Oleh: Miftahul Muslim
To infinity and beyond, sebuah kalimat dari Buzz Lightyear yang merupakan tokoh fiksi di film Toy Story. Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah “menuju tak terbatas dan melampauinya”.
Ya, apa yang ditampilkan timnas U-23 Indonesia di Piala Asia U-23 2024 ini adalah gambaran nyata sebuah performa yang sangat melampaui ekspektasi sebagian besar masyarakat Indonesia. Shin Tae-Yong (STY) yang menjabat sebagai pelatih tim menghadirkan pola permainan yang benar-benar berbeda dari yang pernah dihadirkan oleh timnas Indonesia sebelumnya. Pola permainan yang konservatif, kaku, banyak long ball, dan diisi pemain-pemain yang kurang pengalaman tidak tampak di era STY.
Pemilihan pemain muda, pembenahan dasar bermain sepak bola, pengelolaan tim yang baik, dan mendorong pemain-pemain Indonesia untuk bermain di luar negeri agar mendapatkan jam terbang yang lebih baik membuktikan perubahan timnas Indonesia ke arah yang lebih baik. Ini semua membuktikan bahwa jika sepak bola Indonesia dikelola orang yang benar-benar mengerti, prestasi itu niscaya perlahan akan menghampiri.
Permainan timnas Indonesia di ajang Piala Asia U-23 2024 yang amat baik membuat kita semua lupa akan karut-marutnya sepak bola Indonesia. Buruknya pengelolaan pembinaan pemain muda, karut-marut kompetisi bahkan sampai di liga teratas, hingga adanya tuduhan bahwa mafia sepak bola masuk jajaran pengurus federasi sejenak seolah dilupakan masyarakat.
Bagi yang mengikuti setiap pertandingan timnas Indonesia di ajang Piala Asia U-23 2024 pasti ingat bagaimana Indonesia bisa mengalahkan Australia dan Yordania ketika fase grup. Kemudian yang membuat kita semua seolah tidak percaya adalah ketika timnas Korea Selatan berhasil disingkirkan oleh timnas Indonesia di fase gugur. Hal tersebut membuat timnas Indonesia di bawah asuhan Shin Tae-Yong seolah benar-benar menjadi antitesis dari wajah persepakbolaan Indonesia.
Sepak bola Indonesia yang di kancah Asia dianggap hanya sebagai negara underdog menampilkan permainan yang begitu atraktif. Sehingga kalimat mitos “sepak bola Indonesia butuh dikelola orang-orang yang benar mengerti” menjadi hilang tak berbekas. Hal itu karena STY benar-benar hadir di tengah-tengah sepak bola Indonesia sebagai seorang “penyelamat” untuk perlahan membenahi prestasi timnas Indonesia.
Penampilan timnas Indonesia di era STY ini pada akhirnya membuat stagnasi prestasi sepak bola Indonesia perlahan bergerak. Memang di ajang Piala Asia U-23 2024 kali ini Indonesia belum berhasil meraih juara. Tapi, sebagai tim debutan yang mencatat keikutsertaan pertama kalinya di kompetisi kelompok umur tingkat Asia dan menembus semifinal membuktikan bahwa progres perkembangan ke arah yang lebih baik benar-benar terjadi.
Maka tugas masyarakat sekarang harus meningkatkan kepedulian terhadap sepak bola Indonesia. Hal itu bertujuan untuk mengawal agar prestasi sepak bola Indonesia yang sudah mulai terlihat berjalan naik tidak kembali stagnan atau malah mengalami kemunduran.
Kita semua sudah bosan melihat sepak bola Indonesia hanya menjadi pelengkap saja. Kita semua juga sudah bosan disajikan dengan pengelolaan pembinaan yang buruk, mafia sepak bola yang mengakar mulai dari akar rumput sampai tingkat atas, sepak bola jadi sarang judi, yang kemudian kesemuanya itu menimbulkan karut-marutnya sepak bola Indonesia.
Maka dari itu, agar tidak terjebak kembali dalam stagnasi prestasi, mari kita kawal mimpi prestasi sepak bola Indonesia yang sedikit demi sedikit mulai terlihat nyata ini.
Miftahul Muslim
Sekretaris Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya