Sertifikasi Berstandar, Jaminan Kualitas Mutu Lulusan Pendidikan

0
25
Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Ace Somantri

Hari-hari yang cukup menegangkan bagi satuan sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pasalnya, dalam dua bulan tahun ini disibukkan dengan rekrutmen calon siswa dan mahasiswa baru yang bertepatan dengan akhir dan awal tahun ajaran sekolah maupun tahun akademik di perguruan tinggi.

Terlebih sekolah atau perguruan tinggi swasta. Mereka sangat khawatir dalam perasaan waswas hal ihwal keberminatan atau ketertarikan studi lanjut yang akan mendaftar masuk untuk menjadi siswa atau mahasiswa baru tahun ini.

Pilihan sekolah dari para calon siswa yang lanjut ke tingkat berikutnya ataupun pilihan kampus bagi calon mahasiswa baru sangat dan amat banyak pilihan. Berbagai cara dan strategi merayu dan membujuk agar mendaftar dan masuk pada sekolah dan perguruan tinggi yang ditawarkan.

Namun, penting jadi catatan bahwa saat menawarkan ada tanggung jawab moral yang benar-benar menjadi spirit kuat dan percaya diri untuk memberi tawaran agar menarik bagi calon siswa dan mahasiswa, melainkan harus mampu menggambarkan keterjaminan mutu lulusan.

Masukan dari masyarakat ataupun para ahli, di era global ini tidak ada tawar-menawar lagi terkait dengan kompetisi kompetensi dan keterampilan yang berstandar dan teruji tingkat nasional dan internasional. Istilah lain dalam dunia profesional yaitu sertifikasi profesi. Hanya saja, dalam konteks sertifikasi tidak hanya standardisasi lokal-nasional, melainkan sertifikasi keterampilan dan keahlian berstandar pengakuan internasional. Keterujian di lapangan akan membuktikan keterampilan dan keahlian yang dimiliki.

Konsekuensi dari tuntutan tersebut, penyelenggara dan pengelola sekolah berbasis kejuruan dan vokasi serta kampus penyedia tenaga terampil maupun tenaga ahli sebaiknya dan seharusnya saat proses dan isi pembelajaran saat dijalankan atas dasar standardisasi mutu yang dapat memenuhi standardisasi kebutuhan dari tuntutan pengguna lulusan, baik itu masyarakat industri dan bisnis maupun masyarakat pada umumnya.

Artinya, siapa pun penyelenggara pendidikan saat menawarkan programnya harus disertai keterjaminan mutu lulusan, baik itu bersertifikasi standar industri ataupun standar lain yang diterima dan diakui pada saat digunakan keterampilan dan keahliannya.

Standardisasi keterujian keterampilan dan keahlian tidak dapat ditawar dengan apa pun, kompetisi akan terus semakin selektif dan ketat. Bahkan, standardisasi bukan hanya hard skill, melainkan soft skill saat menjadi penguat yang sangat mendominasi saat menjalani pekerjaan atau aktivitas usaha.

Soft skill jalan panjang bagi siapa pun untuk menjaga dan memelihara ketangguhan mentalitas kinerja. Keterampilan dan keahlian saat digunakan akan ada umurnya, namun mentalitas akan terus membersamai sifat dan karakter hidup dan kehidupan di dunia juga menghantarkan kebaikan kelak di hari akhir.

Disadari atau tidak, gerbang pertama untuk masuk sebagai prasyarat diterima oleh pengguna adalah bukti keterujian keterampilan dan keahlian berstandar yang dimiliki. Selanjutnya seiring waktu, ketajaman skill dan keahlian akan terus dipertajam sesuai tuntutan kebutuhan dalam berkarya yang diperkuat oleh soft skill-nya. Kreativitas dan inovasi berkarya akan menjadi tantangan, itulah pentingnya sertifikasi akan menuntun, menjamin, dan menggaransi hasil kinerja.

Maka sangat penting keterlibatan para pihak yang memberi legitimasi dan melegalisasi keterampilan dan keahlian setiap profesi yang dimiliki, dalam hal ini Kemenaker sebagai penyedia infrastruktur pelatihan keterampilan yang tersebar di berbagai daerah melalui balai latihan kerja. Uji keahlian diuji oleh tenaga ahli, seperti oleh lembaga sertifikasi keterampilan dan keterlibatan pakar industri oleh persatuan insinyur Indonesia dan sejenisnya.

Mutu lulusan saat digunakan pihak user dari pelaku industri maupun berkarya untuk memulai bisnis akan terlihat dan dapat dirasakan sejauh mana keterampilan dan keahliannya. Standardisasi sekalipun mutlak, perlu dipahami oleh semua pihak bahwa hal tersebut merupakan batas minimum awal memulai menggunakan pengetahuan dan pengalamannya.

Artinya, standardisasi saat lulus dari ruang belajar dan latihan bukan kemahiran, melainkan standar minimum prasyarat memulai. Ada yang paling penting bagi penyelenggara industri tidak sepenuhnya mengandalkan skill dan keahlian saat awal masuk, melainkan harus ada peningkatan skill dan keahlian dalam rentang waktu tertentu secara berkala, terstruktur dan sistematis dan juga terukur sesuai kebutuhan prioritas dan mendesak.

Keterjaminan mutu lulusan juga bukan sekedar standardisasi dalam secarik kertas bentuk sertifikat yang sangat mungkin ada duplikasi dan copy paste. Keterjaminan lulusan saat ini akan tracking pengalaman dan browsing jejak digital. Hasil karya dari kreativitas dan inovasi yang dikerjakan menjadi referensi dalam menguji keterujian dan keterjaminan, sehingga pengetahuan dan pengalaman terintegrasi dalam satuan pembelajaran selama studi dan latihan.

Orientasi dan motivasi siswa dan juga mahasiswa harus ada data dan peta potensi yang dimiliki oleh mereka, penelusuran minat dan bakat penting diketahui termasuk penelusuran latar belakang dan kemampuan dasar juga perlu diketahui dengan menggunakan alat ukur yang diakui.

Saat ini perguruan tinggi, baik itu universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi berlomba-lomba merekrut calon mahasiswa baru tahun akademik baru. Yang ditawarkan tidak jauh mengandalkan prestasi yang umum paling mengenai program studinya sudah terakreditasi. Selebihnya tambahan-tambahan bumbu penyedap rasa dan varian rasa dengan bahasa yang dapat dipahami generasi milenial.

Sementara tawaran keterjaminan mutu lulusan rata-rata belum berani. Pasalnya, menyadari betul hasil evaluasi diri menunjukkan kemampuannya masih rata-rata dan di bawah standar. Mereka hanya menjamin proses pembelajaran akan dipenuhi sesuai tradisi yang sudah berjalan semestinya. Jikalau ada di antara penyelenggara satuan pendidikan tinggi berani menawarkan keterjaminan, hal itu sesuatu yang luar biasa.

Apa mungkin menawarkan keterjaminan mutu kepada calon mahasiswa, sementara pada umumnya perguruan tinggi tidak berani menjamin standardisasi yang diakui industri secara langsung, paling hanya memberikan bukti lulus dengan ijazah dan transkrip nilai. Sertifikasi keterampilan dan keahlian diserahkan secara mandiri untuk mencari dan mengakses sendiri, begitu pada umumnya lulusan perguruan tinggi mereka penyelenggara dan pengelola tak peduli apakah lulusan kerja atau tidak.

Yang penting mereka para mahasiswa lulus dan selanjutnya setelah lulus bukan lagi tanggung jawab pihak kampus saat di mana dirinya menempa ilmu dan sedikit pengalaman. Hal itu tidak salah, namun tanggung jawab moralitas sedikit hilang dalam jiwa dan karakter seorang yang beragama. Kalau sekadar sekolah atau kuliah,tnampaknya tidak akan berdampak pada perubahan cara berpikir dan berperilaku lebih maju.

Sertifikasi berstandar oleh lembaga sertifikasi profesi idealnya benar-benar berkolaborasi dengan perguruan tinggi, yang selama ini terpisah tanpa ada jaminan kemampuan kekinian yang up to date. Cukup bangga dan merasa hebat dengan gelar akademik, namun saat dibutuhkan dalam realitas sosial dan perkembangan teknologi terjadi gagap dan minder, ujung-ujungnya yang penting dapat pekerjaan seadanya untuk menghilangkan rasa malu dari status pengangguran.

Ijazah dan transkrip nilai disimpan rapi sebagai bukti sejarah pernah studi kuliah di perguruan tinggi. Jikalau tradisi ini dipertahankan, tidak mustahil institusi pendidikan menengah maupun tinggi lambat laun akan tutup perlahan dan berakhir tragis.

Hal itu sudah banyak bukti. Banyak sekolah dan perguruan tinggi bangkrut alias bubar. Untuk menghindari tersebut, segera kembali mengubah niat, maksud, tujuan maupun orientasi penyelenggaraan pendidikan serta manajemen pengelolaan. Adaptasi dinamika dan perkembangan sains dan teknologi, sosial, dan politik serta perkembangan lain yang memengaruhi sikap perilaku manusia menjadi mutlak diadaptasi dan diakselerasi sesuai kebutuhan dan tuntutan hari ini dan esok yang akan datang.

Semoga filosofi hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok yang akan datang harus lebih baik dari hari ini. Wallahu’alam.

Bandung, Mei 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini