Soal Polemik Investasi Telkomsel ke GOTO, Pengamat: Erick Diseret Karena Rising Star

0
183

KLIKMU.CO – Investasi Telkomsel ke GOTO senilai Rp6,4 triliun menuai tanggapan dan reaksi publik yang beragam. Investasi yang sejatinya telah memenuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan memenuhi aspek bisnis yang transparan dipelintir oleh beberapa pihak hingga menimbulkan polemik di ruang publik.

Dalam sebuah diskusi daring yang digelar oleh Radio Trijaya, pengamat pasar modal Fendi Susiyanto mengutarakan isu miring terkait adanya transaksi korporasi Group Telkom ke perusahaan startup GOTO harus diluruskan.

Menurutnya sudah menjadi kewajaran apabila perusahaan telekomunikasi berusaha keras untuk menumbuhkan perusahaannya agar menjadi sustain ke depan dengan cara mengakusisi perusahaan digital yang memiliki ekosistem yang bisa memberikan benefit yang besar.

Pasalnya, menurut Fendi pertumbuhan industri telekomunikasi cukup lambat baik dari sisi cashflow maupun revenue.

“Secara global hanya 3,3% rata-rata dalam jangka panjang stable growth, dari aspek pasar modal maupun bisnis cenderung akan konvergensi akan menjadi satu, yang melayani masyarakat maupun costumer,” terangnya.

Untuk itu, wajar kalau Grup Telkom perlu mencari inovasi untuk meningkatkan startegi business dengan menggaet strategic partner untuk bersama menumbuhkan ekosistem digital yang ceruk pasarnya di Indonesia masih sangat besar.

Dia menambahkan, langkah Investasi ini biasa terjadi di pasar modal. Fendi mengira isu ini tidak akan jadi besar kalau saja pihak-pihak yang sengaja meramaikan isu ini hingga bergulir di Komisi VI DPR mau sedikit mengikuti kajian internal Telkomsel saat ingin berinvestasi.

“Saat akan melakukan akusisi salah satu yang dilakukan adalah due diligence, feasibility study, kemudian oleh tim diajukan ke direksinya, lalu ke komisaris dan naik lagi ke pemegang saham, justru ini sangat proper. Ketat dan melibatkan banyak pihak,” kata Fendi.

Senada dengan Fendi, Akuntan dan CEO SW Indonesia Michell Suharli menimpali dari sisi akuntansi justru mengapresiasi langkah Telkomsel dan GOTO dalam keputusan mereka Go Public, itu berarti keduanya ingin masuk ke dalam ekosistem yang transparan, akuntabel dan siap dianalisa oleh publik.

Menurut Michell, nama besar Telkomsel dan GOTO lah yang membuat isu ini berhembus kencang. Menimbang laporan keuangan GOTO yang telah diaudit, arus cashflow perusahaan masih sangat besar, yakni Rp31 Triliun untuk Lapkeu tahun 2021.

Michell jadi pesimis kalau ada pihak yang menganggap GOTO tidak cukup punya uang. Justru secara free cashflow sangat cukup. “Laporan keuangan GOTO jelas sekali,” kata Pakar Akuntansi itu.

Jika dari sisi kepentingan ekonomi sudah dijelaskan, lain halnya dengan aspek politis. Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Muchlis Ainur Rofik dengan tegas mengatakan nama Erick Thohir lah yang menjadi daya tarik dari isu ini.

Muchlis menduga banyak pihak yang merasa berkibarnya Erick sebagai salah satu rising star di tahun politik 2024 menjadi gorengan pihak-pihak tertentu yang memiliki agenda yang sama di pemilu mendatang.

Seperti diketahui, Erick Thohir yang saat ini menjabat Menteri BUMN mewakili negara sebagai pemegang saham Grup Telkom sebesar 52,09 persen. Sementara injeksi modal ke GOTO melalui Telkomsel selaku anak perusahaan Telkom.

“Langkah bisnis Telkomsel masuk ke GOTO murni masalah bisnis, dan sudah banyak dilakukan di banyak negara. Edukasi ini diabaikan oleh sekelompok orang yang ada di DPR sekarang, isu ini subtil untuk dipolitisasi apalagi terkait dengan nama besar seorang Menteri yang jadi rising star di tahun politik 2024,” papar Muchlis.

Sebagai seorang pengamat dirinya telah menyisir akun-akun yang meramaikan isu ini. Terlepas dari aspek-aspek bisnis yang mengelilingi, isu investasi ini rentan masuk ke agenda persaingan politik yang terlibat.

“Hasil survei SMRC, Menteri BUMN ini new comer yang betul-betul baru masuk kabinet, dalam survei SMRC sudah sejajar dengan tokoh-tokoh politik. Potensi dia untuk menjadi rising star sangat besar,” papar Muchlis.

Erick masuk ke cluster kedua, hal itu menunjukkan potensi yang sangat besar. Memang di jajaran Komisaris GOTO ada nama Boy Thohir yang juga kakak Menteri BUMN itu, hanya saja porsi saham Boy di situ hanya nol sekian persen. Tidak bisa dikatakan adanya konflik kepentingan.

Menutup diskusi, Ditha Wiradiputra dari Lembaga Kajian Persaingan dan Usaha Universitas Indonesia mendorong pelbagai pihak agar dapat memberikan edukasi mengenai gambaran business model perusahaan digital kepada masyarakat.

Menurutnya, akan menjadi sangat aneh kalau Telkom hanya berdiam diri, sementara perusahaan multinasional raksasa seperti Tencent, Alibaba, Astra, maupun Google sudah masuk ke GOTO.

‘Saya ingin kita desak ke pengambil keputusan dari aspek-aspek bisnis. Telkom dihadapkan pada kondisi harus melakukan transformasi, kalau di kondisi sekarang Telkomsel atau Telkom hanya pemain di pinggir lapangan, padahal memiliki infrastruktur terbesar,” pungkas Ditha. [AIKaffa]

Keterangan gambar: Eric Thohir Menteri BUMN yang dinilai sebagai rising star dalam kontestasi politik jelang Pilpres 2024. (Foto: mediamerahputih.com)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini