Oleh: Fathan Faris Saputro
Anggota MPI PCM Solokuro Lamongan
Rina berjalan menuju sekolah dengan semangat, membayangkan pertemuan pagi bersama teman-temannya. Namun, ketika tiba di kelas, ia mendengar beberapa anak membicarakan seorang teman dengan nada mengejek. Meski tak ingin, ia terpaksa mendengarkan candaan yang menyakitkan tentang temannya itu.
Sepanjang jam pelajaran, pikiran Rina tak bisa lepas dari apa yang ia dengar tadi. Ia mulai bertanya dalam hati, mengapa mereka bisa begitu mudah menghakimi orang lain. Ia pun teringat bagaimana rasanya saat dirinya pernah menjadi bahan ejekan saat masih baru di sekolah.
Ketika jam istirahat tiba, Rina memutuskan untuk berbicara dengan teman-teman yang tadi ia dengar. Ia dengan hati-hati mengungkapkan betapa menyakitkan rasanya jika kita menjadi korban ejekan atau hinaan. Rina berharap mereka bisa mengerti dan mulai lebih peduli pada perasaan orang lain.
Salah seorang teman, Dita, tertunduk malu mendengar perkataan Rina. Ia mengaku sering ikut-ikutan mengejek hanya untuk merasa lebih diterima oleh kelompoknya. Namun, dalam hati, ia menyadari bahwa hal itu tidak membuatnya benar-benar bahagia.
Rina lalu mengajak teman-temannya untuk mencoba menghargai orang lain dengan lebih baik. Ia mengatakan, “Kita semua punya kekurangan, jadi mari belajar menerima tanpa merendahkan.” Mereka semua setuju bahwa hidup akan lebih indah jika diwarnai dengan sikap saling menghormati.
Sejak hari itu, Rina dan teman-temannya mencoba berhenti menyakiti orang lain dengan kata-kata. Mereka mulai saling mengingatkan ketika ada yang terlupa dan ingin berkata kasar. Perlahan, suasana kelas pun menjadi lebih ramah dan menyenangkan bagi semua orang.
Tindakan kecil mereka membawa perubahan yang nyata, tidak hanya di kelas, tapi di lingkungan sekolah. Rina pun merasa lega bahwa ia telah berani berbicara untuk kebaikan bersama. Ia yakin bahwa menghormati orang lain adalah cara terbaik untuk menciptakan kebahagiaan bersama.
Hari demi hari berlalu, dan perubahan semakin terlihat di sekitar mereka. Teman-teman yang dulu gemar mengejek kini mulai membuka diri untuk lebih mengenal satu sama lain. Mereka belajar bahwa setiap orang memiliki kelebihan yang bisa diapresiasi, bukan hanya kekurangan yang harus dikritik.
Rina juga merasakan ikatan persahabatan yang lebih dalam dengan teman-temannya. Mereka mulai mendukung satu sama lain dalam hal-hal kecil, seperti membantu belajar atau mendengarkan keluh kesah. Kini, kelas mereka tak lagi dipenuhi suara ejekan, melainkan tawa dan cerita yang menyenangkan.
Suatu ketika, Dita datang kepada Rina dan berterima kasih atas nasihatnya waktu itu. Ia menyadari bahwa berhenti merendahkan orang lain membuatnya lebih percaya diri dan bahagia. Dita bahkan mulai menolong siswa-siswa lain yang sering diejek, mengajak mereka bermain dan berbagi cerita.
Perlahan tapi pasti, sikap positif ini menular ke siswa lain di sekolah. Kepala sekolah bahkan memuji perubahan sikap kelas mereka sebagai contoh yang baik untuk seluruh sekolah. Rina dan teman-temannya merasa bangga bahwa mereka telah berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih ramah.
Pengalaman ini membuat Rina menyadari betapa besar dampak dari sikap menghormati sesama. Ia tahu, meski perubahan ini tampak kecil, efeknya sangat berarti bagi mereka yang dulu sering merasa direndahkan. Rina yakin bahwa dunia akan menjadi lebih baik jika semua orang memilih untuk saling menghargai.
Di hari kelulusan, Rina berharap sikap positif ini akan terus mereka bawa ke mana pun mereka pergi. Ia percaya bahwa menghormati sesama adalah bekal terbaik yang bisa mereka terapkan di kehidupan mendatang. Dan ia pun merasa lega, karena tahu bahwa ia dan teman-temannya telah melakukan sesuatu yang benar untuk diri mereka dan orang lain. (*)