Sumpah Pemuda di UMM, Ribuan Tokoh Lintas Agama Serukan Persatuan

0
4
Ribuan tokoh lintas agama menghadiri acara Sumpah Pemuda di UMM. (Humas/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Untuk merayakan Sumpah Pemuda ke-95, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bekerja sama dengan Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKAUB) Malang menggelar talk show Generasi Muda Lintas Agama dan Kepercayaan.

Dalam acara yang dilaksanakan pada Selasa (31/10) itu, ada ribuan peserta dari 72 lembaga yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda.

Bahkan mereka juga bahu-membahu memberikan penampilan yang mengangkat tema persatuan dan toleransi anak-anak muda. Mulai tari nusantara, kuda lumping, pembacaan teks proklamasi, teatrikal dan sebagainya. Bahkan Rektor UMM juga menyampaikan puisi menarik dalam rangkaian acara.

Turut hadir para pembicara nasional dalam talk show tersebut. Yakni Kepala Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo. Kemudian Asisten Deputi Revolusi Mental Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) Maman Wijayan.

Romo Benny menjelaskan bahwa penggunaan bahasa Indonesia menjadi salah satu faktor yang memperkuat keutuhan bangsa. Menjadi kekuatan bagi masyarakat Indonesia untuk bersatu meski memiliki latar belakang suku, ras, serta agama yang berbeda.

“Komunikasi itu sangat penting. Kita punya satu bahasa pemersatu, yakni bahasa Indonesia yang memiliki dampak rasa kekeluargaan yang sangat kuat. Kita ambil contoh India yang sampai saat ini masyarakatnya sulit bersatu karena tidak memiliki bahasa pemersatu seperti kita,” katanya.

Romo Benny juga memberikan apresiasi tinggi pada Kampus Putih. Menurutnya, meski merupakan kampus berbasis Islam, UMM mampu mengimplementasikan kerukunan antarumat beragama. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya rasa eksklusif pada diri sivitas akademika Kampus Putih, termasuk para anak mudanya.

Rektor dan Wakil Rektor UMM bersama sejumlah tokoh lintas agama di Dome UMM. (Humas/KLIKMU.CO)

Sementara itu, Maman Wijayan menilai, kini generasi muda menghadapi tantangan pola pikir yang skeptis sekaligus memasuki era post-truth. Maka, ia mewanti-wanti agar para pemuda selalu waspada terhadap musuh-musuh ideologi Pancasila. Termasuk musuh yang kini tidak ada wujudnya secara fisik, namun dapat membahayakan pola pikir.

“Kalau zaman dulu sebelum kemerdekaan, sudah jelas musuh kita adalah penjajah. Namun, saat ini, musuh kita sudah bertransformasi menjadi penjajah yang tidak terlihat. Saya mewakili Kemenko PMK RI harus mengatakan kepada kalian semua untuk tetap untuk berhati-hati dengan ideologi transnasional,” tegasnya.

Menurut dia, ideologi transnasional yang berbahaya tersebut dapat memuncukan berbagai pandangan-pandangan yang menciptakan kembali neo-komunisme serta neo-liberalisme. Apalagi mengingat bahwa ideologi ini dapat mudah masuk ke anak-anak muda yang masih belum matang dalam alur logikanya.

“Maka, jangan bosan-bosan menambah ilmu dan memperkuat ideologi Pancasila. Pemikiran dengan alur logika yang kurang matang itu berbahaya. Apalagi jika tidak selektif dalam memilah informasi di era digital,” tegasnya.

(Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini