Sumenep, KLIKMU.CO – Akhir Juni 2023 lalu, Tim Matching Fund Mokorbef “Modified Koro Bean Flour” UMM Bersama mitra aKancatani dari Sumenep melakukan survei lapangan untuk menggali kebutuhan peningkatan produksi tanaman kacang koro. Hasil survei tersebut berhasil memetakan besarnya potensi pertanian koro di Sumenep.
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Dr Elly Purwanti MP Ketika ditemui di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM beberapa waktu lalu.
“Seperti yang kita ketahui, koro saat ini masih menjadi tanaman marginal yang tidak banyak dimanfaatkan untuk dijual karena memang harga dan pamornya jauh dibandingkan saudaranya, yaitu kedelai. Namun, di balik itu semua, koro menyimpan potensi untuk dapat dikembangkan menjadi tanaman komoditas utama, apalagi Sumenep memiliki lahan kering yang sangat cocok sebagai lahan budi daya koro,” ujar dosen senior di FKIP UMM ini.
Dr Elly juga menambahkan, kacang koro ini memiliki segudang manfaat. Di antaranya sebagai penambah asupan mineral dan peremajaan sel sehingga sering dijuluki sebagai pangan fungsional.
Survei ini dibagi menjadi dua tim, yakni tim yang bertugas mengunjungi Desa Grujugan sebagai kandidat lokasi budi daya koro dan tim yang mengunjungi rumah produksi tim aKancatani.
Tim lapangan yang terdiri atas Drs Wahyu Prihanta MKes dan Dra Sri Wahyuni MKes menyatakan bahwa lokasi penunjukan Desa Grujugan sebagai kandidat lahan budi daya koro memang sudah tepat.
“Hal ini selain karena faktor geologis yang mendukung, juga karena kondisi sosial ekonomi masyarakat. Desa tersebut perlu bantuan untuk sentuhan teknologi untuk pembudidayaan koro ini,” ujar Wahyu Prihanta.
Senada dengan Wahyu Prihanta, Kepala Desa Grujugan Didik Susanto mengatakan bahwa pihaknya memang bercita-cita bahwa masyarakat di Desa Grujugan, khususnya petani, dapat berkembang dan menjadi maju.
“Syukur alhamdulillah dengan program Matching Fund antara UMM dan aKancatani ini insya Allah para petani desa kami dapat meningkat ekonominya dan tidak tergantung dengan pangan yang itu-itu saja (beras, Red), dan dapat memanfaatkan yang ada di sekitar kita, salah satunya ya koro ini,” kata Didik Susanto.
Kunjungan tim ke rumah produksi yang dilakukan oleh Dr Elly Purwanti dan Dra Roimil Latifa MSi MM ini menegaskan bahwa tim aKancatani merupakan mitra yang tepat. Mitra ini memiliki peralatan penepung.
“Di sini sudah cukup lengkap. Terbukti dengan adanya kegiatan produksi tepung bawang yang bahkan diekspor hingga ke Belanda. Kami optimis pengembangan tepung koro yang kita beri nama Mokorbef (Modified Koro Bean Flour) yang kita garap dengan mitra aKancatani dapat sesuai dengan harapan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan mengurangi ketergantungan pada tanaman padi dan kedelai,” pungkas Elly selaku ketua Matching Fund. (Husamah/AS)