13 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Buletin Ad-Dakwah Kajian Opini

Syukur Hadirkan Berkah

oleh: Drs. Syamsun Aly, MA. *)

Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” [QS. Ibrahim (14): 7]

Kebanyakan orang menginginkan keberkahan dalam hidupnya (selalu diberi kenikmatan dan kecukupan). Karena itu merupakan karakter dasar manusia yang telah ditetapkan oleh Alloh dalam QS. Ali Imran (3): 14.

Untuk menggapai keberkahan tersebut ditempuhlah berbagai cara dan dengan sekuat tenaga, namun seringkali hasil yang diperolehnya jauh dari apa yang menjadi dambaan semula, atau bahkan sebaliknya. Mengapa demikian…?

Ya, karena manusia acapkali menggunakan logika semata dan lupa bahwa yang memberikan keberkahan itu cuma Alloh yang Maha Pemurah. Jadi harus menggunakan tata cara yang dituntunkan oleh-Nya, dalam upaya menghadirkan berkah dalam hidup di dunia.

Ada 2 (dua) cara yang bisa menghadirkan kenikmatan dan keberkahan dalam hidup ini, sebagaimana dijelaskan Alloh dalam al-Qur’an:

1. Bersyukur kepada-Nya

Makna bersyukur di samping menyatakan dalam hati dan ucapan, lebih ditekankan pada amal perbuatan. Yakni memanfaatkan segala pemberian sesuai dengan kehendak sang pemberi. Misalkan kalau kita berziarah ke rumah orang yang baru datang haji lalu diberi oleh-oleh sajadah dari tanah suci, maka kita manfaatkan sajadah itu untuk mendirikan shalat seraya berdo’a agar kita segera diberi kemudahan oleh Alloh untuk menunaikan ibadah haji. Bukan malah kita gunakan untuk alas tidur atau setrika.

clip_image002

Demikian halnya jika kita diberi nikmat oleh Alloh, di samping kita mengucapkan alhamdulillah, juga kita berikan sebagian rizki nikmat tersebut kepada fihak-fihak yang membutuhkannya, baik dalam urusan sabilillah maupun untuk kepentingan manusia. Sikap seperti itulah yang menyebabkan ditambahnya nikmat lebih banyak lagi oleh Alloh (simak awal QS. Ibrahim (14): 7 di atas, juga al-Baqarah (2): 261 dan ar-Rum: 39).

2. Beriman dan Bertaqwa kepada-Nya

Beriman dan bertaqwa juga syarat hadirnya berkah Alloh dalam kehidupan dunia. Sebagaimana janji Alloh dalam QS. al-A’raf (7): 96.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [QS. al-A’rof (7): 96]

Secara logika mestinya Indonesia lebih makmur dibanding Arab Saudi, karena di Indonesia tanahnya subur dan curah hujannya teratur. Sehingga menanam apa saja bisa tumbuh dan dipanen hasilnya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Sementara di Arab Saudi tanahnya tandus, berupa padang pasir dan bukit bebatuan, yang jarang sekali turun hujan, sehingga tidak ada tanda-tanda kehidupan. Namun kenyataannya lebih makmur di banding negara kita. Aneka buah, sayuran, ikan serta jenis makanan apa saja ada di sana.

Itulah kebenaran janji Alloh dalam QS. al-A’raf (7): 96 di atas, yakni melimpahkan keberkahan pada suatu negara yang penduduknya terutama pemimpinnya beriman dan bertaqwa kepada-Nya, serta mau menegakkan hukum Islam untuk mengatur kehidupan ini.

MENGAPA INDONESIA TIDAK BERKAH?

Ada beberapa penyebabnya, antara lain:

1. Tidak mau mengamalkan hukum Alloh dan lebih memilih hukum buatan manusia yang sarat kepentingan dan bersifat subyektif.

2. Tidak pandai bersyukur atas nikmat yang diterima, sehingga masih banyak yang melakukan korupsi atau kejahatan lain yang merugikan kehidupan bangsa dan negara.

3. Umumnya para pemimpin atau pejabat belum bisa bersikap amanah, sehingga banyak kekayaan alam yang pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepada pihak asing, sementara negara atau daerah hanya dapat bagian yang amat sedikit.

4. Keimanan dan ketaqwaan hanya sebagai simbol dan belum sebagai jiwa yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam memimpin dan mengurus negara.

5. Kebijakan dan aturan yang dibuat lebih menguntungkan pihak asing atau pihak yang punya modal, dan bukan untuk rakyat secara umum.

6. Lebih mengutamakan kepentingan jangka pendek, dan melupakan kepentingan jangka panjang.

Beberapa sikap dan perilaku di atas bukanlah wujud syukur terhadap nikmat Alloh, tetapi justru mengkufuri serta mendustakan-Nya. Oleh sebab itu wajar jika yang turun bukanlah tambahnya nikmat dan berkah, melainkan adzab, bencana dan berbagai problematika. Sebagaimana janji-Nya:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. [QS. Ibrahim (14): 7]

Na’uudzu billaahi min dzaalik

*) Penulis: Guru SMKM 1, Dosen FE UMS, Khotib & Ketua Lazismu Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *