Oleh: Ace Somantri
KLIKMU.CO
Semangat dan spirit bermuhammadiyah didasarkan atas kehendak dan kemauan pada jiwa warga Muhammadiyah, berazam dan sekaligus berniat menjalankan segala hal ihwal gerakan Islam di Muhammadiyah di mana pun berada. Mentalitas dan spiritualitas sebagai warga persyarikatan, mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, sesuatu yang sangat diperhatikan dan menjadi konsentrasi gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dalam sekala global.
Namun, bukan berarti sesuatu di depan mata abai dan dibiarkan, melainkan Muhammadiyah diharapkan tidak terus terjebak dalam lingkaran yang absurd dan ambigu. Sangat memungkinkan ketika gerak langkah persyarikatan menjangkau luar negara di mana Muhammadiyah berdiri dan lahir, justru akan mendapat petunjuk lebih jelas, yaitu strategi jitu, tepat, dan akurat untuk mengurai benang kusut yang berada di negeri sendiri.
Kekuatan Muhammadiyah bukan hanya ada dalam budaya bangsa dan negara, melainkan ada pada dasar acuan dan kerangka amal kemanusiaan yang diturunkan dari ajaran ilahiyah Sang Pencipta Alam Semesta yang Maha Suci. Kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia pemikiran keislaman, para ahli dan pakar dunia Islam sepakat bahwa Islam diturunkan untuk membenahi dan memberi solusi hidup saat ini terjadi dan hari esok yang akan muncul, juga memberi kunci sekaligus untuk membuka jalan keselamatan dunia dan akhirat.
Fakta dan realitas, sekalipun hari ini ada kesan bangsa dan negara di belahan dunia mayoritas umat Islam cenderung mempertahankan budaya konsumtif dan hedonistik, padahal spirit nilai-nilai beragama dalam Islam lebih komprehensif, integratif, dan universal. Sehingga tidak ada alasan umat Islam selalu berpangku tangan kepada umat lain seolah tak berdaya.
Universalitas Islam yang hari ini terlihat muncul dalam permukaan lebih pada simbolisme semata. Nilai substansi keislaman yang genuine tidak terlihat dalam kancah global. Bukan ajarannya, melainkan umatnya yang terindikasi banyak tertinggal jauh dari umat lain, padahal ajaran Islam yang diturunkan lebih lengkap dan sempurna tak ada yang menandingi.
Persoalan yang dihadapi umat Islam saat ini hingga hari esok yang akan datang lebih kepada tantangan dinamika kehidupan yang semakin serbacepat bak kilat memancarkan cahaya dalam kegelapan. Kecepatan dinamika tersebut, bagi umat manusia yang cerdik, kreatif, dan inovatif akan mengambil kilatan tersebut menjadi energi. Maka energi tersebut akan menjadi kekuatan dahsyat untuk dikapitalisasi berharap dapat melahirkan dan mendatang nilai material terus-menerus selama sistem rekayasa senantiasa di-upgrade sesuai kebutuhan dan pengembanganya.
Pun sama apa yang harus dilakukan oleh Muhammadiyah, harus lebih agresif dan progresif dalam berinovasi daripada yang dilakukan oleh kekuatan perseorangan atau entitas kecil lainnya. Muhammadiyah dengan kekuatan full sangat optimis, internasionalisasi tidak berhenti hanya pada pembentukan struktural cabang dan ranting istimewa di berbagai negara, melainkan mengakselerasi ilmuwan genius persyarikatan dapat menembus tembok-tembok kekuasaan di mana Muhammadiyah ada di suatu negara tertentu. Dengan kekuatan ilmu dan amal harokah (perbutan menggerakan) yang terorganisir dengan baik dan benar, tidak mustahil Muhammadiyah menjadi entitas dunia yang memiliki bergaining position di dunia masyarakat Global.
Tajdid teknologi tawaran paling praktis dan paragmatis untuk mempercepat gerak langkah majunya persyarikatan pada pentas di panggung dunia pada masyarakat global. Varian demi varian penemuan sistem teknologi yang berfungsi merubah tatanan dunia, Muhammadiyah tidak boleh diam apalagi gagap. Kekuatan sumber daya yang tersebar di seantero nusantara sangat yakin apabila vibrasinya menggetar alam jagat raya akan mampu memengaruhi penduduk dunia atau masyarakat global untuk turut urun rembug membebaskan dunia dari segelintir komunitas kekuasaan global yang tiran. Tidak ada yang mustahil bagi umat Islam atau warga Muhammadiyah menjadi oase dunia, memberi secercah harapan penduduk dunia dalam merevitalisasi peradaban dunia yang humanis dan adil.
Pembaharuan teknologi sangat dinamis, terlewati sedikit saja akan tertinggal jauh karena akan usang ditelan masa nilai guna produk teknologi yang terlewati. Tajdid teknologi harus berangkat dari sumber, cara dan model berfikir pada sebuah hasil produk dalam rekayasa sistem. Bukan terjebak pada nilai guna produk semata, melainkan tajdid teknologi filosofinya harus dapat dikuasai dan difahami mulai dari sumber hulu ilmu hingga hilirnya bernilai guna.
Sehingga manakala ada tuntutan perubahan seketika tidak terjadi gagap, kaget dan kalangkabut bingung harus berbuat apa. Tanpa disadari selama ini, umat muslim pada umumnya hanya penerima varian produk teknologi untuk dikonsumsi, bukan memproduksi.
Wajah dunia kian hari semakin ruam dan runyam, teori konspirasi global terus menebar melalui medai sosial dunia maya. Muhammadiyah entitas yang diperhitungkan masyarakat dunia harus hadir menjadi magnet warga dunia untuk bersama melakukan tajdid teknologi untuk menolong sesama penduduk dunia.
Indonesia hanya bagian kecil sebagai objek gerakan pembaharuan berbagai aspek kehidupan manusia pada masayarakat global menuju tatanan dunia yang adil, jujur, dan beradab. Di belahan dunia, dengan spirit Al-Qur’an sebagai pembawa rahmat alam semesta di muka bumi, yakin sekali Muhamadiyah ke depan akan menjadi kiblat peradaban dunia. Wallahu ‘alam. (*)