“Allah meneguhkan pendirian orang beriman dengan ”ucapan yang meneguhkan”, baik selama ia hidup di dunia, maupun di akhirat nanti, dan membiarkan sesat orang yang zalim. Dan Allah melakukan apa saja yang Dia kehendaki.” (Q.S. Ibrahim:27).
Ali bin Abi Tholib pernah berkata, “Perlakukan anak usia 0 sampai 8 tahun, sebagaimana Anda memperlakukan seorang raja. Perlakukan anak usia 8 sampai 15 tahun, sebagaimana Anda memperlakukan seorang tawanan perang. Untuk anak usia 15 sampai 23 tahun, maka perlakukan anak sebagaimana seorang teman atau sahabat.”
Dalam pandangan psikologi dikatakan bahwa usia 0 sampai usia 8 tahun adalah usia tanam. Artinya apapun yang diucapkan orang dewasa, apapun yang dilakukan dewasa, seorang anak tidak pernah bertanya benar atau salah. Anak selalu mengikuti apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang-orang dewasa yang ada di sekelilingnya, terutama orang tua dan guru. Bahkan dikataan bahwa anak usia di bawah 8 tahun adalah masa keemasan (golden age).
Bukan hanya masalah perilaku, termasuk juga masalah perkembangan otak. Anak mengalami perkembangan otak yang sangat dahsyat disaat usia 0 sampai 5 tahun, yaitu 60%. Ketika memasuki usia 8 tahun, bertambah 20% sehingga mencapai 80%. Adapun sisanya yang 20% adalah di atas usia 8 tahun.
Gambaran di atas menunjukkan betapa dahsyatnya masa-masa keemasan anak. Justru inilah masa-masa yang membutuhkan perhatian serius. Masa-masa ini anak masih dalam pangkuan bunda dan memasuki awal-awal pendidikan di sekolah, baik itu di TK maupun SD kelas 1 dan 2. Cermin perilaku orang tua dan guru-guru di awal pembentukan sebagai pondasi yang perlu penguatan.
Pendidikan di Taman Kanak-kanak atau yang sering disebut dengan TK memberikan andil yang sangat besar dalam meletakkan pondasi generesi. Terutama TK Aisyiyah yang membina ribuan TK di Indonesia, tidaklah main-main. Ini menjadi taggung jawab yang besar dalam membangun masa depan bangsa. Negera ini sangat berharap banyak dari dunia pendidikan dan itu semua diawali dari penguatan pondasi yang kokoh di TK.
Penguatan pendidikan tercermin dari perilaku dan ucapan orang-orang dewasa, yaitu orang tua dan guru. Perilaku dan ucapan yang bijak akan selalu meneguhkan hati anak. Anak selalu melihat perilaku dan ucapan, tanpa menanyakan benar atau salah. Perilaku dan ucapan itulah yang aka selalu dikenang dan disimpan didalam memori jangka panjang.
Sebaliknya, kegagalan di masa-masa keemasan, akan terus terbawa untuk masa selanjutnya. Masa keemasan tidak akan terulang kembali. Dalam berbagai kasus yang dialami oleh orang dewasa, justru deteksi ditelusuri pada masa usia dini, yaitu masa usia 0 hingga 8 tahun. Untuk itulah penanganan anak usia dini di TK perlu keseriusan, tidak sekedar ada, tetapi perlu pembinaan berkelanjutan agar pembentukan sikap dan otak berkembang pesat secara positif.
Perlakuan orang tua dan guru terhadap anak usia dini sangatlah special. Sikap dan tutur kata orang tua kepada anak sangatlah berhati-hati, bak kepada raja. Pada saat usia dini, perilaku dan ucapan kuat melekat dan sulit terlupakan. Anak akan memiliki keinginan atau minat yang tumbuh dari sikap guru dan orang tua. Tentunya karena penguatan kata-kata yang berbekas/berkesan yang mampu meneguhkan hati anak.
Guru dan orang tua tidak boleh menganggap enteng kata-kata. Justru kata-kata memiliki kekuatan yang dahsyat dalam membentuk perilaku anak. Ada dua kata kunci agar mampu memberikan pondasi generasi yang tangguh, yaitu taqwa dan kata-kata.
“Dan hendaklah kalian takut kepada Allah, andaikata sesudah wafatnya meninggalkan generasi yang lemah, yang mereka khawatirkan nasib mereka akan terlunta-lunta. Karena itu hendaklah mereka taqwa kepada Allah dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut.” (Q.S. An-Nisa’:9).
Kata-kata yang baik adalah kata-kata yang positif yang berkesan. Kata-kata yang mampu meningkatkan motivasi moral-spiritual. “Dan ucapkanlah kepadanya perkataan yang berbekas/terkesan dalam jiwanya” (Q.S An-Nisa’:63).
Kegagalan anak pada usia 0 sampai 8 tahun (usia tanam) akan terbawa pada usia 8 sampai 15 (usia model). Pada usia model, anak ingin mencari jati diri, ingin pengakuan. Anak akan mencari bentuk dan model yang disukai. Selanjutnya, kegagalan pada usia model, akan terbawa sampai pada usia 15 sampai 23 tahun (usia sosial). Justru meledaknya persoalan kebanyakan muncul di usia sosial ini. Anak mulai mengenal lawan jenis. Anak sudah membangun sebuah komunitas, yang kadang-kadang salah langkah jika tidak ada pembimbingan dan pengawalan sejak dini.
Persoalan remaja yang saat ini menjadi sorotan tajam adalah akumulasi dari persoalan sebelumnya. Baik itu dari usia model maupun usia tanam. Sikap dan kata-kata orang tua maupun guru tak lagi berbekas/berkesan hingga mampu meneguhkan hati anak. Apalagi ditambah pengaruh lingkungan yang sulit dijadikan teladan. Hal ini semakin memperparah keadaan.
Berikan layanan yang baik untuk anak-anak kita ketika masih berada di usia tanam, yaitu usia TK. Justru anak-anak inilah yang kelak akan menjadi penerus generasi. Mereka akan menjadi pemimpin dengan sikap dan kata-kata yang baik dari orang tua dan guru. Kata-kata yang berbekas/berkesan yang dapat meneguhkan hati anak. Itulah modal utama yang dibangun sebagai pondasi generasi yang akan datang.
Oleh : Ruhama, S.Pd.
Pengurus Dikdasmen Aisyiyah Mulyorejo