8 April 2025
Surabaya, Indonesia
Berita Kajian Profil

TAWASUL PADA RUH AHLI KUBUR

ziarah kubur

Dalam kehidupan masyarakat Islam Indonesia, sering kita saksikan adanya praktek tawasul pada ruh ahli kubur. Misalnya di kubur/makam wali songgo, kuburan orang-orang shalih, dan yang dianggap keramat atau memiliki kharisma tertentu.

Tujuan ziarah kubur bukan untuk mengingat mati atau mendo’akan  ahli kubur, melainkan berdo’a, memohon keselamatan dan keberkahan kepada arwah kubur, atau memohon kepada Allah melalui  ruh (jamak=arwah) ahli kubur tersebut.

Umumnya masyarakat melakukan ritual seperti ini karena merasa dirinya banyak dosa sehingga do’anya tidak terkabul. Karena itu ia minta bantuan (bertawasul) kepada ruh ahli kubur orang-orang shalih itu, untuk melangsungkan permohonannya kepada Allah swt. Ritual ini kemudian dikenal dengan istilah TAWASUL/ber-WASILAH yang artinya

perantara atau penyambung lidah (Jawa : Makelar).

Dalil yang dijadikan pedoman tawasul kepada ruh ahli kubur adalah firman Allah dalam QS 5 / Al-Maidah ayat 35 di atas, yang diartikan : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan carilah wasilah (perantara) kepada-Nya, dst…”

Kenapa harus pada ruh ahli kubur…? ya…, karena do’a orang-orang shalih ahli kubur itu diyakini mudah terkabul (manjur), maka dijadikannya sebagai wasilah, perantara do’a / hajatnya kepada Allah swt.

Kan sudah mati… masak bisa mendo’akan yang masih hidup?. Bisa saja, jawab mereka yang bertawasul. Bukankah arwah syuhada’ itu tetap hidup. Kalau nggak percaya, silakan baca firman Allah dalam QS al-Baqarah ayat 154.

BAGAIMANA MAKSUD SEBENARNYA

Jika kita mencermati terjemahan al-Qur’an oleh Depag RI, maka ayat ke 35 dari surat al-Maidah di atas, diartikan sebagai berikut : ”Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri  kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Menurut terjemahan Depag ini, Wasilah diartikan jalan yang mendekatkan diri (kepada Allah, pen). Sedang menurut ahli tafsir (Mufassir), wasilah diartikan lebih detail lagi yakni,   اي تقربوا الى الله بطاعته والعمل بما يرضيه Mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan apa yang dapat menghadirkan ridlaNya (baca Tafsir Ibnu Katsir (al-Qur’an al-Azhim) juz 2 halaman 52 & at-Tafsir al Muyassar halaman 113 ).

Adapun yang dimaksud ayat 154 dari al-Qur’an Surat al-Maidah adalah : “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi kamu tidak menyadarinya.”

Pengertian hidup dalam ayat di atas adalah “hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini (dunia), di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup (mereka) itu.” Demikian penjelasan Depag RI dalam al-Qur’an dan Terjemahnya.

Oleh karena itu ruh mereka (syuhada’) sudah tidak bisa lagi berhubungan apalagi membantu hajat orang-orang yang masih hidup. Bukankah Nabi saw. telah menegaskan: ” Apabila anak Adam (manusia) telah mati, terputuslah amalnya kecuali 3 hal, Shadaqah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang medo’akannya”.

Perintah berziarah kubur dalam Islam, bukan untuk meminta bantuan agar ruh kubur dapat mendo’akan, apalagi meminta keselamatan, syafaat dan berkah kepadanya. Karena itu perbuatan syirik, dosa terbesar yang tidak terampunkan (QS. 4:116) dan dapat menghapus seluruh amal kebajikan. (QS. 6 :88 dan QS. 39 : 65).

Tujuan ziarah kubur adalah untuk mendo’akan para ahlinya sekaligus untuk mengingat kematian. Sementara yang bisa mengabulkan do’a manusia, baik yang banyak dosa maupun yang terjaga dari dosa, hanyalah Allah semata. seperti janji-Nya :  “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdo’a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (QS. 40/ Ghafir/Al-Mu’min : 60).

Para Nabi, Shahabat, Tabi’in, Ulama’ Wali, apalagi kyai yang sudah mati, sama sekali tidak bisa mengabulkan do’a atau permohonan manusia, sekecil apapun. Oleh karena itu jangan pernah tawasul apapun pada arwah mereka.

CONTOH TAWASUL YANG BENAR

Dalam Kitab Riyadhus-Shalihin dikisahkan : ”Ada 3 pemuda yang berteduh dalam goa karena kehujanan. Tiba-tiba mulut goa tertutup oleh batu besar dari atas, sehingga menyebabkan mereka tidak bisa keluar darinya. Ketiganya lalu bertawasul dengan amal terbaik yang pernah dilakukan secara bergatian. Berkata pemuda pertama : Ya Allah, aku dulu punya tukang gembala ternak-ternakku. Suatu ketika ia pulang mendadak karena ada susulan dari keluarganya dan aku belum sempat memberi upah padanya. Karena lama tidak kembali, maka upah ternak bagiannya saya pisahkan hingga berkembang biak. Suatu ketika pengembala tersebut datang untuk meminta haknya, lalu kukatakan : ambillah semua ternakmu yang ada di kandang sebelah itu! Jawab pengembala : Tuan, saya hanya meminta upahanku, mengapa Tuan olokkan aku? Saudaraku… aku berkata sebenarnya, ternak upahanmu yang dulu kini sudah berkembang menjadi banyak dan sudah aku ambil sebagian untuk biaya perawatannya, jadi ini semua milikmu.” Ya Allah jika amal tersebut merupakan persembahanku yang terbaik kepadaMu, maka jadikan ia sebagai wasilah agar Engkau bukakan pintu gua ini. Bergeserlah sedikit batu besar tadi hingga cahaya dan udara bisa masuk. Pemuda ke 2 dan ke 3 juga melakukan tawasul yang sama dengan amalan terbaik masing-masing. Ringkas kisah, batu penutup tersebut bergeser hingga terbukalah mulut goa, lalu ketiganya bisa keluar dari goa. Wallahu A’lam.

Oleh : Syamsun Aly, M.A. (Guru SMKM 1 & Ketua Lazismu Surabaya)

11 Comments

  • syafiul umam 2 Juni 2014

    Artike yang bagus….semoga bermanfaat bagi para pembaca

  • Ahmad Nadhori 3 Mei 2015

    meski tulisan tersebut memang benar, cuman ada kesan yang tersirat untuk memojokkan golongan tertentu yang mentradisikan ziarah kubur , padahal mereka pun juga faham akan maksud dan tujuan ziarah kubur yaitu mendo’a kan para ahli kubur seperti yang tersurat dalam hadits diatas yaitu ولد صالح يدعو له . kalaupun mereka mereka menziarahi makam wali songo dan juga orang orang sholeh tidak lain hanyalah mendo’akan nya sebagai wujud dari rasa terima kasih mereka terhadap jasa jasa nya dalam menyebarkan agama islam di negeri ini sehingga kitapun mengenal dan bisa mendalami islam . saya kira orang orang yang suka ziarah kubur biasanya pemahaman agama mereka lebih matang [ karena dekat dengan dunia pesantren ] di banding mereka yang sokmodern yang ilmu cuman bersumber dari gramedia yang nggak bisa membedakan mana ز dan mana ظ – ذ

    • Muhammadiyah Surabaya 11 Mei 2015

      Terimakasih atas komentar dari Bp Ahmad.
      Artikel ini, tidak lain, menyajikan konsep Tawasul menurut pandangan penulis. Boleh jadi ada yang sependapat dan ada pula yang tidak sependapat.
      Kalau ada pernyataan yang secara tegas menyudutkan atau menjelek-jelekkan golongan tertentu, mohon kami diberi tahu, akan kami revisi.
      Semoga Alloh merahmati kita semua. Terimakasih.

    • Luthvian Dwie meilanto Zaid 20 Juli 2015

      bapak ahmad maaf jika artikel di atas telah sedikit mengusik pandangan bapak mengenai orang yang berziarah kubur. namun pada dasarnya fenomena yang kian menggeliat di kalangan masyarakat indonesia ialah menyalahgunakan ziarah kubur itu sendiri. dan menurut pandangan saya yang sama sekali bukan anggota muhammadiyah merasa setuju dan merasa mendapatkan jawaban dari keresahan saya selama ini mengenai orang yang berbondong bondong meminta keberkahan di makam itu sendiri. jika menurut bapak mereka hanya mendoakan dan bukan berdoa (meminta) dalam hal urusan pribadi yaa mudah mudahan memang seperti itu adanya.

  • Triyanto 19 Agustus 2015

    Contoh tawasul kepada nabi saw dan paman nabi saw.

    Dari Anas bin Malik ra sungguh Umar bin Khattab ra ketika sedang musim kering ia memohon turunnya hujan dengan perantara Abbas bin Abdulmuttalib ra, seraya berdoa : “wahai Allah.., sungguh kami telah mengambil perantara (bertawassul) pada Mu dengan Nabi kami (Muhammad saw) agar Kau turunkan hujan lalu Kau turunkan hujan, maka kini kami mengambil perantara (bertawassul) pada Mu Dengan Paman Nabi Mu (Abbas bin Abdulmuttalib ra) yang melihat beliau Sang Nabi saw maka turunkanlah hujan” maka hujanpun turun dengan derasnya. (Shahih Bukhari hadits No.954)

    Lengkapnya silahkan baca buku kenalilah akidahmu2 atau download di play store buku tersebut.

  • tws 3 September 2015

    Mohon informasinya gan,waliyulloh dari faham muhammadiyah.tks

    • Muhammadiyah Surabaya 21 September 2015

      Saat ini di web kami masi belum ada Bp. Insy Allah di lain kesempatan akan kami tambahkan. Terimakasi

  • Yama katiran 3 Januari 2016

    Saya sering ziaroh kubur kadang ke wali songo. Memang orang mati tidak bisa berbuat apa2 tetapi dlm keyakinan kami mereka beberapa wali ALLOH itu hidup di alam kubur dan bisa ditawasuli. Untuk bisa berdialog dg mereka krn mereka di alam ruh maka kitanya juga hrs menggunakan ruh. Tidak diyakini yg demikian kecuali oleh yg memahami. Smg beda pendapat ini mendatang rohmat Alloh.

  • Fuad 8 Mei 2016

    Hanya ada 3 tempat yg dianjurkan untuk diziarahi
    1. Masjidil haram
    2. Masjidil aqsa
    3. Masjid nabawi
    Selain 3 yg saya sebut diatas tidak pernah dituntunkan oleh Rasulullah untuk diziarahi apalagi meminta2 berkah.
    Nabi pernah bersabda bahwa antara Allah dan umatnya itu sangat dekat lebih dekat dari urat lehernya. Apakah kedekatan yg sedekat ini masih menjadikan kita mencari2 perantara lain kepada Allah?
    Perantara yg benar2 mujarab adalah al quran dan as sunnah. Jika kamu ikuti kemana 2 perkara ini melangkah maka kamu akan sampai kepada Allah. Namun jika kamu mencari jalan lain sesudah Allah dan Rasulnya menetapkan suatu jalan bagimu maka kamu akan tersesat sesesat sesatnya dari jalan Allah.

    Menjalankan semua yg jelas dituntunkan oleh agama saja kita tak jarang akan merasa kepayahan karena begitu banyaknya amalan ibadah yg rasulullah contohkan. Itupun blm jelas diterima atau tidaknya semua terserah kepada Allah. Amalan yg jelas2 ada tuntunannya saja blm tentu Allah mau menerima apalagi amalan yg datangnya dari sumber yg tidak jelas? Sungguh celakalah diriku jika membuang waktuku untuk sesuatu yg tidak jelas keterangannya. Sesungguhnya demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian.
    Semoga bisa menjadikan bahan renungan kita. Amiin

  • Drs. Fathurrohman Sany, M.Psi. 19 Agustus 2016

    ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلفوا من بعد جاءهم البينات، وأولئك لهم عذاب عظيم (ال عمران 105

  • Ihsan 1 September 2016

    Saya merasa penulis menggunakan nalarnya sendiri dan menjadikannya seakan-akan itu adalah jalan pikiran orang-orang yang melakukan ziarah kubur. padahal kondisi sebenarnya tidak seperti itu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *