12 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Mutiara Pendidikan Opini

Teknik Dasar Olah Vokal Public Speaking

Teknik Dasar Olah Vokal Public Speaking. (Foto Ilustrasi)

Oleh: Muhammad Abidulloh

KLIKMU.CO

Teknik olah vokal seringkali dikaitkan dengan dunia tarik suara atau nyanyian. Tapi, sebenarnya juga penunjang penting bagi siapa pun yang beraktivitas dengan suara, yang diproduksi oleh mulut. Misalnya, presenter, penyiar, host, MC, penceramah, dan sebagainya.

Lebih dari itu, sangat bermanfaat  bagi yang membutuhkan performa menarik. Termasuk di dalamnya interaksi yang lebih personal. Ambil contoh negosiator, marketing, konsultan, adu argumentasi ruang rapat, atau bahkan pergaulan sehari-hari.

Acap kali kita berharap menjadi teman ngobrol, dialog, atau diskusi, yang memikat dan mendapat respek lawan bicara.

Pernahkah disadari? Seringkali kemampuan olah vokal menjadi penambah daya pikat. Untuk itu diperlukan kemampuan: memainkan nada bicara; perubahan notasi yang variatif dan wajar; cepat-lambat ketukan yang dinamis; pelan-keras suara yang terukur. Kepiawaian bermain dengannya dapat membuat lawan terkesima.

Jalan menggapai kemampuan seperti itu, setidaknya, ada beberapa hal mendasar untuk diperhatikan. Bagaimana bermain dengan olah vokal, aspek ini tak dapat diabaikan. Mengenal karakter suara, persoalan penting yang selayaknya dipahami.

Pertama: timbre atau warna suara. Juga seringkali didefinisikan kualitas suara. Ini bawaan lahir, tak bisa diutak-atik. Meski demikian, dengan mengenali warna suara, lalu dipoles dengan kemampuan mengolahnya, potensi maksimum diharapkan dapat dicapai.

Tak sedikit kita dapati, host, presenter, bahkan penyanyi secara teknis tidak tergolong baik warna suaranya. Dengan kualitas suara pas-pasan pun, tampilannya bisa “laku” di pasaran dan layak diapresiasi. Tentu, setelah melalui proses tip-trik yang dilakukan.

Kedua: pitch, tinggi rendah nada bunyi. Atau, sebut saja nada dasar. Karakter suara ini penting dan layak diperhatikan. Permainan tinggi-rendah nada salah satu kunci keberhasilan retorika, apakah mengesankan atau sebaliknya membosankan.

Nada dasar terlalu rendah-statis dapat menimbulkan suasana jenuh dan membosankan. Tak jarang menghasilkan volume suara terlalu pelan hingga tak terdengar dengan jelas. Namun, keadaan baiknya, kadang terdengar lebih merdu, syahdu, dan terasa damai.

Nada tinggi pun kadang diperlukan dalam memecah kebekuan gunung es. Tapi, terlalu tinggi dan bekepanjangan bisa berakibat gerah dan memekakkan telinga. Tak jarang memaksa pembicara ngotot hingga tak nyaman di ruang pendengaran.

Ketiga: tempo atau ketukan. Seringkali disebut juga ritme. Tempo lambat kadang diperlukan pada saat yang sesuai. Biasanya, cocok pada momen cooling down. Misalnya, setelah hentakan berapi-api atau pesan penggugah semangat.

Ritme sedang juga tak kalah penting diperhatikan ketika masuk pada suasana normal-santai. Seringkali diperlukan sebagai penetrasi, perubahan antara irama ketukan.

Tempo cepat perlu diambil pada saat yang tepat. Misalnya, menyertai pesan gairah. Bisa juga mengatasi kebekuan-kejenuhan audiens. Perlu diperhatikan,  tempo terlalu cepat kadang menimbulkan kesan buru-buru dan emosional. Seringkali menghasilkan artikulasi yang kurang jelas.

Berbeda dengan lagu, yang cenderung bertempo rata, sesuai biramanya. Dalam retorika, irama dapat berubah-ubah, sesuai kondisi dan kebutuhan. Pergerakan kata atau pun kalimat kerap kali dibarengi perubahan ketukan.

Perubahan ketukan wajar menambah daya tarik. Sebaliknya, perubahan yang berlebihan akan terasa lebay dan dibuat-buat, berkesan tidak wajar.

Keempat: dinamika atau lebih tepatnya intonasi. Dalam dunia musik, komposer menuliskan tanda dinamika pada notasi lagu. Tanda baca ini berguna sebagai cara mengungkapkan perasaan yang terkandung dalam komposisi, apakah riang, semangat, syahdu, ataupun perasaan sedih. Dinamika ini sangat menentukan hidup-mati dari roh lagu, di samping kekuatan nilai estetikanya.

Kekuatan perasaan lagu terekspresikan dalam permainan dinamika. Suara lembut pada suatu bar, kemudian nyaring pada bagian lainnya. Pergerakan menuju nyaring juga perubahan dari nyaring ke arah lembut. Dari hentakan semangat menuju kesenyapan.

Dalam retorika, permainan dinamika dan intonasi berpengaruh terhadap daya tarik, bahkan keberhasilan misi pesan.

Pengelolaan pelan-nyaring suara sedapat mungkin dilakukan dengan baik. Pergerakan tinggi-rendah notasi dilakukan secara proporsional. Pergerakan hentakan-kelembutan serta senyap-jeda diambil secara luwes dan tepat.

Intonasi amat penting dalam retorika. Intonasi diperlukan dalam menyelaraskan antara ungkapan kalimat dengan nada bicara. Kalimat yang sama, dengan intonasi yang berbeda, akan menimbulkan kesan makna yang tidak sama.

Intonasi dapat dikenali dalam tiga jenis: intonasi dinamik; intonasi nada; serta  intonasi tempo. Intonasi dapat menjalankan fungsi: ekspresi ucapan; penguat kesan dan impresi pesan; penumbuh daya pikat dan pesona.

Penguasaan dan pengelolaan teknik vokal perlu porsi pematangan yang cukup. Tidak ada rumus matematis yang dapat diambil sebagai patokan. Waktulah yang akan membawa pada kesempurnaan. Secara garis besar, teknik vokal yang kita bicarakan di atas adalah upaya ornametasi dalam retorika agar lebih bermakna dan berdaya pikat.

Wallahu a’lam.

Muhammad Abidulloh
Praktisi dakwah, mantan jurnalis, musisi, dan mantan penggawa drama panggung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *