Teologi Al Maun Itu Menolong dengan Pengorbanan

0
66
Edy Susanto MPd (kanan) mengisi kajian senja Ramadhan di Smamda Surabaya. (Syamsudin Effendi/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya seminggu jelang Lebaran, SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya tetap mengadakan kegiatan kajian senja Ramadhan. Jumat (14/4) kajian kali ini mengundang Edy Susanto MPd, Kepala SD Muhammadiyah 4 Surabaya.

Kajian yang dimoderatori oleh Muhammad Zarkasi SPd tersebut mengusung tema “Ramadhan dan Filantropi”. Seperti biasanya, acara bertempat di Masjid Nurul Ilmi Smamda.

Edy Susanto mengawali kajian dengan apersepsi. Guru bahasa Inggris itu memberikan selentingan tentang tiga karakter orang yang sukses.

“Orang yang sukses itu memiliki tiga tahapan karakter. Yang pertama, orang sukses mudah beradaptasi. Kemudian yang kedua, orang sukses mampu melakukan pengembangan diri. Pengembangan diri maksudnya adalah selalu belajar mencari nilai tambah selain yang dipelajari biasanya di sekolah dan perkuliahan,” jelas Edy.

Edy menutup apersepsi dengan karakter ketiga orang yang sukses, yaitu mampu melakukan pengendalian diri. “Nah, karakter yang ketiga ini kita latih selama berpuasa di bulan Ramadhan,” sambungnya.

Teologi Al Maun

Edy Susanto menerangkan bahwa kewajiban puasa tidak serta-merta menjadi kewajiban syariat. Banyak hikmah puasa yang perlu diselami.

“Misalnya, di luar Ramadhan kita harus bisa menahan emosi. Namun di bulan Ramadhan, kita dilatih tidak hanya menahan emosi, namun bagaimana memperindah budi pekerti dan meningkatkan rasa empati,” papar pria kelahiran Nganjuk itu.

Salah satu upaya meningkatkan rasa empati, menurut Edy, adalah memperbanyak kegiatan filantropi atau kegiatan berbagi secara sukarela.

“Hasil tempaan bulan Ramadhan adalah menjadikan seseorang menjadi baik. Orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Selama kita hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, kita belum menjadi orang yang baik dan terbaik,” lanjutnya.

Penulis buku ‘Sang Penggerak’ itu memperjelas bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi Islam besar di Indonesia sudah memberikan contoh bagaimana filantropi itu dijalankan.

“Landasan filantropi Muhammadiyah adalah teologi Al Maun, yang artinya menolong dengan pengorbanan. Dalam surah Al Maun, dijelaskan orang yang enggan memberikan manfaat kepada orang lain dimasukkan ke dalam kategori pendusta agama,” ungkap Edy.

Konkretnya, menurut Edy, Muhammadiyah sedari awal sudah bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Bidang-bidang itu menjadi ladang filantropi para kader Muhammadiyah.

“Ada juga Lazismu sebagai lembaga penyalur di Muhammadiyah. Jenis filantropi menurut syariat ada zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah, dan hadiah,” tambah Edy.

Edy berpesan kepada siswa Smamda supaya memulai dan membiasakan langkah sebagai filantropis dengan hal-hal yang kecil. “Misalnya, ketika kalian pergi shalat Shubuh di masjid, sisihkan uang kalian berapapun jumlahnya untuk diinfakkan di masjid ataupun mungkin bertemu orang di jalan yang membutuhkan,” pungkasnya. (Eka Haris Prastiwi/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini