Terlalu Lama Rebahan Bisa Sebabkan Obesitas dan Kelainan Tulang

0
7
Terlalu lama rebahan bisa menyebabkan obesitas dan kelainan tulang. (Ilustrasi: iStockphoto)

Malang, KLIKMU.CO – Hidup di tengah perkembangan zaman yang serbainstan dan mudah tak jarang membuat masyarakat menyukai rebahan. Apalagi, hadirnya gadget mampu meminimalkan aktivitas fisik seseorang. Meski terasa nyaman, kebiasaan rebahan ternyata memiliki dampak yang buruk.

Hal itu disampaikan oleh Dr Yoyok Bekti Prasetyo MKep SpKom, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

“Masalah rebahan dan dampaknya yang bahaya ini sudah menjadi isu keperawatan komunitas. Oleh karena itu, jangan sampai kita abai dengannya,” ucap Yoyok dalam keterangannya, Sabtu (30/12/2023).

Menurut dia, sering kali masyarakat mengabaikan sakit yang bersifat sementara akibat terlalu lama dalam posisi tertentu saat rebahan. Padahal, tanpa mereka sadari, hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini bahkan dapat menjadi pemicu hadirnya berbagai penyakit kronik di kemudian hari.

“Beberapa di antaranya adalah nyeri pada otot dan sendi, penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, kanker, dan yang tak kalah berbahaya adalah obesitas,” kata Yoyok memberikan contoh.

Selain rebahan, tidur dengan kurun waktu yang tidak wajar atau terlalu lama juga bisa menjadi salah satu pemicu kenaikan berat badan yang signifikan. Hal ini juga berpotensi meningkatkan kadar gula dalam darah atau diabetes semakin tinggi.

“Saat posisi rebahan, ada bagian tubuh yang mengalami tekanan besar. Hal ini juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk tulang, pergeseran tulang, patah tulang, hingga kelainan tulang seperti skoliosis, kifosis, dan lordosis,” ujar Dekan Fikes UMM tersebut.

Tak hanya saat rebahan, saat bangun dari posisi rebahan, seseorang juga berpotensi merasakan pusing. Ini disebabkan tekanan darah yang berubah secara cepat atau sering disebut hipotensi ortostatik.

Kondisi ini terjadi berkat tekanan darah rendah karena posisi tubuh berubah secara cepat. Hipotensi ortostatik umumnya merupakan gejala dari penyakit tertentu, seperti gangguan jantung dan penyakit pada saraf.

Karena itu, Yoyok berpesan agar masyarakat, khususnya anak muda, menghindari kebiasaan ini dan meningkatkan aktivitas fisiknya.

“Jangan rebahan dengan kurun waktu yang lama. Biasakan diri melakukan kegiatan fisik seperti berjalan dan olahraga tipis setiap hari. Hindari juga makanan siap saji dan terapkan pola hidup sehat agar kualitas hidup juga menjadi lebih baik,” tandasnya.

(Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini