Tujuh Nilai Kehidupan dalam Ibadah Kurban

0
5278
Dzanur Roin MPdI saat khatib shalat Idul Adha di halaman UM Surabaya. (Ainun Fina/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sutorejo menyelenggarakan shalat Idul Adha di halaman kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, Rabu (28/6). Dzanur Roin MPdI bertugas menjadi imam dan khatib.

Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya itu menyampaikan tema nilai-nilai kehidupan pada idul kurban. Menurut dia, ibadah kurban mengandung nilai-nilai kehidupan.

“Habnuluminallah dan habluminanaas. Hubungan kita kita kepada Allah dan hubungan kita kepada sesama manusia,” ujarnya.

Roin melanjutkan, ibadah kurban adalah bentuk rasa cinta dan taat kita kepada Allah swt. Apa yang kita miliki ini kita jadikan semuanya untuk menggapainya rida Allah swt.

“Sungguh, kita tidak akan bisa merasakan manisnya iman kecuali kita menjadikan Allah dan rasulnya lebih kita cintai daripada apa yang di dunia ini. Dan hal kita beri contoh dan teladan dari Nabi Ibrahim as,” katanya.

Adapun nilai-nilai kehidupan yang bisa kita ambil sebagai pelajaran pertama adalah tentang kesabaran. “Kurang sabar apa Nabi Ibrahim dalam menjalani berbagai macam cobaan dan ujian semuanya dilaluinya dengan penuh sabar. Dan inilah yang menjadi sifat Nabi Ibrahim. Sabar, tidak hanya dalam merespons tentang ujian, tetapi ini adalah habits dan karakter dakam rangka mencapai rida Allah swt,” paparnya.

Kedua adalah tentang ikhlas. Apakah yang diperintahkan oleh Allah swt dilaksanakan dengan penuh keihklasan walaupun mengorbankan apapun yang dia miliki.

Ketiga adalah tawakkal berserah diri kepada Allah swt. Sepenuhnya segala sesuatu kita gantungkan kepada. Allahlah sebaik baik tempat bergantung. Bukan kepada manusia atau yang lain. Tentunya setelah kita melakukan upaya yang terbaik baru kita bertawakkal kepada Allah swt.

Keempat adalah khauf, yakni takut kepada Allah swt. Takut dengan cara kita mengerjakan apa yang menjadi perintahnya dan meninggalkan apa yang menjadi larangannya.

“Semata-mata ini semua karena mengharap rida Allah swt,” paparnya.

Kelima adalah raja’, yakni berharap apa yang kita lakukan ini semua akan mendapatkan balasan dari Allah swt. Bukan berharap sanjung puja dan puji manusia. Tapi ini karena dan untuk Allah swt.

Keenam adalah musyawarah. Dalam surat As-Shafaat ayat 102. Allah mengabadikan dialog antara nabi Ibrahim dan putranya nabi Ismail. Yang artinya “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata ‘hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu.’ Ia Menjawab. “Hai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

Terakhir adalah pendidikan dalam keluarga. Keluarga Ibrahim adalah salah satu keluarga yang menjadi idaman bagi setiap keluarga. Kalau kita ingin memiliki putra sebagaima Ismail, kita harus memataskan diri kita sendiri seperti sebagaimana Ibrahim.

“Mudah-mudahan kita semua menjadi keluraga yang sakinah dan penuh keberkahan. Mari kita ubah semuanya dari diri kira sendiri. Ketika kita sudah menjadi pribadi-pribadi yang baik maka akan lahirlah sebuah keluarga yang baik dan dari keluarga yang baik akan lahir sebuah masyarakat yang baik, sebuah bangsa dan sebuah negara yang baldatun toyyibatun warbun ghofur,” tandasnya. (Ainun Fina/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini