Ukhuwah Kebangsaan Mas Mansur dan dr Sutomo

0
160
Mas Mansur (kiri) dan dr Sutomo. (Ilustrasi IBTimes.ID)

Oleh: Andi Hariyadi

Ketua Majelis Pendidikan Kader PDM Surabaya, Sekretaris Tim Penulisan Sejarah Muhammadiyah Surabaya

KLIKMU.CO

Sekitar tahun 1923 terjadilah pertemuan yang pertama kali sebagai bentuk ukhuwah kebangsaan  antara KH Mas Mansur dengan dr Sutomo dan berdampak yang luar biasa bagi bangsa yang masih dijajah kolonial Belanda. Keduanya mampu bersinergi memberikan spirit perjuangan dan teladan yang mencerahkan bagi generasi bangsa saat kini dan mendatang.

Ada banyak pelajaran yang bisa didapatkan dari sepak terjang mereka, sehingga dengan menggali data dan fakta sejarah akan tersingkap bagaimana dinamika perjuangan, perlawanan, dan pengorbanan.

Seperti kita ketahui bahwa Mas Mansur setelah mendapat pendidikan dari ayahnya sendiri KH Mardjuki, pada tahun 1908 saat usia 12 tahun, menunaikan ibadah haji ke Makkah sekaligus belajar hingga dilanjut belajar di Al Azhar Mesir dan kembali belajar di Saudi kurang lebih satu tahun sebelum kembali ke tanah air untuk mendirikan lembaga pendidikan sebagai proses kaderisasi. Luasnya ilmu yang dikuasai sehingga dikagumi banyak pihak, semangat berdakwah yang mencerahkan sejalan dengan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, diskusi bersama semakin menambah kematangan wawasan beragamanya dan tertanam jiwa patriotisme untuk berkontribusi pada bangsa.

Demikian pula dr Sutomo pendiri Budi Utomo. Selepas pendidikan kedokteran di STOVIA Batavia melanjutkan studi spesialis di Nederland. Setelah kembali ke tanah air terus bergabung dengan beberapa tokoh pergerakan untuk bisa lepas dari penjajahan.

Bertemunya dua tokoh pergerakan berbasis keagamaan dan kebangsaan semakin memperkuat perjuangan, meski keduanya sempat berbeda pandangan terkait filsafat ketuhanan. Dari diskusi yang mencerahkan ini dr Sutomo menyatakan, “Baru inilah saya bertemu dengan seorang sahabat yang dapat diajak berunding soal soal penting”.

Dari pertemuan yang terus berkelanjutan untuk berdiskusi persoalan persoalan keumatan dan kebangsaan, keduanya bersinergi untuk saling melengkapi, bahkan ketika Muhammadiyah Surabaya yang dipimpin KH Mas Mansur membutuhkan balai kesehatan sebagai bagian dari dakwah Muhammadiyah di bidang kesehatan, dr Sutomo dengan penuh keikhlasan membantu dan memfasilitasi program kesehatan yang saat itu sangat diperlukan.

Saleh Said dalam tulisannya yang terdapat pada buku Muhammadiyah Seluruh Indonesia Genap 40 Tahun (18 November 1912 – 1952) dan Muhammadiyah Cabang Surabaya Genap 31 Tahun (1 November 1921- 1952) menyatakan, “Sebagai banyak orang mengetahui, bahwa dr Sutomo semenjak tahun 1925 menjadi penasehat Muhammadiyah. Berdirinya rumah obat, balai kesehatan, serta adanya dokter dokter Muhammadiyah, semua itu menurut keterangan KH Mas Mansur adalah atas nasehat dr Sutomo. Tidak heran kalau Muhammadiyah seluruh Indonesia menyatakan turut berduka atas kematian Pak Tom (dr Sutomo) pada tanggal 30 Mei 1938.

Masih di buku yang sama, S. Edy membuat tulisan yang berjudul “Suka Duka Muhammadiyah Cabang Surabaya”, ketika ada upaya Penggalian dana melalui tabligh akbar pada 1 Juli 1924 untuk rencana berdirinya balai pengobatan, dihadiri KH Mas Mansur, dari Pengurus Besar Muhammadiyah bagian PKU diwakili KH Fachruddin dan H. Sudja’, dan dr Sutomo turut hadir dan dalam sambutannya menyatakan, “Bahwa di dalam usaha usaha sosial, tiada ada dinding yang membatasi antara suatu bangsa dengan lain bangsa, dan antara golongan agama dengan aliran atau golongan lain, baik yang bukan beragama dan tidak Islam pula. Dalam usaha usaha amal kebajikan, lebih lebih yang bersifat pertolongan bagi umum, baik dari siapa saja yang mengadakannya. Wajib disokong dan Muhammadiyah yang punya inisiatif mendirikan Balai Kesehatan dan rumah yatim, yang diurusi bagian PKUnya itu pun harus dihormati. Bangsa kita harus belajar berusaha sendiri guna melengkapi kebutuhan hidupnya yang sehat cerdas”.

Selanjutnya pada Ahad 14 September 1924 diresmikan pembukaan PKU Muhammadiyah urusan Musytasifa di jalan Sidodadi 57 Surabaya, dihadiri KH Mas Mansur dan dr Sutomo sebagai tuan rumah, PKU Muhammadiyah pusat, KH Sudja’ dan H Hadikusumo. Direktur CBZ Simpang Dr Tamm.

Dua tokoh bangsa dan pahlawan kita, KH Mas Mansur dan dr Sutomo, sudah meletakkan dasar-dasar perjuangan dan sekaligus peduli persoalan kesehatan. Semoga menjadi amal solehnya dan kita sebagai kadernya untuk meneruskan dan mengokohkan perjuangan, mengisi kemerdekaan dengan karya nyata berguna bagi nusa dan bangsa. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini