8 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

UM Surabaya Siap Fasilitasi Singapore Polytechnic Kembangkan Potensi Lokal di Pesisir Lamongan

Pihak UM Surabaya menjalin kerja sama dengan Singapore Polytechnic untuk mengembangkan potensi lokal di Paciran, Lamongan. (Humas/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Sebanyak 30 mahasiswa Singapore Polytechnic akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional Learning Express (LeX) yang difasilitasi oleh Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Hal tersebut merupakan tindak lanjut MoU Singapore Polytechnic dengan UM Surabaya pada Rabu (31/5).

Tahun ini KKN LeX akan digelar di Lamongan, Jawa Timur, dengan mengangkat potensi lokal pesisir utara di Kecamatan Paciran.

Sebagaimana diketahui, Learning Express (LeX) adalah program luar negeri selama 12 hari yang membekali mahasiswa dengan pola pikir design thinking dalam konteks inovasi sosial. Dalam program ini, mahasiswa dapat menikmati pengalaman di luar buku teks seperti belajar bahasa baru dan mengikuti homestay komunitas.

Mahasiswa juga dapat berinteraksi dan membangun persahabatan dengan pemuda dari Asia dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang dihadapi komunitas luar negeri.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UM Surabaya Dede Nasrullah mengatakan, program KKN LeX tahun ini akan diikuti oleh 60 peserta yang terdiri atas 30 mahasiswa Singapore Polytechnic dan 30 mahasiswa UM Surabaya yang berperan sebagai pendamping selama kegiatan KKN berlangsung.

“Ada beberapa fokus potensi lokal yang akan menjadi project dalam program Learning Express. Di antaranya batik tulis, pengelolaan limbah rajungan, dan pengelolahan air siwalan,” ujar Dede.

Dede menjelaskan, pesisir utara Kabupaten Lamongan memiliki kawasan pantai yang menjadi sentral kegiatan nelayan dengan hasil tangkapan utama rajungan (Portunus pelagicus). Adapun beberapa permasalahan yang terjadi di antaranya limbah cangkang rajungan menimbulkan aroma tidak sedap sehingga dapat memicu pencemaran udara hingga tidak bernilai ekonomi.

Permasalahan lain adalah batik tulis karena menurunnya jumlah pengrajin sebab rendahnya minat generasi muda dan kendala pemasaran dan mencari target pasar. Tak hanya itu, permasalahan juga dialami oleh petani siwalan yang memanjat pohon tinggi dan tentu berbahaya untuk keselamatan bekerja. Juga kemasan yang tidak menarik yang selama ini menggunakan botol bekas plastik hingga pemasaran dan jangkauan yang masih belum luas.

“Nantinya mahasiswa Singapore Polytechnic bergabung dengan mahasiswa institusi mitra untuk bersama-sama menciptakan solusi prototipe yang bertujuan, berkelanjutan, dan inovatif untuk masalah kehidupan nyata,” imbuh Dede.

Dede menambahkan, mahasiswa Singapore Polytechnic akan mengembangkan pemahaman tentang isu-isu yang dihadapi masyarakat di pedesaan dalam konteks budaya sosial, ekonomi, dan menganalisis isu-isu tersebut dari berbagai perspektif.

Terakhir, melalui program ini, mahasiswa dapat menerapkan kerja sama tim dan keterampilan komunikasi, mengembangkan pemahaman diri yang lebih baik, empati terhadap komunitas, menyadari dampak positif yang dapat mereka berikan dalam kehidupan komunitas yang membutuhkan, dan mencapai ketahanan hidup yang lebih tinggi. (AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *