UMM Kukuhkan Guru Besar Bidang Ekonomi, Kaji Perbankan Syariah hingga SDGs

0
19
Prof Dr Idah Zuhroh MM (kiri) dan Prof Dr Widayat MM dikukuhkan sebagai guru besar UMM. (Humas UMM/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali mengukuhkan dua guru besar (gubes) pada Sabtu (18/5/2024). Dua profesor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) tersebut adalah Prof Dr Idah Zuhroh MM dan Prof Dr Widayat MM. Keduanya memiliki kepakaran dan penelitian masing-masing yang menarik.

Idah, misalnya, dalam orasi ilmiahnya membahas ekstentifikasi peran perbankan syariah dalam mendorong ketercapaian SDGs: pendekatan multilayer dan penguatan regulasi berbasis intersektoral.

Menurutnya, peran perbankan syariah dalam mendorong pembangunan berkelanjutan menjadi semakin penting. Sebab, ia dapat menjadi pemain kunci dalam memobilisasi dana untuk proyek-proyek yang mendukung SDGs. Selain itu, tantangan pembangunan berkelanjutan tidak dapat diatasi hanya melalui pendekatan satu dimensi dan memerlukan regulasi yang kuat dan berbasis intersektoral.

“Hal itu menunjukkan bahwa sektor keuangan, terutama perbankan syariah, memiliki peran penting dalam memberikan kontribusi nyata terhadap tujuan-tujuan pembangunan global dan SDGs,” tambahnya.

Idah juga membahas tentang konsep pembiayaan syariah multilayer. Konsep ini diilhami oleh anatomi bangunan gedung, yang terdiri atas fondasi, pedestal, dan pilar. Fondasi terdiri atas kerangka regulasi yang matang, komitmen yang kuat, dan infrastruktur keuangan yang memadai.

Tiga elemen fondasi tersebut menjadi penopang bagi lima pilar utama. Di antaranya diversifikasi produk dan pembiayaan, pengembangan kapasitas SDM, manajemen risiko dan kepatuhan syariah, kecukupan modal, serta literasi dan adopsi keuangan syariah.

Penguatan kebijakan intersektoral yang diimplementasikan melalui kolaborasi berbasis inovasi terbuka juga penting. Kerja sama lintas sektor dan inovasi terbuka adalah kunci utama keberhasilan dalam meningkatkan peran intermediasi perbankan syariah, yang pada gilirannya membantu meningkatkan pencapaian SDGs.

Di sisi lain, dalam orasinya, Widayat mengkaji tentang membangun gaya hidup seimbang dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan holistik lebih baik. Ia menjelaskan bahwa isu-isu mengenai green economy, green marketing, green consumer behaviour, dan responsible production and consumption, yang merupakan salah satu pilar pembangunan perkelanjutan (SDGs), menyisakan pekerjaan rumah yang menarik.

Maka, menciptakan gaya hidup yang seimbang dan berkelanjutan sangat penting. Selain itu, menurutnya, kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan dan ukuran ekonomi lainnya. Kondisi sosial dan lingkungan menentukan kesejahteraan dan kebahagiaan.

“Meningkatkan kesejahteraan dapat ditempuh tidak hanya dengan meningkatkan pendapatan, namun juga perlu diimbangi peningkatan kualitas lingkungan di mana mereka bekerja dan hidup. Bahkan problem-problem sosial, seperti budaya hidup tidak sehat, persoalan kesemrawutan transformasi, dan kondisi lingkungan fisik yang buruk berkontribusi kuat terhadap kesejahteraan. Pun dengan polusi udara, pencemaran lingkungan, persoalan sampah, dan lain-lain,” tambahnya.

Widayat melanjutkan, untuk menciptakan kondisi lingkungan sosial yang baik, membentuk kebiasaan berperilaku amar makruf dan nahi mungkar yang relatif permanen dapat dilakukan dengan dakwah terintegrasi.

Adapun social marketing merupakan sebuah pendekatan yang mengadopsi prinsip- prinsip conventional marketing, yang lebih relevan terhadap problem sosial dan lingkungan.

“Hal itu jika dibandingkan dengan pendekatan tradisional yang kerap diberlakukan seperti pemberlakuan denda, hukuman, atau sekadar kampanye sosial,” tuturnya.

Prof Dr Idah Zuhroh MM (tengah) dan Prof Dr Widayat MM (kanan) didampingi Rektor UMM Prof Dr Nazaruddin Malik MSi saat pengukuhan guru besar. (Humas UMM/KLIKMU.CO)

Sementara itu, Rektor UMM Prof Dr Nazaruddin Malik MSi memberikan selamat pada dua gubes baru Kampus Putih. Menurutnya, topik yang dipilih keduanya sangat menarik karena membahas SDGs dari aspek ekonomi.

Nazar mengatakan, salah satu tantangan besar Indonesia adalah menyelesaikan kesenjangan sosial. Apalagi melihat jumlah pengangguran usia 15-27 tahun yang mencapai 9,9 juta.

“Apabila tidak diselesaikan, itu bisa memicu fenomena semakin melebarnya kesenjangan sosial di masa depan. Bahkan juga mereduksi stabilitas ekonomi dan politik secara nasional,” tegasnya.

Maka, melalui orasinya, kedua gubes UMM memberikan isyarat bahwa kajian ekonomi tentang wellfare economic yang termodifikasi menjadi kajian dan gerakan harus didorong. Hingga akhirnya mampu mengakhiri kesenjangan sosial.

Selain itu, Nazar menegaskan bahwa sebagai universitas, UMM selalu diharapkan untuk memberikan kontribusi bagi pendidikan dan perkembangan masyarakat. Berupaya menyediakan pendidikan yang lebih baik, beasiswa, bantuan sosial, dan upaya kesejahteraan lainnya.

“Sampai saat ini, UMM telah memiliki 62 gubes. Mudah-mudahan kita bisa mencapai 80-90 guru besar baru di tahun ini. Dengan demikian, Kampus Putih bisa berdedikasi memberikan layanan pendidikan yang lebih responsif dan berkualitas, semata-mata untuk pengabdian pada Allah SWT,” tandasnya.

(Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini