Oleh: Ace Somantri
KLIKMU.CO
Sirah nabawiyah yang dapat kita petik dalam perjalanan ibadah umrah, selain meneladani berbagai karakter Rasululllah, beliau sebagai manusia pilihan terbaik sekaligus penutup para nabi telah banyak memberi ibrah pada momen-momen dan tempat-tempat tertentu yang menjadi sebuah rujukan ritual ibadah haji maupun umrah. Seperti terdapat tempat terkenal untuk bermunajat yaitu Raudhah, setiap jamaah haji ataupun umrah sudah dipastikan berusaha keras dengan maksimal untuk dapat bermunajat di tempat tersebut.
Tempat itu dikatakan Rasulullah sebagai taman surga, manakala Rasulullah semasa hidupnya area atau tempat lokasinya di antara kamar beliau dengan mimbar masjid. Dan di situlah ketika setiap beribadah, memimpin shalat, menerima wahyu dan juga tempat para sahabat rasul beribadah. Dan kamarnya baginda Rasulullah saat ini menjadi makamnya beliau sendiri. Sehingga dianjurkan kepada jamaah haji dan juga jamaah umrah ketika di Masjid Nabawi Madinah untuk dapat melakukan ibadah di tempat mulia nan utama.
Momentum umrah pasti pasti banyak hal yang diketahui, selain ritual ibadah umrah, ada hal yang tidak dapat dibayangkan nilainya karena sudah memberikan ruang untuk meningkatkan kualitas hidup. Rasa syukur atau ungkapan terima kasih kepada Sang Maha Pengasih, bagi kita yang mendapatkan kesempatan ibadah umrah harus benar-benar bersyukur tanpa harus bertafakur.
Karena saat kita mendapatkan panggilan untuk umrah, otomatis disadari atau tidak kita menjadi salah satu pilihan tepat di antara manusia yang lainnya untuk merasakan kebahagiaan yang berbeda dengan jenis, macam, dan ragam kebahagian lainnya. Karena kabahagiaan umrah hampir sama mendekati dengan kebahagiaan ibadah haji yang dijalankan di bulan Dzulhijah, khususnya yang menjadi ketentuan beribadah formil, yaitu wukuf di padang arafah pada tanggal 10 Dzulhijah.
Umrah dikenal sebagai haji kecil, walaupun kecil tetap saja ibadah haji. Siapapun berhak dan diberikan kesempatan yang sama kepada setiap umat muslim, yang membedakan adalah kemampuan dan kemauan serta takdir Allah SWT sebagai penentu mutlak kepada siapa saja umat yang dikehendaki-Nya.
Pada dasarnya, umat Islam sudah mendapat panggilan untuk ke tanah suci dari Allah SWT. Hanya waktu dan kesempatan, regulasi dan juga situasi kondisi juga menjadi faktor tambahan dalam pelaksanaannya. Maka, seandainya ada pertanyaan dari umat bagaimana ketika seorang muslim hingga akhir hayatnya tidak ada kesempatan memenuhi panggilan ke tanah suci Makkah al Mukaromah? Islam adalah ajaran mulia nan sempurna, manakala terjadi hal demikian tidak jadi masalah, karena substansi ibadah ada pada letak lillahita’ala.
Persiapan mental spiritual menjelang keberangkatan secara fisik terus dilakukan. Selain itu juga melakukan uji praktik manasik umrah dan persiapan teknis lainnya agar tidak terlalu gagap dan kaget manakala tiba di Madinah maupun di Makkah. Sedikitnya mengenal beberapa tahapan-tahapan ibadah umrah dan tempat-tempat bersejarah masa kenabian Rasul Muhammad SAW serta jejak perjuangannya beliau bersama para sahabat yang hebat-hebat yang dikenal khalifah rasyidah, saat itu membawakan sekaligus menyebarkan atau mendakwahkan risalah mulia Wahyu Allah SWT.
Insyaallah atas izin Allah SWT menjelang keberangkatan, semua persiapan teknis dan berkemas pakaian secukupnya dan perlengkapan lainnya pun tidak ketinggalan dikemas dalam koper yang disediakan pihak travel. Sekalipun belum tiba tanah suci Makkah dan kota Madinah penuh hikmah juga tempat lain yang menjadi tujuan berkunjung para jamaah haji maupun umrah. Bayangan kebahagiaan tidak terbayangkan, rasa ingin segera tiba sepertinya sudah tidak sabar berharap untuk secepatnya memasuki kota tersebut.
Namun, tiba-tiba ada kabar 1 hari sebelum keberangkatan ada jamaah umrah seorang bapak relatif masih muda berusia 57 tahun memberi kabar mengundurkan diri karena terserang penyakit jantung. Pihak rumah sakit melalui keterangan resmi dokter spesialis merekomendasikan untuk istirahat dan membatalkan penerbangan selama satu bulan ke depan.
Qodarullah, semua itu adalah kehendak Allah SWT. Sekalipun sudah perlengkapan siap dan tinggal pergi, ketika Sang Pencipta berkehendak tidak siapapun mahluk-Nya mampu menghalangi yang dikehendaki-Nya. Begitulah takdir tidak dapat dipungkiri, kata pepatah orang Sunda “takdir teu bisa dipungkir, kadar teu beunang disinglar” sehingga hal tersebut menjadi hikmah dan ibrah bagi umat Islam khususnya bahwa manusia berencana, namun yang memiliki hak mutlak dan hak preogratif di dunia dan akhirat hanya Allah SWT.
Maka setiap saat, dalam aktifitas apapun senantiasa dianjurkan untuk berdoa memohon segala hal ihwal kebutuhan didunia maupun harapan dan cita-cita hal ihwal urusan akhirat.
Peristiwa tersebut sebuah kasuistis, yang menjadi hikmah dan ibrah kepada siapapun menjadi catatan penting bagi setiap manusia untuk tidak sombong dan takabur. Maka, perlu disampaikan pada kesempatan ini manakala kita berazam dan berniat baik untuk beribadah jangan ketinggalan berdo’a kesehatan jasmani dan ruhani, sekalipun terkena sakit atau musibah lainnya tidak akan ada kekecewaan berlebihan, apalagi marah-marah mempersalahkan orang lain. Insyaallah segala hal terjadi dikembalikan kepada Sang Pemilik alam semesta.
Kita yakinkan dalam diri, bahwa Allah SWT mengetahui apa yang terjadi kepada seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Walapun secara prkatis, ritual ibadah umrah tidak terlaksana saat itu tetap saja selama masih bernafas tetap ada kesempatan dilain waktu saatnya akan tiba atas ijin dan ridha-Nya.
Umrah pertama, banyak pelajaran atau hikmah yang dipetik. Semoga dalam perjalanannya semua jamaah yang berangkat bersama atau terpisah tempat dan waktu berbeda insyaallah semua yang memenuhi panggilan Allah SWT untuk ibadah umrah disehatkan lahir dan bathin. Ada kalimat yang dilontarkan oleh owner travel Dago Wisata, berbicara di depan jamaah saat pembelakalan teori dan praktik manasik umrah. Begini kalimat pernyataannya “semoga semua jamaah yang memenuhi panggilan umrah saat ini sebelum tiba waktunya sudah mambrur terlebih dahulu, niatkan dalam hati untuk beribadah umrah semata-mata karena lillahita’ala.”
Ungkapan tersebut tidak salah, sedikit dijelaskan dalam paragraf di atas bahwa kunci ibadah haji dan umrah ada pada kemabruran. Artinya, sekalipun kita tidak berangkat hari ini padahal sudah menjalani proses tahapannya, sangat mungkin nilai ibadah umrah tetap didapat, karena sudah berniat dan mengikuti langkah-langkah nyata memenuhi persyaratan yang dilewati hingga waktu keberangkatan tiba. Sekalipun meninggal dunia, insyaallah nilai ibadahnya disetarakan dengan yang berhaji dan umrah yang mabrur. Aamiin. Wallahu’alam. (*)