Upgrading Guru-Karyawan SD Mudalan, Direktur MTC Paparkan Visi Transformasi Satuan Pendidikan Muhammadiyah

0
4
Direktur Muhammadiyah Training Center Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Surabaya Drs Mohammad Naim MPd (depan tengah) didampingi Kepala SD Muhammadiyah 29 Surabaya Jatim MA ketika memberikan materi pembinaan terhadap guru dan karyawan SD Mudalan. (Yuda/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Sekolah Tahfidz Berkemajuan SD Muhammadiyah 29 Surabaya (SD Mudalan) terus berupaya meningkatkan kompetensi guru dan karyawan. Salah satunya lewat program upgrading guru dan karyawan yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.

Direktur Muhammadiyah Training Center (MTC) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya Drs Mohammad Naim MPd hadir sebagai narasumber. Acara dimulai pukul 08.00 WIB di gedung SD Muhammadiyah 29 Surabaya, Sabtu (5/10/2024).

Di awal paparannya, Mohammad Naim menjelaskan visi transformasi satuan pendidikan Muhammadiyah. Pertama, filosofi. Yakni, pembelajaran berpusat kepada peserta didik dalam peningkatan mutu hasil pembelajaran.

Kedua, lingkungan belajar yang meliputi aman, nyaman, menyenangkan, dan inklusif. Ketiga, budaya sekolah. Yakni, refleksi, belajar, berbagi, dan berkolaborasi.

Keempat, hasil belajar murid. Di sini ada peningkatan secara berkelanjutan dan berdaya saing.

“Untuk model kompetensi, yakni deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dari kompetensi teknis yang diperlukan dalam menjalankan tugas sebagai kepsek,” ujarnya.

Sementara kompetensi teknis, yakni pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan secara spesifik, berkaitan dengan bidang teknis jabatan.

Untuk kompetensi, sambung Naim, dibagi menjadi tiga. Pertama, kompetensi kepribadian. Yakni, menjadi pembelajar sepanjang hayat, kebiasaan refleksi, dan kebiasaan menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran.

“Seorang kepala sekolah reflektif adalah yang efektif. Dia meluangkan waktu untuk melakukan penilaian, membuat penyesuaian dan melakukan tindak lanjut untuk perubahan,” ungkapnya.

“Sedangkan pengertian kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepala sekolah bersama PTK dalam menunjukkan kualitas diri melalui kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk berperilaku sesuai dengan kode etik, pengembangan diri melalui kebiasaan refleksi, dan memiliki orientasi berpusat pada peserta didik,” imbuhnya.

Kedua, sambung dia, kompetensi sosial. Yakni, membangun ekosistem yang kolaboratif yang berarti kemampuan kepala sekolah bersama PTK untuk memberdayakan warga satuan pendidikan.

“Berkolaborasi dengan warga satuan pendidikan dan masyarakat serta terlibat dalam organisasi profesi dan jenjang yang lebih luas untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan,” paparnya.

Ketiga, lanjut Naim, kompetensi profesional. Yaitu, pengetahuan yang berpusat pada peserta didik, kata kunci pada visi misi satuan pendidikan, kepemimpinan berorientasi peserta didik, dan pengelolaan sumber daya yang transparan dan akuntabel berbasis data dalam meningkatkan layanan pendidikan.

“Pengertiannya adalah kemampuan kepala sekolah untuk mengembangkan visi dan budaya belajar satuan pendidikan, menerapkan kepemimpinan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, serta mengelola sumber daya secara efektif, transparan, dan akuntabel,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala SD Muhammadiyah 29 Surabaya Jatim MA menyatakan, tujuan upgrading guru dan karyawan adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan efektivitas operasional di sekolah.

Jatim lantas memerinci tujuan tersebut. Pertama, peningkatan kompetensi. “Upgrading bertujuan untuk meningkatkan keterampilan profesional guru dan karyawan, seperti metode pengajaran, penggunaan teknologi dalam pembelajaran, dan manajemen sekolah yang lebih efektif,” terangnya.

Kedua, lanjut Jatim, peningkatan mutu pembelajaran. “Dengan upgrading, guru dapat mengadopsi strategi pengajaran baru yang lebih efektif, sehingga kualitas pembelajaran bagi siswa meningkat,” ujanya.

Ketiga, peningkatan motivasi dan kepuasan kerja. “Pelatihan dan pengembangan diri dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja guru dan karyawan, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja yang lebih baik,” paparnya.

Keempat, penyesuaian dengan kurikulum dan perubahan teknologi. “Upgrading membantu guru dan karyawan beradaptasi dengan perubahan kurikulum serta perkembangan teknologi yang digunakan dalam pendidikan,” papar Jatim.

Kelima, penguatan manajemen dan administrasi. “Karyawan non-pengajar, seperti staf administrasi, juga perlu di-upgrade untuk meningkatkan efisiensi operasional sekolah, termasuk manajemen keuangan, pengelolaan data siswa, dan komunikasi dengan orang tua,” tuturnya.

Jatim menambahkan, yang keenam adalah meningkatkan inovasi dalam pendidikan. “Guru dan karyawan yang telah melalui upgrading dapat berkontribusi pada inovasi dalam sistem pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan kreatif,” ujarnya.

“Mudah-mudahan dengan dilaksanakannya upgrading tersebut akan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih profesional, efisien, dan siap menghadapi tantangan pendidikan masa kini,” tandasnya.

(Yuda/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini