KLIKMU.CO – Di samping menyebut 8 visi guru Muhammadiyah berkemajuan, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir MSi juga mengungkap lima virus pendidikan di Indonesia.
“Pertama, virus agnostisisme. Yaitu cara pandang yang menegasikan atau menolak nilai-nilai ketuhanan dan agama. Nilai agama dianggap sebagai sumber masalah. Dunia modern dan pendidikan virus ini sudah mulai masuk dan menjalar,” paparnya dalam Webinar PP FGM dengan tema Mempertahankan Keberlangsungan Sekolah Muhammadiyah di Tengah Gelombang Pandemi Covid19 yang berlangsung Sabtu hari ini (24/7/2021).
Virus kedua adalah virus ekstremisme dan radikalisme. Radikalisme selalu diidentikkan dengan agama, terutama Islam. Juga dalam hal kebangsaan. Misalnya, nasionalisme yang antiagama. Begitu juga dalam politik. Contohnya, ideologi sekuler.
“Ketiga, virus kekerasan. Perundungan, bullying, dan kekerasan dianggap lumrah. Mulai dari skala ringan sampai berat,” ucapnya.
Keempat, tak kalah genting adalah virus pelecehan atau kekerasan seksual di dunia pendidikan. Perilaku ini merendahkan harkat dan martabat manusia. Apalagi jika dilakukan oleh seorang guru.
“Kelima, virus pembodohan. Guru mengajari hal-hal yang tidak selayaknya dan kian memperbodoh dalam dunia pendidikan kita saat ini,” papar suami Siti Noordjannah Johantini, ketua umum PP Aisyiyah, itu.
Terkait dengan dunia pendidikan di Indonesia hari-hari ini, Prof Haedar juga meminta kepada para guru persyarikatan agar senantiasa kompak dalam memutus mata rantai penularan Covid-19. Harus meninggalkan perdebatan dan berempati terhadap korban yang meninggal akibat virus SARS-CoV-19 ini.
Haedar juga menyinggung soal pendidikan kita yang masih punya beberapa problem yang harus diselesaikan itu. Karena itu, Indonesia masih terdampar di nomor 6 dalam hal daya saing se-ASEAN. Sementara HDI kita masih berada pada posisi ke-7 se-ASEAN.
“Ada pula problem moral. Tingkat kesopanan warga Indonesia dalam hal bermedsos sangat rendah. Padahal, Indonesia adalah negara muslim,” katanya.
Tak lupa pula disinggung bahwa ada kesenjangan antara nilai dan perilaku. Karena itu, pendidikan harus konsen untuk menanamkan nilai laten ke dalam nilai aktual pada kehidupan. Untuk itu, kata Haedar, perlu kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai tersebut.
“FGM (Forum Guru Muhammadiyah, Red) bisa mengidentifikasi problem=problem tersebut agar diselesaikan secara sistematis,” ujar guru besar UMY tersebut. (AS)