Wahai Ulama, Kenapa Agama Tak Bisa Mengubah Kehidupan?

0
59
Nurbani Yusuf adalah dosen UMM dan pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar. (Ilustrasi Tim Redaksi KLIKMU.CO)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

KLIKMU.CO

Kenapa agama tak bisa mengubah kehidupan, termasuk mengubah kehidupan para ulamanya sendiri?

Kenapa agama tak bisa mengubah perut lapar menjadi kenyang. Tidak bisa mengubah orang miskin menjadi kaya. Tidak bisa mengubah orang susah menjadi senang? Agama juga tak bisa menjamin kerumunan menjadi tertib.

Kenapa agama juga tak bisa menjamin umatnya lebih manusiawi, tidak membunuh, tidak menzalimi, bahkan beberapa kasus agama malah mendorong melakukan pembunuhan atas nama kebenaran agama.

Benarkah agama tak menjamin apapun, kecuali janji hidup enak, janji surga yang diraihnya juga amat susah. Dan belum pasti. Bahkan kebaikan-kebaikan yang dilakukan masih diverifikasi tentang banyak aspek mulai dari niat hingga keikhlasan. Betapa susahnya beragama itu?

Jadi, siapa paling bertanggung jawab atas tragedi reduksi agama-agama? Kenapa agama berubah dan tidak bisa menjamin apapun? Jadi, apa saja yang sudah dilakukan oleh agamawan, atau ulama agar agama bermanfaat? Bagaimana jika agamawan atau ulama menjadikan agama hanya sebagai sumber kehidupan?

Paradoks, agama direduksi. Dizalimi oleh umatnya sendiri. Agama telah dijadikan alat propaganda masuk surga. Dijadikan alat kampanye sektarian—keras dan terus menyalahkan yang tidak sepemikiran. Agama dijadikan alat kekuasaan meraih dan mempertahankan.

Bagaimana jika agama dijadikan pembenaran atas kehendak-kehendak dan banyak mau. Agama diusung sebagai ruang pelarian dari kenyataan. Ruang ilusi dari hidup susah karena doa-doa yang belum diijabah. Agama dijadikan penghibur atas banyak kegagalan dan keputus-asaan akut.

Krisis iman ini harus segera diubah, jangan dirawat apalagi dikembangkan dalam kehidupan umat. Kenapa ada krisis iman? Karena pemimpin agama berpolitik—menjadikan agama sebagai alat perjuangan bukan sebaliknya. Mereka tidak memikirkan marwah agama tapi dirinya.

Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 11-12).

Ketika Tuhan bicara kerusakan ia tengok orang lain, padahal yang berbuat rusak dirinya. Ketika Tuhan berfirman tentang kezaliman, ketidakadilan, kemunafikan kita tengok orang lain, padahal Tuhan sedang bicara tentang kita. Kita yang zalim, kita yang rusak, kita yang tidak adil bukan orang lain. Agama itu untuk kita! Dan Tuhan juga sedang bicara kepada kita bukan kepada orang lain.

Agama perlu dilindungi dari para perusak. Kelihatannya membangun tapi merusak. Kelihatannya menegakkan syariat padahal merobohkan. Yang terlihat menjaga marwah padahal menistakan. Ngakunya berjuang untuk agama padahal menjadikan agama sebagai alat perjuangan—agama perlu dilindungi dari musuh-musuh agama yang mengaku sebagai pengikut—yang terus ribut karena urusan masing-masing yang diberi packaging agama. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini