KLIKMU.CO – Pakar kesehatan UMSurabaya sekaligus dosen spesialis paru Fakultas Kedokteran (FK) Mohammad Subkhan mengingatkan masyarakat agar berhati-hati atau waspada terhadap varian baru Omicron.
Menurutnya, studi epidemiologis menyebut bahwa varian Omicron dengan cepat menggantikan varian Delta sebagai varian yang mendominasi di suatu negara. Sebuah studi dari University of Hongkong oleh Chi-Wai dkk.
“Varian Omicron memiliki kemampuan bereplikasi sebesar 70 kali lipat lebih cepat pada sel saluran napas dibandingkan varian Delta. Varian ini harus diwaspadai karena memiliki jumlah mutasi yang tinggi, termasuk pada protein spike, dan berpotensi memiliki kemampuan dalam menghindari sistem imun yang lebih baik dan tingkat penularan yang lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya,” tutur Subkhan, Senin (7/2/2022).
Subkhan menegaskan ada tiga hal penting yang perlu ditelaah lebih lanjut mengenai varian Omicron. Yaitu laju penularan, tingkat keparahan yang ditimbulkan, serta tata laksana dan efektivitas vaksin.
Selain replikasi yang lebih cepat pada sel saluran napas, studi oleh Chi-Wai dkk juga menunjukkan bahwa varian Omicron bereplikasi 10 kali lebih lambat dibanding varian Delta pada sel parenkim paru.
“Hal ini mungkin mencerminkan tingkat keparahan Covid-19 akibat varian Omicron yang lebih dibandingkan varian Delta. Meskipun demikian perlu diingat bahwa tingkat keparahan Covid-19 tidak hanya ditentukan oleh laju replikasi virus, namun juga faktor lain, misalnya respon imun host,” imbuh Subkhan.
Lebih lanjut ia menjelaskan diagnosis Covid-19 dengan RT PCR digunakan untuk diagnosis primer. Adapun untuk mendeteksi varian Omicron menggunakan RTPCR-SGTF dan Whole Genome Sequensing yang merupakan gold standar.
“Rapid antigen dilaporkan masih dapat digunakan. Penanganan pasien dengan varian Omicron tidak banyak berbeda dengan varian sebelumnya meliputi perawatan di ruang isolasi, pemberian medikamentosa berupa vitamin, anti oksidan, anti virus, simtomatis sesuai gejala, dan perawatan intensif sesuai derajat keparahan,” paparnya.
Ia juga menegaskan varian yang sangat menular seperti Omicron, meski menyebabkan penyakit yang lebih ringan, dan tidak banyak kasus yang membutuhkan ventilator atau perawatan intensif, namun dengan banyaknya kasus yang terjadi akan beresiko memicu kegagalan sistem perawatan kesehatan.
WHO juga menekankan bahwa mortalitas pada Covid-19 juga ditentukan oleh kemampuan fasilitas kesehatan dalam menangani Covid-19. Mortalitas akibat varian Omicron tetap berpotensi tinggi jika jumlah pasien Covid-19 melonjak akibat laju penularan yang lebih tinggi sehingga tetap perlu diwaspadai.
“Pandemi Covid-19 belum berakhir, jangan remehkan varian Omicron, tetap terapkan protokol kesehatan,” tandasnya. (AS)