18 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Workshop Panduan Praktikum, Fisioterapi UMM Hadirkan Pakar Pembelajaran

Dr Husamah SPd MPd (kiri) menjelaskan tentang hakikat praktikum, manfaat praktikum, dan rambu-rambu penyusunan panduan praktikum dalam workshop yang digelar Fisioterapi UMM. (Istimewa/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang, menggelar workshop penyusunan panduan praktikum. Lokakarya tersebut dilaksanakan di Aula Kapal Garden Hotel, Rabu (21/6) dan diikuti oleh semua dosen di program studi tersebut.

Workshop menghadirkan salah satu pakar pembelajaran, Dr Husamah SPd MPd.

Dalam sambutannya, Kaprodi Fisioterapi Fikes Universitas Muhammadiyah Malang Dimas Sondang Irawan SST Ft MFis menjelaskan bahwa lokakarya ini diadakan sebagai upaya meningkatkan kualitas praktikum yang dilaksanakan di Fisioterapi UMM.

Dimas menambahkan, Prodi Fisioterapi UMM secara berkala melakukan peninjauan dan pembaruan terhadap panduan praktikum. Dengan begitu, memiliki kebaruan dan sejalan dengan perkembangan iptek.

“Alhamdulillah, semua mata praktikum telah memiliki panduan praktikum. Meski demikian, secara berkala kita melakukan revisi agar sesuai dengan kebutuhan. Melalui workshop, diharapkan semua dosen pengampu mata kuliah dan mata praktikum dapat meningkatkan kualitas panduan yang telah ada, sesuai dengan masukan dari narasumber, sehingga berdampak pada kualitas pembelajaran, praktikum, dan kualitas mahasiswa yang dihasilkan,” ujar Dimas.

Sementara itu, secara detail Dr Husamah SPd MPd memaparkan tentang hakikat praktikum, manfaat praktikum, dan rambu-rambu penyusunan panduan praktikum. Ia menjelaskan bahwa panduan praktikum haruslah memenuhi kriteria atau karakteristik tertentu.

Panduan praktikum haruslah memenuhi empat kriteria. Pertama, self-instruction. “Ini berarti seorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada orang lain karena sudah jelas. Jelas tujuan, materi, contoh, ilustrasi, diskusi, kontekstual, dan bahasa mudah dipahami,” papar dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP UMM ini.

Kedua, self-contained yang berarti seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam panduan praktikum tersebut atau disebut juga dengan tuntas.

Ketiga, stand alone atau berdiri sendiri. Ini berarti panduan praktikum tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar atau media lain.

Keempat, adaptif. “Ini berarti panduan praktikum hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan iptek,” terang pria yang baru saja meraih doktor dari Universitas Negeri Malang tersebut.

Husamah juga menjelaskan bahwa panduan praktikum yang disusun oleh para dosen Fisioterapi UMM haruslah sejalan dengan fungsinya.

“Panduan praktikum itu harus membantu kesiapan dosen dan mahasiswa. Juga harus memberi acuan kegiatan yang harus dilakukan praktikan. Perlu juga dipikirkan bagaimana panduan memberi acuan dalam evaluasi (penilaian) terhadap kegiatan praktikum. Tidak lupa bahwa panduan harus mampu menstimulus  praktikan untuk berpikir,” urai dosen yang aktif mengelola jurnal ilmiah tersebut.

Pada kegiatan workshop ini, Husamah juga membedah beberapa panduan praktikum yang telah disusun oleh para dosen. Menurutnya, secara umum panduan tersebut sebagian besar sudah baik dan sesuai kriteria. Beberapa hal perlu dikuatkan, misalnya, penilaian, penguatan teori, dan langkah kerja atau prosedur kerja.

Ia pun berharap hasil workshop ini dapat ditindaklanjuti dengan penyelesaian sehingga benar-benar ada produk berkualitas yang bisa digunakan dalam pembelajaran praktikum. (AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *