32 C
Surabaya
Kamis, September 19, 2024

kliktizen

spot_img

Anomali Tabligh dan Dakwah Virtual Muhammadiyah

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisement -

Oleh: Budi Nurastowo Bintriman

KLIKMU.CO

Para insan tabligh di Muhammadiyah kini sedang sibuk membicarakan sikap dan perilaku “menyimpang” anak zaman now. Yaitu sikap dan perilaku “menyimpang” mereka terhadap tabligh dan dakwah Islam.

Di satu sisi, insan tabligh di Muhammadiyah begitu fasih dalam mendeskripsikan “penyimpangan” mereka itu. Di sisi lain, anak zaman now tak pernah merasakan dan menyadari atas “penyimpangan” mereka sendiri.

- Advertisement -

Insan tabligh di Muhammadiyah memaparkan bahwa anak zaman now tak tertarik sedikit pun terhadap model tabligh atau dakwah ceramah di masjid-masjid. Karena dunia mereka adalah memang dunia virtual.

Saat sangat fasih mendeskripsikan “penyimpangan” anak zaman now, insan tabligh di Muhammadiyah merasa canggih dan merasa berkemajuan. Apalagi saat mereka seolah mampu merespons “penyimpangan” anak zaman now dengan paripurna.

Dalam hal itu, insan tabligh di Muhammadiyah lantas jadi sibuk bertabligh dan berdakwah di dunia virtual. Padahal, saat itu pula, tanpa disadari, insan tabligh di Muhammadiyah sejatinya juga sedang mendistorsi nilai-nilai dan peran utama masjid.

Tanpa mereka rasakan dan sadari, kedua belah pihak sejatinya sedang sama-sama bersikap dan berperilaku “menyimpang”. Mereka sama-sama sedang “mengagung-agungkan” dunia virtual.

“Penyimpangan” itu semua bisa terjadi atau bisa menimpa anak zaman now bukan di ruang hampa. Itu bisa terjadi karena para insan tabligh angkatan tua atau angkatan terdahulu lupa atau lalai menanamkan keutamaan nilai-nilai dan peran masjid.

Kita umat Islam pasti tahu bahwa Islam tak bisa dipisahkan dengan praktik tabligh, tak bisa dipisahkan dengan praktik dakwah, dan tak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai dan peran masjid. Jika terjadi pemisahan secara sengaja atau tidak, itu sama saja dengan memutilasi organ-organ vital keislaman.

Jangan sampai kebanggaan aksi tabligh dan dakwah “tanpa masjid” justru menjadi bumerang. Itu terjadi akibat salah kaprah tabligh dan dakwah berkemajuan.

Aksi mulia tabligh dan dakwah lebih banyak dipercayakan kepada perkembangan teknologi digital demi melayani tuntutan anak zaman now. Aspek-aspek keutamaan nilai-nilai masjid dan interaksi manusia di dalam masjid jadi terkesampingkan.

Di satu sisi memang benar, teknologi digital itu mampu meluaskan jangkauan dan meringankan kerja tabligh dan dakwah. Tapi, di sisi lain, tabligh dan dakwah akan menjadi kering dari nilai-nilai utama kemanusiaan (fitrah).

Jika gejala tersebut menimpa semua aksi tabligh dan dakwah lintas organisasi massa Islam, bencana besar keagamaan tinggal menunggu waktu. Cepat atau lambat, fenomena meranggasnya agama Kristen di Eropa dan Amerika juga akan terjadi pula pada agama Islam.

Tunggu saja kelak akibatnya, di mana Islam akan meranggas dalam bungkus kemajuan teknologi digital dan slogan bombastis berkemajuan! Sedikit atau banyak, Muhammadiyah punya andil di dalamnya.

Untuk menghindari bencana besar keagamaan tersebut, Muhammadiyah jangan terbawa arus oleh tuntutan “menyimpang” anak zaman now. Muhammadiyah jangan keblinger dengan silaunya dunia virtual.

Karena sihir dunia virtual dipastikan tak akan mampu membangun adab kemanusiaan yang paling mendasar (fitrah). Berkacalah pada bangkrutnya agama Kristen di negara-negara maju.

Minimal, spirit tabligh dan dakwah virtual mesti berjalan seimbang dengan spirit tabligh dan dakwah konvensional. Artinya, umat Islam dan warga Muhammadiyah masih tetap mencintai masjid.

Wallahu a’lam bishshawwab… (*)

Penulis adalah guru ngaji, pengasuh anak yatim, dan mubaligh akar rumput ber-NBM: 576.926

- Advertisement -
spot_imgspot_imgspot_img

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles