Din Syamsuddin: Pimpinan Muhammadiyah Itu Punya Karakter Orgil dan Bonek

0
366
Prof Dr M. Din Syamsuddin MA saat memberikan tausiah di rapat kejr PDM Surabaya. (Nashiiruddin/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Pimpinan Muhammadiyah itu memiliki dua sifat, yaitu orgil (orang gila) dan bonek (bondo nekat). Demikian disampaikan Prof Dr M. Din Syamsuddin MA saat mengisi kajian di penutupan rapat kerja Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya yang berlangsung di Gedung BPSDM Jawa Timur, Minggu (23/7).

Gila yang dimaksud Din Syamsuddin adalah gila ide (banyak gagasan yang cemerlang), gila mimpi (punya cita-cita tinggi), dan gila dalam bekerja (penuh semangat dan kerja keras).

“Seperti Malik Fadjar (A. Malik Fadjar, tokoh Muhammadiyah yang juga mantan menteri pendidikan, Red) yang mampu mengubah lembah Malang menjadi UMM. Itu ide gila,” lanjut mantan ketua umum PP Muhammadiyah itu.

Sementara itu, bonek artinya bekerja dengan penuh tekad untuk menolong agama Allah.

Din Syamsuddin pun merasa bersyukur bisa hadir di tengah-tengah rapat kerja Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya.

“Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya merupakan daerah aktif di Jawa Timur. Waktu saya sebagai Pimpinan Pusat Muhammadiyah, saya sering bolak-balik ke Jawa Timur,” ujarnya.

“Tetapi, alhamdulillah, sejauh ini ada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah ternyata sudah berusia tua. Sebentar lagi juga akan membeli hotel di belakangnya. Luar biasa, ini merupakan PDM yang menyaingi PP Muhammadiyah,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.

Perencanaan Setengah dari Kesuksesan

Selain itu, Din menyampaikan urgensi perencanaan dan pelaksanaan. Keduanya tidak bisa dipisahkan untuk meraih kesuksesan dunia-akhirat. Perencanaan program adalah setengah dari kesuksesan, setengahnya lagi adalah pelaksanaannya.

“Perencanaan program adalah setengah dari kesuksesan. Maka mantapkan niat untuk melaksanakan seperdua yang kedua agar hidup kita damai di dunia dan di akhirat,” ucap Din.

“Muktamar adalah kumpulan harapan dan keinginan membuat draf keputusan Muktamar yang sebelumnya. Kita tidak lagi menunggu sejak tahun 2005. Maka, kita tentu perlu melakukan perencanaan secara strategis. Karena perencanaan itu penting dan saat membuat rencana per bidang itulah dinamakan dakwah pencerahan Muhammadiyah yang saya lihat di Kota Surabaya,” imbuh mantan ketua MUI tersebut.

Yang kedua adalah pelaksanaan. Banyak di antara kita ini pintar merencanakan perbuatan, tapi tidak pintar berbuat untuk melaksanakan perkataan.

“Pesan saya untuk wakil Muhammadiyah agar bisa melaksanakan program perencanaan itu. Mohon maaf, hanya oleh mereka yang berpegang teguh pada amanat. Banyak yang mau menerima amanat, tetapi tidak amanah. Baik yang tidak mampu melaksanakan amanah dengan dalil maupun yang melaksanakan amanah yang terjadi penyelewengan dan penyimpangan,” terangnya.

Din melanjutkan, tidak ada satu pun organisasi yang berani memberikan nama tanwir. Menurut Din, biasanya organisasi memberikan sebutan rakernas, rapimnas, dan sebagainya. Tanwir adalah sidang permusyawaratan tertinggi kedua di Muhammadiyah setelah muktamar.

“Sidang tanwir itu merupakan sidang yang menentukan di Muhammadiyah. Semua keputusan berada di sidang tanwir. Pada sidang tanwir terdapat nama pimpinan pusat dibahas dan disepakati di sidang tanwir itu,” jelasnya. (Nashiiruddin/Ainul Yakin/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini