Geliat Rapat Kerja Muhammadiyah

0
33
Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Pasca-muktamar, musywil, musyda, dan musycab Muhammadiyah, tak ketinggalan banyak juga yang sudah melaksanakan musyawarah ranting Muhammadiyah. Para penggerak dan penggiat persyarikatan setelah beberapa bulan berdialektika gagasan, para pimpinan terpilih menjadi leader dan tim manajemen gerakan Muhammadiyah dalam waktu satu periode ke depan.

Saat ini majelis dan lembaga sebagai pembantu pimpinan pun sudah terbentuk. Berbagai dinamika internal pimpinan merekrut kader-kader untuk berkhidmat bukan perkara mudah. Pilah dan pilih mana yang patut atau yang layak menjadi penggerak di majelis dan lembaga di masing-masing level dan tingkatan pimpinan persyarikatan,  menghiasi warna pendapat dan pernyataan di antara mereka saat menilai setiap individu kader.

Memang tidak ada yang ideal, karena kita manusia sebagai makhluk fana yang pasti tidak sempurna dan sangat memungkinkan mengalami sesuatu keburukan dalam hidupnya. Menilai orang sangat mudah jika sekadar menilai, subjektivitas sering menyertainya terlebih disertai alasan like and dislike pada individu.

Patut disyukuri saat orang lain menilai kita buruk, sementara diri seseorang tersebut belum tentu baik. Hal itu disikapi dengan positif agar membuat kita semakin memperbaiki diri terus-menerus. Biasanya orang yang pintar menilai orang lain dengan sikap ananiyahnya, memungkinkan semakin lupa diri hingga berbuat buruk tanpa disadari, bahkan sangat memungkin akan terus menstimulasi sifat-sifat sombong dan angkuh.

Alhamdulillah sebagai ungkapan lapang dada, segala hal yang didapat oleh diri kita menjadikannya sesuatu yang baik, sekalipun itu sebuah tuduhan-tuduhan tidak berdasar. Perlu dicatat oleh kita sebagai penggerak persyarikatan Muhammadiyah di berbagai tingkatan, bahwa berkhidmat di Muhammadiyah benar-benar atas ketulusan dan keikhlasan jiwa.

Berat dan tidak mudah menempatkan kader-kader, anggota dan simpatisan Muhammadiyah dalam majelis dan lembaga saat mereka berkeinginan untuk bersama untuk berdakwah amar ma’ruf nahyi munkar. Selain harus memenuhi kriteria minimum, namun juga menghadapi sisi lain tradisi kepemimpinan persyarikatan yang difahami publik sebagai lembaga sosial atau non government organization yang standarisasinya dalam rekruitmen pengurus belum memiliki standar baku. Sistem dan mekanisme penilaian calon-calon pengurus masih cenderung subjektif. Hal itu dikarenakan persyarikatan Muhammadiyah salah satu institusi sebagai entitas sosial nirlaba.

Di abad kedua ini, Muhammadiyah bersepakat memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. Wujud nyatanya bagaimana persyarikatan Muhammadiyah mampu meningkatkan partisipasi aksi meningkatkan mutu gerakan aksi dalam menciptakan generasi sumber daya manusia yang unggul dan berkemajuan.

Semua sistem kehidupan masyarakat Indonesia mengubah cara pandang dari sekedar mengetahui, namun memahami dan memiliki kemampuan mengorganisasi dan memobilisasi potensi dan kekuatan sumber daya yang dimiliki hingga dapat bernilai guna daya untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sehingga tercipta komunitas masyarakat yang kuat dan berdaya dalam menghadapi berbagai gejolak sosial dan politik kemasyarakatan dan kebangsaan.

Digerakkan secara simultan, lambat laun seiring berjalan waktu akan membangun kekuatan dan kedaulatan sosial, ekonomi, politik dan keamanan dalam negeri. Muhammadiyah yang berkarakter tajdid, harus menunjukan konsistensi mempelopori kembangkitan kembali sikap kemandirian sebagai bangsa dan negara yang benar-benar berdaulat nyata dan terasa oleh warga atau rakyat.

Muhammadiyah dengan segala daya dan upaya, harta dan aset yang dimiliki membangun masyarakat luas tanpa sekat batas suku, ras, etnis, agama, bangsa dan negara. Sekalipun benar-benar milik persyarikatan semuanya secara benar dan syah dalam kaidah dan peraturan yang berlaku. Ketika aset itu untuk dikelola dan dimanfaatkan olah masyarakat, ideologi dan keyakinan jiwa dan raga menyatakan bahwa harta dan aset yang diklaim milik persyarikatan hakikatnya milik yang Maha Kuasa Allah Ta’ala.

Itu semua akan kembali lagi kepada Ilahi Rabbi. Sebagai manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelola dan memberdayagunakan yang santun, beradab dan berkeadilan. Dipercaya dan mempercayakan kepada Muhammadiyah, pada umumnya dapat dijalankan dengan baik dan benar, sehingga nilai produktivitas benar-benar bermanfaat masyarakat banyak. Namun tidak sedikit juga, ada sebagian yang tidak dapat dipercaya akibat sifat dan sikap prilakunya tidak mampu memajukan aset yang diamanahkannya.

Geliat Rapat Kerja

Geliat rapat kerja nasional digelar beberapa majelis dan lembaga sebagai pembantu pimpinan persyarikatan Muhammadiyah dalam menjalankan amanah muktamar, musywil, musyda dan musycab. Mereka akan menyusun rencana aksi menjalankan program dengan berbagai cara, pola, model dan strategi-strategi jitu saat beraksi mengimplementasikan dan mengaplikasikan program kerja dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata dan terasa yang bukan sekedar seremonial acara tanpa ada follow up atau tindaklanjut nyata yang dievaluasi dan diukur secara berkala.

Rapat kerja benar-benar merumuskan langkah-langkah tahapan kegiatan yang simultan dan terintegrasi dari satu kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga output dan outcome program dan kegiatan yang diselenggarakan dapat terwujud dengan bentuk produk yang dapar benilai guna daya kepada persyarikatan, umat dan bangsa yang lebih praktis dan strategis. Artinya tuntutan penguatan program yang benar-benar genuine dan market table sesuai kebutuhan kekinian.

Dari masing-masing majelis dan lembaga membuat rancangan gerakan aksi kegiatan-kegiatan prioritas sesuai dengan bidangnya masing-masing. Yang paling penting, kegiatan yang membangun kekuatan positioning persyarikatan secara sosial, ekonomi dan politik kebangsaan. Karena setiap majelis dan lembaga nomenklatur dan bidangnya berbeda, konsekuensinya akan berbeda pula bidang garapan pada skala perioritasnya.

Ada pendekatan pada fokus peningkatan kualitas program yang sudah berjalan dan ada pula pendekatan kuantitas program yaitu melahirkan jumlah kegiatan produktif dalam rangka memperkuat jejaring amal usaha Muhammadiyah lebih komprehensif. Terlebih dalam faktanya, ada istilah pelesetan kalimat dalam obrolan iseng-iseng di kalangan aktivis persyarikatan bahwa kondisi lembaga pembantu pimpinan, baik itu majelis ataupun lembaga ada istilah “majelis mata air dan ada juga majelis air mata”. Hal tersebut menandakan ada beberapa yangpp dianggap ada gula atau madu pada majelis atau lembaga yang menjadi daya tarik tersendiri.

Dinamika rapat kerja nasional dan wilayah berharap tidak hanya seremonial, kesungguhan, keseriusan dan kecerdikan membaca situasi dan kondisi masyarakat yang terjadi hari ini, esok dan yang akan datang dapat dijadikan sebagai acuan kebutuhan taktis dan strategis. Hal penting juga, sebuah keharusan sinergitas stakeholders internal dan internal terjalin dengan baik. Saling memberi dan menerima, juga saling menguntungkan simbiosis-mutualisma dalam sinergi dan kolaborasi dalam mewujudkan visi dan misi.

Keberjamaahan aksi gerakan menjadi kunci ketercapaian dan keberhasilan dari program dan kegiatan yang direncanakan. Nilai guna daya atau manfaat bersifat solutif dan kontributif menjadi indikator keberhasilan, baik untuk institusi atau orang lain maupun dirinya sendiri. Sehingga rancang bangun aksi gerakan berbagai majelis dan lembaga tidak lepas dari leadership skill pimpinan ketua atau koordinator bidang persyarikatan maupun tim manajemen operasional aksi dengan karakter pada setiap individu-individu yang memiliki komitmen kuat, loyalitas tanpa batas dan integritas moral kepemimpinan visioner dan revolusioner dalam terma kepemimpinan mujaddid (pembaharu). Wallahu’alam. (*)

Bandung, Juli 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini