Haedar Nashir: Terjadi Peluruhan Akhlak pada Masyarakat Digital

0
22
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan tausiah dalam Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan. (Facebook Haedar Nashir)

Yogyakarta, KLIKMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menghadiri acara Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Masjid Islamic Center UAD, Rabu (17/4/2024).

Di forum itu, Haedar Nashir menyampaikan pandangannya terkait perspektif ruang publik yang multidimensional. Menurut Haedar, itu juga berlaku pada setiap kompetisi yang dijalani. Tidak boleh hanya karena mengejar kemenangan, lalu semua cara menjadi halal.

“Di ruang publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak, yang ada tidak hanya dimensi benar atau salah, tapi juga ada baik dengan buruk, pantas dan tidak, etika, dan norma,” tuturnya.

Karena itu, Haedar mendorong setiap publik untuk menyertakan hati dalam setiap interaksi dan juga pada setiap ruang perjumpaan. Terlebih kepada umat Islam yang dalam ajaran agamanya memiliki aturan tentang batas nilai.

Mengulik kembali hasil riset yang dilakukan oleh Microsoft tentang keadaban digital, warganet Indonesia tercatat memiliki keadaban yang rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Merespons riset itu, Haedar menjelaskan, saat ini terjadi peluruhan akhlak dan nilai utama yang dimiliki oleh masyarakat. Bahkan tidak hanya keadaban digital, tapi peluruhan juga terjadi di bidang lain seperti angka korupsi di Indonesia yang tinggi.

Menurut Haedar, ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya itu. Salah satunya adalah adanya pelonggaran nilai yang kemudian menjadikan semua permisif atau serba boleh.

“Soal keadaban ini tugas kita bersama, apalagi generasi baru,” kata Haedar.

Di tengah derasnya gelombang informasi yang terdigitalisasi, terjadi peluruhan kepercayaan terhadap agama atau institusi spiritualitas pada kalangan anak-anak muda Indonesia. Mereka mengalami kegundahan akan adanya arus sekularisasi dan liberalisasi.

Terpaan gelombang informasi di era digital ini juga menyulitkan orang tua dalam melakukan transfer nilai ke anak-anaknya. Karena itu, Haedar menyarankan supaya tidak hanya melakukan pendekatan secara normatif.

“Atau sesuatu yang normatif harus kita elaborasi menjadi semacam nilai yang hidup dan mengalami proses transformasi dan bisa menjadi proses orang mengambil nilai itu dalam proses habit dan internalisasi yang mudah,” katanya.

Proses transfer nilai kepada generasi penerus, menurut dia, bukan sekadar tugas orang tua, tapi juga institusi-institusi pendidikan.

“Termasuk Muhammadiyah di dalamnya yang memiliki concern terhadap dunia pendidikan,” tandasnya.

(AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini