Ibrah Kehidupan #242: Aurangzeb.Sultan yang Berpenampilan Sederhana, Juga dikenal Sebagai Penakluk dalam Memperluas Wilayah Kekuasaan Mughal (-2)

0
418
Foto diambil dari dokumen BBC

KLIKMU CO-

Oleh: Mahsun Djayadi*

Banyak yang mengenal Sultan Aurangzeb karena kesederhanaannya. Dari berbagai literatur, diceritakan bahwa raja ke-6 Mughal ini taat beragama dan kerap menolak menggunakan uang negara dalam kehidupan pribadi serta bekerja sebagai penganyam topi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Bahkan, ia pun membeli kain kafan untuk persiapan pemakamannya sendiri.
Namun, dibalik sisi kesederhanaannya, Aurangzeb dikenal pula sebagai sosok yang keras, dan terkesan haus akan kekuasaan. Semua sikap itu banyak pula dibahas dalam berbagai buku hingga melahirkan banyak argumen dari para peneliti dan pemikir Islam pada abad modern.

Sebelum Aurangzeb menduduki takhta kerajaan, ia terlibat persekongkolan dengan saudara kandungnya, Murad. Ia melancarkan aksi itu untuk merebut takhta kerajaan dari ayahnya sendiri, Shah Jahan. Aurangzeb dan Murad berusaha untuk mengalahkan saudara-saudara kandungnya yang lain. Ia khawatir jika tidak disingkirkan, saudara-saudaranya itu bisa menduduki kursi takhta sebagai raja. Hal ini rata-rata menjadi “jamak” pada setiap dinasti.

Aksi Aurangzeb dan Murad adalah perang pertama melawan Dara Shikoh. Karena kelihaian strategi perang, Aurangzeb dan Murad berhasil mengalahkan saudarinya itu. Bahkan, Aurangzeb dan Murad berhasil memenjarakan “Dara” saudarinya sendiri. Selanjutnya, Aurangzeb dan Murad berencana mengalahkan Shuja. Perang saudara kedua akhirnya terjadi pada tahun 1659. Di Khajwah dekat Allahabad, akhirnya Aurangzeb dan Murad berhasil melumpuhkan Shuja.

Karena merasa iri dengan kemenangan Aurangzeb, Murad selanjutnya memutuskan perjanjian persekongkolan dalam merebut takhta kerajaan. Sehingga, terjadilah perang saudara ketiga antara Murad dan Aurangzeb. Namun, Aurangzeb kembali berjaya. Ia berhasil mengalahkan Murad. Murad pun dipenjarakan dan pada akhirnya di hukum mati oleh Aurangzeb sendiri. Semenjak itu, tidak ada lagi persaingan antar saudara di kerajaan Mughal. Akhirnya, Aurangzeb pun naik takhta menjadi seorang raja dan mendapat gelar Sultan Aurangzeb Alamghir yang jika diartikan menjadi yang menaklukan dunia.
Aurangzeb meneruskan politiknya terhadap Deccan dan hampir segala waktu dan tenaganya dipergunakannya untuk menaklukkan India Tengah. Ia segera melakukan penaklukkan, yang terpenting adalah ke Palamau, daerah utara Bihar, yang dipimpin oleh Daud Khan, Gubernur Patna 1661 M, penaklukan Chittagong oleh Shayesta Khan, Gubernur Bangla pada tahun 1666 M. Selanjutnya menyerang Tibet melalui Khasmir.

Kekuasaan Aurangzeb mendapat pengakuan dari negara-negara muslim lain. Sekitar 1661-1667 M, mereka mengirimkan dutanya ke India seperti: Sharif Mekah, Raja Persia, Balkh, Bukhara Khasigar, Urjanh (Khiva), Shahr-e-Nau, Gubernur Turki di Basrah, Hadramaut, Yaman, serta Raja Abessinia.

Aurangzeb dikenal sebagai penguasa Mughal yang melakukan gerakan puritanisme islam yakni dengan menerapkan Islam Ortodoks. Ia menggantikan kebijakan konsiliasi Hindu dengan kebijakan Islam. Untuk itu ia mensponsori peng-kodifikasian hukum Islam dalam karya agungnya yang dikenal dengan Fatawa e-Alamgir.

Selanjutnya untuk menegakkan kehidupan religius di masyarakat, Aurangzeb berusaha menerapkan pola baru dengan mengangkat muhtasib (petugas pengawas moral), yang mempunyai kewenangan untuk mengontrol perjudian, prostitusi, pengguna narkotika, minuman keras, serta hal-hal yang merusak moral lainnya (1659 M).

IBRAH DARI KISAH INI :
Aurangzeb, seorang sultan berpenampilan sederhana dan memiliki paham keagamaan yang mendalam, bahkan paham keagamaannya sangat puritan (ortodok). Namun demikian tidak mengurangi semangatnya mengembangkan dan memperluas wilayah kekuasaannya di kawasan India. Aurangzeb dikenal sosok sultan yang kuat berwibawa meskipun dikesankan juga sebagai sultan yang keras.

Sebagai sesuatu yang jamak terjadi di setiap perjalanan sebuah dinasti bahwa seorang raja (sultan) punya potensi untuk melanggengkan kekuasaannya. Dalam rangka ini biasanya seorang raja tidak segan-segan menghadang, bahkan terkadang sampai menghabisi anggota keluarganya sendiri. Tetapi terlepas dari itu semua nyatanya Aurangzeb cukup kuat dalam mempertahankan kekuasaannya sebagai sultan pada dinasti Mughal India.
Aurangzeb, dalam catatan sejarah menjadi orang terkuat kedua setelah Shah Jahan yang memerintah dinasti/ imperiaum Islam di India yakni Dinasti Mughal.
Wallahu a’lamu bi Ash-Shawab.

*Ketua DPD PAN Kota Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini