Iman: Jalan Menuju Bahagia, bag. 01

0
1041

Jalan Ketiga: Iman, bagian 1

[Tasawuf Modern, 1961, Prof. Hamka]

buya-hamkaJalan menuju bahagia boleh sukar, tetapi boleh pula mudah. Meskipun sekian banyak uraian pendapat ahli-ahli, kita tidak mau terlalu berenang dalam hayat. Mari kita pilih yang paling pendek. Tetapi meskipun pendek, jangan lupa bahwa durinya banyak juga. Kalau tak banyak duri, tentu tak terasa enaknya berburu. Kalau tak mau payah, suruh tangkap seekor ikan, masukkan dalam belanga, lalu kail saja, habis perkara.

Mana jalan yang pendek dan mudah itu? Jalan itu ialah agama! Bukan lantaran agama itu melarang orang berfikir. Maksud agama ialah merentangkan jalan, sedang fikiran ialah untuk membanding dan menimbang. Maka tidaklah susah mencapai bahagia — menurut agama — kalau telah tercapai 4 perkara:

I’tikad yang bersih, Yakin, Iman dan Agama.

3. Iman

Iman artinya percaya. Jika perkataan iman itu disendirikan, termasuklah kepadanya segala amalan yang lahir atau batin. Berkata setengah ahli fikir Islam: ‘Iman itu ialah perkataan dan perbuatan (qaulun wa ‘amalun). Artinya perkataan hati dan lidah dan perbuatan hati dan anggota.

Sabda Nabi:

Iman itu lebih daripada 60 ranting, yang paling tinggi ialah kalimat “Laailaha illalloh”, dan paling rendahnya ialah membuangkan duri dari tengah jalan.

Firman Tuhan:

Sungguh orang yang beriman itu ialah yang beriman dengan Alloh dan Rosul-Nya, kemudian itu tidak ada ragu-ragunya lagi, dan mereka berjihad dengan harta benda dan diri mereka sendiri pada jalan Alloh, itulah orang-orang yang benar pengakuannya.

IMAN MUTLAK

Adapun iman mutlak, atau iman semata-mata, telah termasuk juga kedalamnya Islam. Jadi adalah iman itu lebih umum dari Islam dan lebih meliputi. Tersebut di dalam hadis sahih yang dirawikan oleh Buchari dan Muslim bahwa seketika Rosululloh memberikan pengajaran Islam kepada utusan kaum Abdul-Qois, beliau berkata: Saya suruh kamu sekalian beriman kepada Alloh. Tahukah kamu bagaimana iman dengan Alloh itu? Iman dengan Alloh ialah mengucapkan syahadat, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Alloh dan Muhammad pesuruh-Nya, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat dan menyisihkan seperlima dari pada harta rampasan perang akan dimasukkan kepada kas negeri (Baitulmaal).

jalan menuju bahagia, iman, hamka, muhammadiyah surabaya

gambar: maritsaniswah.wordpress.com

Didalam hadis ini nyata maksud perkataan setengah ulama, diantaranya lbnu Taimiyah bahwa tiap-tiap orang yang beriman itu adalah dia Islam, tetapi tidaklah tiap-tiap orang Islam itu beriman.

Terang pula bahwa arti iman dengan arti Islam jauh berbedanya. Islam adalah bekas dari keimanan. Dalam Quran senantiasa disebut orang yang beriman dan beramal saleh. Amal saleh itulah Islam.

Memang karena tidaklah orang suka mengerjakan amal, yaitu Islam, kalau hatinya sendiri belum percaya. Maka tidak diterima Alloh amal orang yang munafik, sebab hatinya sendiri tidak percaya, meskipun dia sholat.

Supaya iman itu bisa subur dalam hati, hendaklah tersingkir hati itu dari sifat-sifat takbur, hasad dan mencari kemegahan.

Takbur adalah sifat Fir’aun yang tidak mau menerima agama yang dibawa Nabi Musa, sebab dipandangnya Musa itu hanya seorang anak yang masih muda, yang bertahun-tahun lamanya menumpang di dalam rumahnya. Takbur itu pula yang menyebabkan banyak orang yang tidak mau percaya kepada seruan Nabi Nuh, tidak mau mengikut kepercayaan tauhid, sebab dipandangnya Nabi Nuh itu seorang tiada terkenal dan dari kalangan orang yang biasa saja, pengikut-pengikutnya pun orang yang tidak ada harga.

Jika takbur menghalangi Fir’aun maka hasad menghalangi iblis percaya kepada Adam. Masakan seorang yang dijadikan dari pada tanah hendak melebihi orang yang terjadi dari api. Maka hasad itu menghabiskan amalan sebagaimana api menghabiskan kayu yang kering. [bersambung]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini