Jalan Pikir Moderasi: Nahi Mungkar ala Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim

0
56
KH Ahmad Dahlan (kanan) dan KH Hasyim Asy'ari. (Muhammadiyah.or.id)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Benarkah nahi mungkar selalu dipadankan dengan sikap “heroik”. Sweeping dan takbir keras –semacam sikap melawan kemapanan. Siapa pun yang melawan berhak menyandang mujahid –kompromi berarti pecundang. Maka PP Muhammadiyah dan PBNU yang mengambil sikap moderat dianggap tidak heroik?

Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim mengambil jalan berbeda. Konsep nahi mungkar yang digagasnya terasa lebih membumi dan menyentuh ke jantung umat. Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim justru mengambil jalan kompromi, tepatnya moderasi.

Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim tidak melawan head to head terhadap kemungkaran sebagaimana ulama kebanyakan. Sebaliknya beliau mengambil jalan berbeda yang lebih santun –kultur Jawa dan priyayinya mungkin berpengaruh terhadap pola pikir dan daya inovatifnya– tapi saya lebih suka menyebutnya: bobot intelektualitas.

Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim punya daya nalar luar biasa. Dua orang kiai zuhud dan pintar membaca tanda-tanda zaman, ini yang membedakannya dengan kiai-kiai lain saat itu. Pemahaman keagamaan Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim ditopang oleh bobot intelektual yang berkualitas tinggi. Beliau sangat cerdas, waskita dan paham kondisi umat.

Muhammadiyah dan NU tumbuh sebagai gerakan wasathiyah atau tengahan yang memberi solusi atas berbagai masalah dan bukan bagian dari persoalan. Posisi inilah yang harus terus diperankan sebagai gerakan keumatan, kebangsaan, dan keislaman.

Pemahaman sebagian besar umat yang selalu mengaitkan nahi mungkar dengan sweeping di lokasi-lokasi yang diduga tempat mungkar –menyisir warung, penjual cilok atau es keliling yang jualan pada bulan Ramadhan, menghardik atau melempar para pelaku mungkar dengan tongkat atau batu ketapel, harus segera diubah. Stigma bahwa hanya oposan itu yang benar karena heroik agaknya perlu ditepis.

Menurut catatan Prof Ahmad Jainuri, dalam sejarah awal pergerakan Muhammadiyah, terkait dengan TBC, tidaklah seperti yang tergambar dalam penggalan kalimat di atas. Pemberantasan bidah, khurafat, dan tahayul penting, tapi tidak menjadi agenda utama.

Kiai Dahlan yakin bahwa semua itu akan hilang apabila masyarakat diberi pendidikan yang cukup. Oleh karena itu empat majelis yang awal didirikan adalah: Majelis PKO, Majelis Poestaka, Majelis Pendidikan, dan Majelis Tabligh.

Untuk Majelis Tabligh berfungsi juga sebagai humas untuk mensosialisasikan program pembaharuan Muhammadiyah, karenanya tidak hanya seperti yang dipahami oleh kebanyakan warga Muhammadiyah sekarang ini yang menyamakan tabligh sama dengan majelis dakwah (bil hal ?)

Mbah Hasyim dengan NU pun demikian. Pesantren sebagai pilar gerakan menjadi daya dorong energi terbarukan. Keberpihakan pesantren terhadap umat dilapis bawah sungguh menakjubkan. Pesantren adalah ruh paling mendasar dalam menjaga moderasi Islam –peran mediasi inilah yang sangat urgen.

Karl Amstrong memberi catatan menarik tentang gerakan keagamaan di timur tengah pasca pendudukan sekutu atas Iraq dan kerusuhan ras akut di Suriah. Bahkan beberapa pemuka agama berupaya menciptakan musuh sebagai sansak melampiaskan marah: maka diciptakan musuh bersama berupa stigma: rezim zalim, penguasa korup, ketidakadilan dan berbagai musuh lainnya untuk tetap merekatkan ikatan primordialnya. Ini adalah ikhtiar menjaga hati agar umat tak jauh-jauh darinya. Tepatnya ikhtiar merawat konflik –para pemuka agama umumnya menggunakan narasi retoris untuk membangkitkan semangat atau ghirah atas nama agama.

Tak ada salah memang, hanya soal cara atau teknis mencegah mungkar. Mungkin ini yang dimaksud dengan mencegah mungkar dengan tangan (yughayyir-biyadih). Konsep nahi mungkar kemudian melembaga menjadi semacam laskar syariah –menghakimi, memutus, dan mengeksekusi sendirian. Ini juga dipahami sebagai bagian dari nahi mungkar. Meski kemudian banyak kontroversi.

Bukan tidak setuju, tapi jika nahi mungkar dipahami demikian maka dimungkinkan bakal merusak ekosistem keumatan dan harmoni muamalah. Sikap melawan harmoni inilah yang kemudian disebut beberapa peneliti barat sebagai gerakan radikal atau fundamentalis.

Jalan damai yang ditawarkan Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim memang jauh dari sikap heroik, sepi sanjung puji atau apllause para pengikut. Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim pun tak pernah disebut Imam oleh pengikutnya bahkan tanggal lahirnya pun banyak dilupakan oleh jamaahnya sendiri. Sebaliknya gagasan moderasi Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim justru padat maslahat. Dan terus membesar hingga saat ini.

Ini memang jalan moderasi yang sepi peminat tapi besar di manfaat. Tak dimungkiri ribuan amal saleh berdiri. Kesalehan sosial menjadi arus utama pergerakan –berbanding terbalik dengan kesalehan individual– berlomba-lomba berbuat bajik menjadi picu lahirnya berbagai aktifitas kemanusian. Bermanfaat bagi kemanusiaan secara universal tidak membedakan suku, agama, bahasa atau ras. Gagasan dinar sebagai mata uang bersama dan satu paspor hanyalah untuk kalangan elitis –umat bawah sama sekali tak butuh.

Harry J Benda memberi apresiasi tinggi terhadap gerakan pembaharuan ini. Moderasi yang digagas Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim sungguh menakjubkan. Hasilnya melampaui dari gerakan-gerakan perlawanan yang riuh tapi miskin manfaat. Hanya simbolik dan ramai di diskusi.

Ke depan, kesadaran moderasi harus ditumbuhkan dan dirawat di tengah perjuangan penegakan syariat sebagai sunatullah bukan keharusan yang dipaksakan. Erdogan meletakkan batu pertama pembangunan gereja Syuriah Ortodoks setelah dilarang sejak tahun 1923 juga buah dari sikap moderasi

Muhammadiyah dan NU adalah contoh terbaik bagaimana mengkontribusikan pemikiran dan gagasan moderasi dalam sebuah gerakan nahy munkar berbasis rahmatan lil alamin. Siapa bisa bantah: sementara yang lain masih berijtimak dan berwacana tentang NKRI bersyariah. Ribuan pesantren, universitas, rumah sakit, bait amal telah lahir dan besar dari rahim dua ormas kakak beradik ini. Wallahu taala a’lam.

Dr Nurbani Yusuf MSi
Pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar, dosen Universitas Muhammadiyah Malang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini