Kiai Dahlan dan Ikhtiar Memperbanyak Bidah Sosial

0
21
Dr Nurbani Yusuf MSi, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (AS/Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Bersyukur ada kajian Ahad pagi sebab baca surah Yasin dan nderes Al Kahfi di malam Jumat diragukan sahihnya.

Tapi bagaimana dengan kajian Ahad pagi? Bisakah disebut tasyabuh karena menyerupai sebuah kaum.
Bukankah Nabi saw pernah bersabda: bahwa hari Jumat buat kaum muslimin, hari sabat (Sabtu) buat kaum Yahudi, dan Ahad buat kaum Nasrani?

Saya tak sedang menyoal tentang bidah. Selain tak punya kapasitas, bahasan ini sudah berlangsung selama 14 abad lebih tak kunjung usai. Ratusan bahkan ribuan kitab dan risalah sudah ditulis. Jadi baiknya saya tak bahas yang beginian.

Shalat tarawih dikerjakan berjamaah juga bidah, bukankah shalat tarawih dikerjakan secara (TSM): terstruktur, terencana, dan masif baru ada semenjak masa Khalifah Umar Ibnul Khattab ketika melihat puluhan kaum muslimin di masjid shalat sunah malam Ramadhan tak beraturan, lantas ia kumpulkan dalam satu jamaah di bawah imam Ubay bin Kaab—inilah bidah yang paling aku sukai, kata Khalifah Umar Ibnul Khattab.

Banyak bidah yang direkomendasikan Sayidina Umar. Kodifikasi Al-Qur’an adalah usulan agungnya. Konon Khalifah Abu Bakar ra sempat menolak keras sebab tak ada pesan dan uswah dari Nabi saw membukukan Al-Quran dalam satu kitab. Ini adalah bidah yang nyata.

Beberapa gagasan dan ide Sayidina Umar Ibnul Khattab kemudian dikuatkan dengan turunnya wahyu. Salah satunya: Menjadikan makam Ibrahim as sebagai tempat shalat, tidak menshalati kaum munafiqin ketika mati, usulan hijab pada para istri nabi, ketika para istri bersekongkol minta tamabahan nafkah Sayidina Umar berkata: Jika nabi menceraikan kamu semua maka Tuhannya akan memberinya ganti yang lebih baik dan lebih saleh dari kalian, yang kemudian dikuatkan dalam QS At Tahrim, Imam As Sayuthi bahkan menyebutnya ada dua puluhan lebih yang disebutnya sebagai muwafaqatu ‘umar, termasuk ijtihadnya membikin bait amal.

Sebagian ulama salafi berkata: Berorganisasi juga bidah—bukankah pada zaman nabi dan salaf saleh tak ada organisasi, begitu juga dengan kultum bada shalat tarawih yang terus-menerus dikerjakan dengan waktu tertentu bulan tertentu tema tertentu berpotensi menyalahi sunah? Bukankah memilih pemimpin dengan cara pungut suara adalah bid’ah yang nyata.

Berbagai bidah terus meruak—
menterjemah Al-Quran, kodifikasi hadits, perayaan maulid nabi, menjadwal imam dan khatib, sidang isbath, ramai-ramai lihat rembulan untuk menetapkan awal bulan, bikin seminar dan edaran produk fatwa, bikin pamflet, banner ucapan selamat berpuasa, buka bersama, seremoni santunan fakir miskin, bikin panti asuhan, Ramadhan berbagi hingga kultum subuh, halalbihalal, mudik Lebaran, hari raya ketupat dan entah apalagi, mungkin mancing ikan di kolam dan piara burung berkicau juga bidah sebab tak ada dalil dan uswah dari Nabi saw.

Kiai Dahlan bikin geger ketika pertama kali beliau khutbah Jumat menggunakan bahasa lokal di mana Nabi saw selalu menggunakan bahasa arab. Bahkan ketika pertama kali bikin sekolah yang mengajarkan ilmu hitung dan ilmu ukur dianggap tasyabuh karena mirip sekolah paroki.

Tahun 1922 di hadapan rapat pimpinan dan anggota horberstuur Muhammadiyah, Kiai Soedja’ dilawan habis. Usulan proposal pendirian rumah sakit yang diusulkannya ditolak sebagian besar hadirin. Tidak sedikit yang mengembalikan kartu anggota. Sebab berobat dengan cara di suntik adalah cara kompeni.

Kiai Dahlan banyak bikin bidah. Gus Dur pernah berkata: kemenangan Muhammadiyah atas NU adalah kemenangan dialektik, yang awalnya di bantah, disesatkan, ditasyabuhkan kemudian dibenarkan dan ditiru ramai-ramai.

Bikin rumah sakit, mengumpulkan anak yatim di panti asuhan, sekolah dengan sistem klasikal, majelis PKO, meluruskan kiblat pakai kompas dan hitung falak awalnya dibidahkan kemudian dibenarkan dan ditiru ramai-ramai.

Buya Yunahar Ilyas berfatwa bagus: Tidak ada bidah dan tasyabuh dalam ibadah ghairu mahdhoh, tapi sayang fatwa ini tak banyak dipahami hingga hanya ada satu pemahaman: apa pun yang tak ada dalil dan tuntunan dari Nabi saw divonis bidah. Dengan tidak membedakan apakah itu ibadah mahdhoh atau ghairu mahdhoh semua disamaratakan alias generalisasi.

Di atas semua itu, inilah bidah yang aku sukai—kata Sayidina Umar ra pendek.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini