Ketika Tuhan pun Diprotes Tidak Adil

0
8
Kiai Nurbani Yusuf, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (Foto Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Rasulullah saw bertanya kepada Usamah:

Apakah dia kaubunuh setelah mengucap laailaha illallah?

Usamah menjawab:

Iya, wahai Rasulullah. Karena sesungguhnya dia mengucapkan hanya karena takut dengan pedangku.

Rasulullah saw bertanya lagi:

Apakah sudah kaubelah dadanya?

Apakah sudah kaubelah dadanya?

Apakah sudah kaubelah dadanya?

Begitu seterusnya pertanyaan itu diajukan kepadaku hingga aku ketakutan dan berpikir diberi kesempatan masuk Islam lagi.

Yang mendalilkan yang membuktikan, yang mendalilkan kecurangan ia yang wajib membuktikan kecurangan. Jika tidak terbukti maka kecurangan itu kembali pada yang menuduhkan.

Menuduh saudaranya sesama mukmin kafir maka yang dituduh kafir belum tentu kafir, sedang yang menuduh kafir sudah pasti kafir.

Sulaiman AS berkata kepada dua ibu yang sedang berebut anak: Yang satu menuduh mencuri anak, yang kedua mempertahankan bahwa anak ini adalah anaknya. Kedua ibu saling tuduh dan bertahan, tapi keduanya tak bisa membawakan bukti yang valid dan akurat.

Maka Sulaiman berkata: Bawa bayi itu, taruh di atas meja, akan aku belah jadi dua, saya bagi separo-separo untuk dua ibu ini. tak disangka ibu yang menuduh mencuri justru bersukacita atas keputusan itu dan berkata, betapa adilnya Nabi Sulaiman.

Ibu satunya menangis sesenggukan dengan air mata berderai-derai dan berkata: Wahai tuan, jangan kaulakukan itu. Aku rela melepas bayi itu dibawanya, asalkan tuan membiarkan bayiku tetap hidup. Nabi Sulaiman AS berkata: Wahai ibu, bayi ini adalah anakmu!

Barangsiaoa melihat kemungkaran dengan mata kepalanya sendiri bukan mata temannya, wajib baginya mengubah dengan tangannya, bukan menyebar luaskan dengan cara share atau apa pun namanya.

Pertanggungjawaban dunia akhirat bukan dibebankan pada yang dituduhkan, tapi juga pada yang menuduh.

Bagi tertuduh berlaku baginya asas praduga tak bersalah sebelum ada vonis tetap.

Bagi penuduh wajib baginya membawakan bukti dan saksi untuk membenarkan tuduhanya di depan qadhi atau hakim.

Bahkan Tuhan pun diprotes tidak adil.

Seorang pengembara berteduh di bawah beringin besar dan berkata: Bagaimana Tuhan ini pohon beringin sebesar ini buahnya kecil-kecil, sementara labu di bawahnya buahnya sebesar kepala harimau, sambil telentang rebahan karena penat yang sangat. Belum lama ia menyoal keadilan Tuhan, buah beringin yang kecil itu jatuh persis di pucuk hidungnya yang pesek. Ia terperanjat kaget dan berkata, andai buah beringin sebesar labu sudah remuk kepalaku.

Pada setiap penduduk yang siap merajam dengan batu yang sudah di tangan pada sepasang pezina yang tertangkap tangan, Yesus berkata: Hanya yang tidak pernah berzina yang berhak melempar batu di kepala pezina! Semua kaget karena pernah berzina. Perlahan batu-batu lepas dari tangan para penduduk yang bernafsu merajam.

Bukankah kita ada pada situasi yang sama. Sebab itu pada setiap tuduhan yang kita alamatkan bakal kembali pada kita tanpa terkurangi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini