Politik Bansos Masa Khilafah

0
10
Kiai Nurbani Yusuf, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (Foto Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Seketika Khalifah Umar ibnul Khattab bangkit dari tempat duduknya. Khalifah Umar pergi ke Baitul Mal dan mengambil sekarung gandum. Bahkan karung gandum itu beliau angkut sendiri di punggungnya. Diberikan lewat tangan sendiri tanpa bantuan dan perantara menteri atau sahabat lainnya. Para sahabat yang menawarkan diri untuk membantu pun langsung ditolaknya

Sesekali ibu ini sibuk mengaduk panci, sesekali pula ia membujuk anaknya untuk tidur:

“Diamlah wahai anakku. Tidurlah kamu barang sesaat sambil menunggu bubur segera masak,” ujar sang ibu.

Anak ini dapat tidur sesaat mendengar perkataan ibunya, namun tak lama ia terbangun dan kembali menangis. Kejadian ini berulang kali sampai akhirnya membuat Khalifah Umar penasaran dengan apa yang dikerjakan sang ibu.

Perlahan Khalifah Umar mendekat, tangannya mengetuk pelan di daun pintu sambil mengucapkan salam. Khalifah Umar tak ingin identitasnya diketahui, ia bertamu dalam keadaan menyamar.

Khalifah Umar lantas bersegera bertanya tentang apa yang sedang dimasak si ibu, dan apa penyebab si putra tak berhenti menangis.

Dengan sedih, si ibu menceritakan keadaannya. Ia mengatakan bahwa anaknya menangis karena lapar yang sangat, sementara ia tak punya makanan apa pun di rumahnya. Ibu ini juga mengatakan bahwa yang sedang dimasak adalah sebongkah batu untuk menghibur sang anak seolah-olah ibunya sedang membuat makanan.

Ibu ini juga sempat mengumpat kekesalannya pada sang pemimpin masa itu. “Celakalah Amirul Mu’minin Umar ibnu Khattab yang membiarkan rakyatnya kelaparan.”

Khalifah Umar diam terpekur merenungi ucapan sang ibu yang lapar. Bibirnya kelu, mulutnya terkatup rapat, pikirannya meracau, hatinya teriris pilu, terbayang wajah Nabi saw dan wajah para sahabat yang telah mendahuluinya—dengan apa wajahnya bisa tegak saat nanti bertatap di hari pembalasan.

Dengan tubuh gontai Khalifah Umar sigap berdiri, sekelebat ke kantor Baitul Maal, ia ambil sekarung gandum dipanggulnya dan dibagikannya sendiri tanpa perantara. Tanpa bantuan dan perantara siapa pun. Itulah sebaik-baik pemimpin.

Wahai Amirul Mu’minin, biar aku sajalah yang mengangkut karung ini,” ujar pengawal.

“Apakah kalian mau menggantikanku menerima murka Allah akibat membiarkan rakyatku kelaparan? Biar aku sendiri yang memikulnya, karena ini lebih ringan bagiku dibanding siksaan Allah di akhirat nanti.”

Memberikan bantuan sosial sendiri kepada rakyatnya yang berkebutuhan adalah sunah. Bahwa kemudian bantuan sosial dipersepsi macam-macam adalah soal lain. Tak ada indikasi khalifah ingin melanggengkan kekuasaannya selama 10 tahun lebih, tapi lebih karena takutnya pertanggungjawabannya di hadapan Rabb-nya kelak, sebab itu beliau panggul sendiri dan beliau survei sendiri pada rakyatnya yang lapar. Khalifah Umar ibnul Khattab ingin memberi contoh baik meski saat itu penduduknya masih sangat sedikit berbeda dengan sekarang yang sudah jutaan kali lipat.

Jangankan sekelas kita, para sahabat saja juga berbeda dalam berhijrah.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan:

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.

Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya.

Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.

Imam Nawawi rahimahullah membawakan bab dalam Riyadhus Sholihin, “Menjalankan hukum-hukum terhadap manusia menurut lahiriyahnya. Sedangkan keadaan hati mereka diserahkan kepada Allah Ta’ala.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini