Pasuruan, KLIKMU.CO – Rapat Kerja Pimpinan I Tingkat Wilayah (Rakerpimwil ) Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur berlangsung di Aisyiyah Training Center (ATC) Pasuruan, Sabtu-Ahad (23-24/9).
Mengusung tema Implementasi Kepemimpinan Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Peradaban Bangsa, kegiatan ini digelar dalam dua angkatan. Pertama 23-34 September ini dan kedua pada 7-8 Oktober.
Rakerpimwil angkatan pertama diikuti oleh 19 Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA). Di antaranya, Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu, Kota Blitar, Kabupaten Blitar), Kediri Raya (Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung), Madiun Raya (Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo), dan Bojonegoro Raya (Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan).
Peserta diwakili oleh ketua, sekretaris, dan bendahara dari masing-masing PDA. Kegiatan ini diharapkan mampu menghadirkan persamaan persepsi tentang apa yang akan dituangkan dalam program umum sebelum rakerwil majelis dan lembaga.
Dalam sambutannya, Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Rukmini Amar menjabarkan tentang tiga persoalan kepemimpinan yang dihadapi pada umumnya. Yakni, komitmen, kompetensi, dan integritas.
“Pertama, persoalan komitmen. Pimpinan harus paham tujuan dari organisasi yang telah menjadi pilihannya. Muhammadiyah itu tujuan besarnya menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam agar terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” jelasnya
Kedua, persoalan kompetensi. Menurut dia, pimpinan harus memahami landasan teologis tata kelola organisasi dan amal usaha dalam buku-buku panduan yang semuanya bersumber dari Al-Quran dan hadits.
“Ketiga, persoalan integritas. Pribadi pimpinan hendaknya mempunyai integritas akhlak yang kuat. Pimpinan bukanlah pengurus yang hanya mencatat dan membuat kegiatan,” imbuh dosen UMM itu.
Rukmini menambahkan, pimpinan harus mampu menjadi uswah sekaligus qudwah. Pemimpin haruslah menjadi teladan dan mempunyai kemampuan menggerakkan umat hingga tingkat ranting.
Melalui rakerwil ini, ketua, sekretaris, dan bendahara diharapkan mempunyai cara pandang seperti Rasulullah dalam sejarah Perang Uhud.
“Rasulullah, sahabat Abu Bakar, dan sahabat Umar beliau berpikir matang dengan strateginya sampai ada kelompok memanah,” kisahnya.
Rukmini menjelaskan, kematangan dan kejituan strategi tidak akan berarti jika tidak ada kesamaan persepsi dan kedisiplinan. Hal itu tergambar dalam kekalahan muslim akibat ketidakdisiplinan pasukan memanah yang meninggalkan pos akibat tidak disiplin dalam aturan strategi yang dibuat.
“Padahal, pesan Rasulullah amat gamblang bahwa apapun yang terjadi tetaplah bertahan di pos,” ujarnya.
Satu Kesatuan
Dia menyebut bahwa ketua, sekretaris, dan bendahara merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan ketika merumuskan segala sesuatu.
“Ketua bertugas untuk berpikir dan berkomunikasi. Sekretaris bertugas mencatat pemikiran ketua yang telah dikomunikasikan,” jelasnya.
Sementara itu, bendahara bertugas memikirkan anggaran dan sumber dana untuk melaksanakan tugas organisasi. Tidak hanya mencatat keluar masuknya uang. Lebih dari itu, bertugas mulia menggali sumber dana untuk kegiatan organisasi.
Keselarasan ketiganya dalam kepemimpinan yang kolektif kolegial mengacu kepada kepemimpinan profetik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW melalui musyawarah.
“Musyawarah berasal dari kata syawara yang artinya mengeluarkan madu dari sarang lebah,” jelasnya.
Mengambil madu dari sarang lebah diperlukan skill dan strategi jitu supaya tidak disengat oleh Lebah. Lebah adalah makhluk Allah yang sangat disiplin dan mampu bekerja sama dalam tim yang solid.
Madu dihasilkan dari sari bunga pilihan. Proses mendapatkannyapun sangat makruf dan tidak menimbulkan kerusakan, tidak akan membuat ranting kecil dan kering menjadi patah.
Sebagai pemimpin, kata Rukmini, juga harus mampu menjadi pawang. Sebagaimana pawang lebah memanen madu dari sarangnya dengan mengerahkan skill terbaiknya dan strategi terjitu sehingga berhasil memanen manisnya madu tanpa tersengat dan tersakiti.
Sementara itu, Rulli Narulita dari PDA Kota Malang menyampaikan kesannya setelah mengikuti kegiatan Rakerpimwil I di Aisyiyah Training Center (ATC) dua hari ini.
“Alhamdulillah, acara berjalan lancar dan cukup berkesan. Kami mencatat bahwa komunikasi dan konsolidasi harus dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi di tubuh pimpinan harian supaya dapat menjalankan kegiatan organisasi dengan sebaik-baiknya,” paparnya.
Senada, dr Wasingah Mkes dari PDA Kota Blitar mempunyai kesan yang tidak jauh berbeda.
“Alhamdulillah bersyukur dengan adanya rakerpimwil ini. Kami mempunyai gambaran utuh bagaimana kepemimpinan Aisyiyah ini kami jalankan ke depan sebagai pimpinan harian bersama sekretaris dan bendahara. Kami sangat tercerahkan. Ini menjawab kegelisahan dan kebutuhan kami di daerah,” bebernya di sela-sela diskusi bersama salah satu unsur pimpinan Aisyiyah Jawa Timur Sri Lestari. (Nurul Hidayah/AS)