Maarif Institute Tanamkan Nilai Inklusi Guru Lintas Agama di Ambon

0
5
Guru lintas agama di Ambon mengikuti kegiatan Pelatihan LOVE yang digelar Maarif Institute. (Maarif Institute untuk KLIKMU.CO)

Ambon, KLIKMU.CO – Maarif Institute menyelenggarakan Pelatihan LOVE (Living Our Values Everyday): Penguatan Nilai-Nilai Inklusi Sosial-Keagamaan untuk Guru-Guru Pendidikan Lintas Agama Tingkat SMA di Ambon.

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari, Senin-Rabu (27-29/11), ini dilaksanakan di The Natsepa Hotel, Ambon, Maluku.

Kegiatan ini melibatkan 23 peserta guru agama di Lembaga Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/SMK) dan praktisi dengan klasifikasi lintas agama dan lintas organisasi keagamaan yang meliputi Muhammadiyah, NU, Kristen Katolik, dan Protestan.

Direktur Maarif Institute Abd. Rohim Ghazali yang membuka kegiatan ini menyampaikan, pelatihan ini dilaksanakan secara masif di sejumlah wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Pelatihan penguatan kapasitas ini merupakan wujud implementasi dari gagasan Buya Syafii Maarif tentang kemanusiaan, keragaman, dan keterbukaan, yang mencoba membuka cakrawala berpikir para peserta yang mampu menghargai dan menerima perbedaan sebagai rahmat, bukan sebagai ancaman.

“Hidup dalam keragaman itu ibarat memasuki taman bunga yang indah,” jelasnya.

Direktur Program Moh. Shofan menambahkan, kasus-kasus bulliying kini marak dan mengalami peningkatan, bahkan mengakibatkan korban meninggal. Karena itu, kegiatan pelatihan dengan pendekatan inklusif ini diharapkan mampu mengikis tiga dosa besar tersebut.

Bulliying, kekerasan seksual, dan intoleransi kini menjadi masalah besar pada dunia pendidikan. Pelatihan penguatan kapasitas untuk guru-guru SMA ini diharapkan bisa menjadi penyelamat untuk mengatasi tiga dosa besar dalam pendidikan itu,”  terang Shofan.

Narasumber yang hadir dalam seminar ini adalah Hasbollah Toisuta (Direktur Yayasan Sombar Maluku),  Abidin Wakano (Direktur ARMC IAIN Ambon), dan Nancy Soisa (Dosen UKIM Ambon).

Mengawali sesi pertama, Hasbollah menjelaskan bahwa pendidikan inklusi ini penting untuk mengikis perilaku intoleransi, kekerasan, dan bullying. Kita harus merayakan keberagaman itu untuk berlomba-lomba dalam kebajikan, saling menggelar perjumpaan agar mengenal satu sama lainnya.

“Di sinilah tugas guru sebagai unsur penting dalam proses pendidikan untuk mewujudkan inklusi sosial dalam lingkungan sekolah,” ujarnya.

Pemateri kedua, Nancy Soisa, menjelaskan bahwa kita harus menjadi manusia yang berprototipe Indonesia. Bahwa semua harus berjalan setara dan adil,  tidak boleh ada favoritisme dan berupaya agar anak-anak Indonesia tumbuh dengan perasaan yang sehat.

Adapun narasumber ketiga, Abidin Wakano, mempertegas bahwa setiap anak lahir untuk meraih kemenangan (born to win). Setiap anak didik harus dilihat sebagai suatu karya Tuhan yang agung. Mereka terlahir unik, terpilih, dan plural.

“Guru harus melihat peserta didik dalam pandangan yang seperti ini, dan pendidikan inklusi sebagai jalan utama untuk mengantarkan anak-anak didik sebagai manusia yang merdeka dan menghargai perbedaan,” jelasnya.

(Pripih Utomo/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini