Modernisasi Majelis Tabligh, Busur dan Panah Muhammadiyah

0
93
Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (Dok pribadi)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Organisasi Muhammamdiyah sejak berdiri hingga saat ini tetap organisasi dakwah, dikenal cukup familier di kalangan aktivis dan warga persyarikatan. Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Dasar pemikiran dan juga platform gerakannya bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah maqbullah, namun sesekali ketika berhadapan hal ihwal kasus-kasus kontemporer diperkuat dengan pendekatan ilmu-ilmu ushuliyah dan fiqhiyah kontemporer dengan khas metodologi yang disepakati para cendekiawan atau ulama Muhammadiyah.

Syiar dakwah amar ma’ruf nahi munkar sebagai busur dan panahnya menjadi beban semua stakeholders persyarikatan. Namun secara organik ada pada majelis tabligh. Di sisi lain, penguatan organik majelis tabligh faktanya sangat lemah sekali.

Eksistensi majelis tersebut faktanya sangat jauh dari apa yang diharapkan. Bahkan kadang ada celotehan sambil dibarengi tertawa di kalangan para aktivis persyarikatan bahwa majelis tersebut salah satu majelis air mata, kenapa ungkapan tersebut muncul?

Karena aktivitasnya terlihat secara faktual terkesan sangat konvensional-manual, nuansa orientasi materi pun seolah sesuatu yang tabu, dan juga di struktur kepengurusannya diisi rata-rata generasi tua. Padahal sebetulnya majelis tersebut busur dan panah utama dalam menyebarkan paham Islam yang dikembangkan Muhammadiyah. Semakin banyak busur dan panah maka akan semakin cepat gerakan ekspansi gerakan dakwah amar maruf nahyi munkar di berbagai titik zona dakwah Muhammadiyah.

Majelis tabligh kurang diminati generasi muda, menjadi catatan serius bagi penggerak organisasi persyarikatan Muhammadiyah. Kasus-kasus masjid Muhammadiyah diambil alih pengurusan dan takmirnya oleh pihak lain yang tidak menyebarkan paham Islam yang dikembangkan oleh perayarikatan.

Jangan salahkan mereka, melainkan warga persyarikatan harus sadar diri untuk segera mengambil langkah cepat melakukan revitalisasi mubaligh Muhammadiyah yang lebih menarik dan acceeptable di masyarakat Islam. Jauh dapat diterima paham Islam Muhammadiyah, ketika mubalighnya tidak menyampaikan secara baik dan benar. Masyarakat hari ini butuh sentuhan-sentuhan wawasan Islam yang menyegarkan, mengasyikkan, dan memberi solusi. Bukan banyaknya menyampaikan dalil-dalil nash, melainkan satu dalil diuraikan menjadi banyak solusi dalam hidup.

Tajdid atau modernisasi gerakan tabligh harus ada mapping zona dan titik dakwah, kaderisasi mubaligh yang kreatif dan inovatif dalam bertabligh harus di perbanyak, dan juga data-data area pembinaan pun harus di miliki atas dasar hasil identitifikasi dan investigasi yang akurat dan valid. Model dan pola dakwah ada modernisasi, sekalipun mamusia saat ini polpulasinya sangat banyak, namun responsipitas beragama semakin sedikit. Tantangan global sangat terasa, digitalisasi pelayanan publik kian hari semakin agresif dan masif. Pun sama, hampir bisa di katakan benar bahwa masyarakat saat ini lebih suka mendapatkan wawasan keagamaan langsung dari media digital.

Para ustadz, kiai, ulama, serta cendekiawan tidak bisa berkata apa-apa selain mencoba bertransformasi ke media digital, baik itu media sosial maupun media online lainnya. Hanya yang harus ditampilkan memang butuh kreativitas dan inovasi kekinian.

Dulu mendengar radio dan relevisi berbagai siaran ditampilkan dan membaca koran dan majalah setiap hari, pekan dan bulan depan halaman rumah. Saat ini semua bangun tidur sudah disuguhi berbagai informasi dari belahan dunia tiap detik setiap saat melihat handdphone, smartphone, dan android. Dakwah hari ini memang benar-benar harus ada modernisasi berbagai sektor, yang paling utama kaderisasi mubaligh muda berkemajuan yang menarik nan ciamik.

Gerakan kaderisasi mubaligh muda semakin tergerus oleh gerakan Islam salafi, ikhwanul muslimin dan sempalan lain. Tidak aneh, banyak aktivis rohis tingkat remaja di sekolah pada umumnya banyak dimanfaatkan oleh kelompok Islam sempalan yang lebih diterima kalangan muda remaja muslim.

Saat ini kita mengandalkan sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah dalam arena dakwah, namun itu pun sangat terbatas. Tampilan keberagamaan yang dimunculkan seolah hal biasa-biasa saja, kadang penerimaannya minus dan sangat tidak menarik.

Indikatornya sederhana, masifitasnya dakwahnya rendah dan setelah lulus lebih banyak tidak mengikuti dan kecenderungan memilih kembali ke paham keberagamaan saat sebelum masuk lembaga pendidikan Muhammadiyah. Jauh untuk menjadi busur dan panah Muhammadiyah, mengukuti saja pun enggan. Wallahu’ alam. (*)

Bandung, Nopember 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini