Muslim India Diteror, Kenapa Negara OKI Diam?

0
404
Sejumlah siswa muslim India turun ke jalan memprotes larangan berhijab di sekolah, (Foto Reuters)

Oleh: Ace Somantri *)

KLIKMU.CO

Beberapa tahun lalu, saya punya kenalan seorang kewarganegaraan berasal dari India. Dia seorang muslim mualaf dari Hindu, pendidikannya cukup tinggi: sekolah dasar hingga strata satu ditempuh di negaranya berasal.  Namanya Viky Melwani, lulusan bachelor manajemen bisnis dari India dan magister bisnis dari Kanada. Pernah beberapa waktu sempat berkolaborasi dalam proses perizinan edar produk kesehatan buatan USA, alatnya terbilang cukup canggih.

Saat itu, panggilan akrab selalu bilang Bang Viky dan dia cukup nyaman dipanggil nama tersebut. Pada suatu ketika beberapa kali pertemuan intensif membahas untuk mencari cara menembus ke Kemenkes untuk mendapatkan rekomendasi alat tersebut dapat izin edar di Indonesia. Sejak pindah domisili Bang Viky ke Garut, kontak dan komunikasi mulai berkurang. Sesekali sempat ada kontak via WA, namun seiring waktu semakin berkurang.

Bang Viky dalam waktu santai ketika beberapa waktu bercerita tentang dirinya kenapa ke Indonesia dan memeluk agama Islam? Seingat yang didengar kala itu, dia tertarik pada Islam karena umat Islam Indonesia ramah-ramah. Selain itu ketika melihat karakter umat Islam terlihat penuh kesederhanaan dan tidak ambisi kekayaan dengan cara meraih yang sewajanya, sementara sahabat-sahabat dia yang berkebangsaan India dan beragama mayoritas yang dianut di India, sikap dan perilaku dalam berbisnis menghalalkan segala cara. Kadang melakukan kecurangan dan ketidakjujuran menghiasi cara bisnis mereka.

Pada suatu ketika, Bang Viky ke India untuk menemui keluarganya di India. Sebagian besar keluarganya masih menganut agama mayoritas di India, namun tidak lama kembali ke Indonesia kangen dengan istri dan buah hatinya di Garut.

Saat itu gejolak tentang perbedaan agama di India belum sepanas saat ini. Mereka cukup adem ayem saling menghargai walaupun tidak senyaman toleransi di Indonesia, begitu kata Bang Viky. Beberapa peristiwa dalam media sosial terjadi gejolak sosial berbau SARA di India, umat Islam menjadi sasaran amuk masa kelompok agama mayoritas. Melihat dalam visual gambar di media sosial sangat memprihatinkan perlakuan yang sangat keji dan kejam terhadap umat Islam India diperlakukan beringas seperti binatang yang ngamuk pada musuhnya.

Ya Allah yaa rabb, engkau Maha Penolong, lindungi saudaraku seiman di negeri India yang tidak mendapatkan perlindungan dari negara, bahkan negara merancang undang-undang yang diskriminatif terhadap umat Islam India.

Benar kata Imam Syamsi Ali seorang imam besar Islam di New York yang menilai India sejak dipimpin oleh Modi, umat Hindu di India seperti mendapatkan legitimasi untuk melakukan tindakan-tindakan pelanggaran hak asasi manusia. Bahkan lebih parah lagi beberapa tokoh garis keras Hindu menyerukan untuk melakukan pembatalan pada umat Islam, ngeri sekali. Modi tidak menjalankan  sistem demokrasi yang berlaku di dunia, justru menjalankan demo crazy yang membabi buta.

Sayang seribu kali sayang, Negara-Negara OKI terlihat diam seribu bahasa, entah apa yang terjadi? Termasuk Negara Indonesia tidak melakukan pendekatan diplomasi untuk melakukan negosiasi pada pihak India untuk memberikan ruang gak asasi bagi pemeluk agama Islam di India.

Muslim India menjerit kesakitan, jiwa dan raganya terancam. Teror demi teror menghantuinya setiap saat, tanpa melakukan perlawanan fisik saja mendapatkan perlakuan diskriminatif, sempat viral seorang muslimah India tidak mendapatkan pelayanan ketika mengambil uangnya di bank India hanya karena memakai jilbab, yaa Allah yaa rabb lindungi mereka dari kejahatan terstruktur di India terhadap umat Muslim.

Bahkan, sempat beredar secara visual kepala orang terpenggal pisah dengan badannya, entah benar atau salah informasinya korabannya adalah orang Muslim India yang di bunuh secara keji dan kejam. Umat islam di Indonesia, semua berdoa agar peristiwa yang menimpa umat islam India segera berakhir dan terbentuk perdamaian yang abadi. Amin. (AS)

*) Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini