14 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Ngaji Dino Iki #844: Masa Lalu dan Masa Depan Seseorang

Kompasiana

Assalamualaikum w.w.

KLIKMU.CO

Bersama Ustadz Dr. Imam Syaukani, MA)*

“Respect. There are no good people who have no past. There is no bad person who has no future. Respect each other. Thereupon, istiqamah.”

(“Tiada orang baik yang tak punya masa lalu. Tak ada orang jahat yang tak punya masa depan. Saling menghargailah kita. Setelah itu, istiqamah.”)

Berprasangka baiklah kepada orang lain, terlebih kepada yang telah atau sedang memperbaiki dirinya.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

O ye who believe! avoid suspicion as much (as possible): for suspicion in some cases is a sin.

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa.

Yang dimaksud prasangka dalam ayat tersebut adalah larangan berprasangka buruk. Mafhum mukhalafahnya, kita boleh berprasangka baik.

Ingatlah, mungkin dahulu kita juga termasuk orang jahil, kurang adab dan kurang ilmu, lalu karena hidayah dan kehendak Allah swt kita bisa istiqamah dalam kebaikan.

Sufyan Bin Abdullah Ats- Tsaqofiy Ra, Ia Berkata:

عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ

Shahih Muslim 55: Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam suatu perkataan yang tidak aku tanyakan kepada seorang pun setelahmu.’ Beliau menjawab: ‘Katakanlah, ‘aku beriman kepada Allah’ lalu beristiqamahlah.”

Ingatlah pesan Imam Al-Ghazali:
“Jika engkau melihatnya masih muda, engkau mestinya berucap, ‘Maksiat orang ini pastilah lebih sedikit daripada diriku. Tentulah ia lebih baik daripada diriku’. Jika engkau melihatnya lebih tua, engkau mestinya berujar, ‘Orang ini sudah lama menyembah Allah. Tentulah ia lebih baik daripada diriku’. Jika ia alim, engkau mestinya berkata, ‘Orang ini diberi ilmu yang tidak aku miliki. Ia mencapai apa yang tidak kucapai dan mengetahui yang tidak kuketahui.’ Jika ia bodoh, engkau mestinya berkata, ‘Orang ini mendurhakai Allah karena tidak tahu. Sementara aku mendurhakai-Nya karena pembangkangan. Tindakan Allah atasku tentu lebih keras dan aku tidak tahu dengan kondisi apa Allah mengakhiri hidupku’.”

Semoga bermanfaat
Wassalamualaikum w.w.
Dari sahabatmu

Ustadz Dr. K.H. Imam Syaukani, MA Ketua Korps Muballigh Muhammadiyah (KMM) Kota Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *