Ngaji Reboan #47: Life Challenge & Future Projection

0
24
Ilustrasi republika.co.id

KLIKMU CO-

Oleh: Mahsun Djayadi*

Sebagaimana yang sudah pernah saya tegaskan pada tulisan-tulisan yang lalu, bahwa hidup ini tidak sepi dari permasalahan dan tantangan. Bahkan hidup itu sendiri sebenarnya adalah sebuah masalah. Jangan hidup kalau tidak mau menghadapi masalah. Orang yang tidak mau menghadapi masalah atau tantangan berarti dia telah mati sebelum waktunya.


Tantangan kehidupan sungguh sangat kompleks. Di antaranya yang dihadapi kaum millenial misalnya:
Masalah Penampilan yang berkaitan dengan harga diri. Hal-hal yang terjadi di masa remaja dan berpotensi menimbulkan permasalahan adalah perubahan penampilan, mengikuti trend mode tanpa mempedulikan kelayakan dari sisi agama, apalagi kemampuan finansial.


Masalah akademis, yakni kesempatan dan kemampuan, serta pola penggunaan waktu untuk belajar. Hal ini berkaitan dengan kehidupan komunitas yang sering mengganggu atau setidak-tidaknya menguras waktu sehingga hilang kesempatan untuk belajar.


Resiko Depresi. Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Para ahli psykologi menyatakan bahwa Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.
Seseorang yang depresi umumnya menunjukkan ciri-ciri psikologi dan fisik tertentu. Ciri psikologis orang yang depresi adalah rasa cemas dan khawatir yang berlebihan, emosi yang tidak stabil, serta rasa putus asa atau frustrasi. Sementara itu, ciri-ciri fisik pada seseorang yang depresi adalah selalu merasa lelah dan tak bertenaga, pusing dan nyeri tanpa penyebab yang jelas, serta menurunnya selera makan.


Banyak penyebab depresi antara lain: Peristiwa traumatis (pernah nyaleg tetapi tidak lolos, Tekanan batin, misalnya karena masalah keuangan atau masalah rumah tangga, dan Pola pikir yang salah.
Masalah percintaan. Biasanya para millenial mengalami “cinta pertama” dalam hidupnya. Ketika suatu saat cintanya diputus secara sefihak batinnya menjadi berontak (ingat lagu tenda biru Desy ratnasari) Tak sengaja lewat depan rumahmu, Ku melihat ada tenda biru, Dihiasi indahnya janur kuning, Hati bertanya, “Pernikahan siapa?”, Tak percaya, tapi ini terjadi, Kau bersanding duduk di pelaminan, Air mata jatuh tak tertahankan, Kau khianati cinta suci ini, Tanpa undangan, diriku kau lupakan, Tanpa putusan, diriku kau tinggalkan, Tanpa bicara, kau buatku kecewa, Tanpa berdosa, kau buatku merana, Ku tak percaya, dirimu tega, Nodai cinta, khianati cinta.


Kecanduan Gadget. Kemajuan medsos yang luar biasa saat ini terutama lewat gadget (HP) diakui atau tidak telah menimbulkan terjadinya pergeseran pola pikir anak termasuk remaja millenial. Apa yang pernah dikatakan oleh Dahlan Iskan memang ada benarnya, bahwa sebuah kebenaran yang selama ini dibangun di atas fakta, nantinya akan bergeser ke arah “Kebenaran baru” yang dibangun di atas persepsi, sehingga akan muncullah “kebenaran relativ” dan itu adalah salah satu efek gadget.


Memproyeksikan hidup ke masa depan:
Setelah kita tahu bahwa tantangan dalam kehidupan adalah suatu keniscayaan dan sangat kompleks, maka perlu ada langkah-langkah konstrutif mengantisipasi berbagai tantangan tersebut. Itu harus dilakukan dan dimulai dari diri sendiri. Allah mengisyaratkan kita dengan firmannya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hasyr: 18).


Dalam tafsirnya Sulaiman al-Asyqor (fathul qodir) menjelaskan makna ayat 18 dari surat al-hasyr: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ اتَّقُوا۟ اللهَ (Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah) Yakni berhati-hatilah terhadap azab-Nya dengan menjalankan apa yang Allah telah perintahkan dan meninggalkan apa yang Dia larang.


Kemudian وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ (dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)), Yakni hendaklah kalian mencermati amalan apa yang kalian siapkan untuk hari esok (masa depan), termasuk hari kiamat. Ada beberapa langkah konstruktif merajut masa depan yang lebih baik, antara lain:
Mau berubah. Maksudnya berubah ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini harus dimulai dari Mindset (daya pikir kita). Hindarkan diri dari hidup di “zona aman” tetapi status quo, sehingga menerima nasib apa adanya. Hal ini fatal karena tidak sesuai dengan peringatan Allah:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS Arra’du ayat 11).


Jadikanlah tantangan sebagai peluang dan bukan sebagai hambatan. Berfikirlah yang positiv, jangan menjadi orang yang suka mengeluh, pessimistis, apalagi mudah putus asa menghadapi persoalan.
Memulai dengan tindakan nyata (Action). Bukankah sudah ada sebuah pepatah mengatakan “ مَنْ جَـدَّ وَجَـدَ“ barang siapa bersungguh sungguh maka dia akan menemukan hasilnya. Dan juga “مَـنْ سَـارَ وَصَلَ“ barang siapa yang berjalan maka dia akan sampai tujuan. Di dalam hidup ini tidak ada yang namanya “Kegagalan”, yang ada adalah kata “belum berhasil”, atau kesuksesan yang tertunda.


Sadarilah bahwa ada kemudahan bersama kesulitan. Allah menegaskan: “فَإنَّ مَعَ العُـسْرِ يُسْرًا إنَّ مَعَ الـعُسْـرِ يُـسْـرًا” Maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada banyak kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (Al-Insyirah ayat 5-6).


Kata “Al-‘Usri” itu bentuk makrifat, bisa disebut satu kesulitan. Sedangkan kata “Yusron” itu bentuk nakiroh, bisa disebut banyak kemudahan. Jadi sebenarnya untuk menghadapi satu kesulitan sudah tersedia berbagai alternatif jalan keluar menuju solusi atau kemudahan.


Fondasi bathiniyyah seseorang yakni “Taqwa” kepada Allah harus selalu dipupuk terus menerus. Taqwalloh merupakan buah dari aqidah atau keimanan yang teguh.
Allah menegaskan dalam firmannya:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجۡعَل لَّهُ ۥ مَخۡرَجً۬ا (٢) وَيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌ۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦ‌ۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدۡرً۬ا (٣)
Artinya: Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya diberi-Nya kelapangan dan diberi-Nya rezeki yang tidak diduga-duga. Siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya dijamin-Nya, sesungguhnya Allah sangat tegas dalam perintah-Nya dan Dialah yang mentakdirkan segala sesuatu. (QS At-Tholaq ayat 2-3).

Nashrun Minalloh Wa Fathun Qoriib.

*Direktur Ma’had Umar bin Khattab UMSurabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini