Nusantaraisasi, Upaya Lepas dari Pola Pikir Kolonial

0
13
Prof Mohammad Reevany Bustami PhD (empat dari kanan) menjadi narasumber Kuliah Tamu Internasional Prodi Sosiologi UMM. (Lintang/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Program Studi Sosiologi UMM mengadakan Kuliah Tamu Internasional bersama Prof Mohammad Reevany Bustami PHD, Selasa (14/5/2024). Sebelumnya, Prof Mohammad Reevany Bustami juga telah memberikan kuliah di Program Studi Sosiologi pada tahun 2019 dan kembali memberikan kontribusi dalam kuliah tamu internasional tahun ini.

Kuliah Tamu Internasional ini mengangkat tema Nusantaraisasi: Membangkitkan Ilmu Sosial Nusantara. Kegiatan ini diadakan di Aula GKB 4 lantai 9 serta dihadiri oleh seluruh mahasiswa sosiologi angkatan 2020, 2021, 2022, dan 2023.

Wakil Dekan I FISIP UMM Najamuddin Khairur Rijal SIP MHubInt dalam sambutannya menekankan dukungan secara penuh terhadap kegiatan ini. Ia berharap agar kegiatan ini dapat memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap Nusantaraisasi dalam konteks ilmu sosial. 

Sementara itu, seminar internasional ini dipandu langsung oleh Ketua Program Studi Sosiologi Luluk Dwi Kumalasari MSi.

Prof Mohammad Reevany Bustami PhD dari Universiti Sains Malaysia menjadi narasumber tunggal. Dalam paparannya,  ia memberi penjelasan mengenai pentingnya ilmuwan sosiologi untuk memahami kekuatan Nusantara dan penting untuk mentransformasikan ilmu sosial Nusantara berbasis jati diri.

“Pentingnya Nusantarisasi agar kita berhasil melepaskan diri dari pengaruh paradigma kolonial. Kita akan bisa menggunakan potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk melihat dan memahami dunia dengan sudut pandang dan konstruksi berpikir kita sendiri,” tuturnya.

Dengan demikian, kita bisa menggunakan pikiran, bahasa, kebijaksanaan, dan warisan budaya kita untuk lebih baik memahami realitas yang ada dan menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Di sisi lain, harus tetap berhubungan harmonis dengan dunia di sekitar kita tanpa terjebak dalam pandangan penjajah.

“Dengan demikian, konsep Nusantaraisasi bukan sekadar wacana, tetapi juga merupakan panggilan untuk memperkokoh identitas dan kekuatan kolektif bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global. Dengan melepaskan diri dari pengaruh kolonial, kita dapat menggali potensi yang ada dan membangun pemahaman serta solusi yang autentik sesuai dengan realitas dan nilai-nilai lokal sehingga tetap menjaga harmoni dengan lingkungan sekitar,” pungkasnya.

(Lintang/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini