Rocky Gerung dan Pendidikan Demokrasi Sehat

0
127
Rocky Gerung dan Pendidikan Demokrasi Sehat. (Foto Beritasatu.com)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Viral dan menjadi bahan perbincangan di berbagai jenis macam media. Pembicaraan dan narasinya selalu ditunggu para subscriber dan follower di media sosial. Dalam media televisi mainstrem sudah tidak banyak tayang, konon kabarnya tidak diperkenankan. Bahkan acara ILC di TVone yang banyak menarik perhatian sudah lama tidak tayang lagi karena dapat teguran dari sang empunya media.

Narasi-narasi hal ihwal isu-isu politik kebangsaan tidak berhenti, sekalipun dicekal tayang di berbagai media mainstrem. Media sosial dengan akun channel yang dimiliki oleh penggerak akal sehat terus tayang berbagai tema. Malahan saat ini sudah berkeliling road to campus atas undangan dari organ-organ mahasiswa. Berbagai acara terbuka di kampus tak pernah sepi dan kosong peserta yang hadir, pasalnya sangat ditunggu kehadirannya. Dari pantauan yang ada, para followernya pun dominasi generasi milenial.

Kehadiran kritikus dengan trademark akal sehat terus menghiasi layar kaca media sosial. Banyak pihak yang tersinggung, bukan hanya para birokrat dan pejabat politik yang kepanasan, melainkan juga berbagai kalangan pun terkena sindiran, termasuk lingkungan akademik dunia kampus.

Alasannya secara faktual menurut Rocky Gerung sistem pendidikan di Indonesia kecenderungan tidak membangun akal sehat, melainkan menciptakan para pemuja harta dan jabatan. Sebagian kritikus lain pun mengamini bahwa pendidikan di Indonesia pada umumnya berorientasi bukan menciptakan generasi akal sehat yang kritis.

Hal tersebut terlihat output dan outcome pendidikan Indonesia hanya menjadi buruh dan para pencari kerja berprofesi mengabdi sebagai hamba-hamba negara dan kaum borjuis. Kegiatan tersebut bukan sesuatu yang salah, namun sebaiknya gagasan lebih update dengan perkembangan dunia dan dibuat dalam rencana strategis yang terukur.

Publik sudah jemu terhadap dinamika bangsa dan negara, karena berbagai persoalan yang muncul di permukaan dan berdampak buruk atau tidak baik pada kehidupan masyarakat. Mentalitas dan karakter rakyat atau masyarakat dibentuk dengan situasi, kondisi, dan lingkungan yang tidak seimbang antara yang sebaiknya dan seharusnya dengan implementasi yang dijalankan.

Fakta dan realitasnya terdapat dalam implementasi kebijakan-kebijakan negara menunjukkan indikasinya buruk dan tidak berkeadilian. Jikalau dibiarkan tanpa ada yang mengingatkan, dikhawatirkan ketika kebijakan tidak prorakyat dan juga tidak berkeadilan dengan langkah-langkah yang dilakukan dianggap benar keberadaannya. Hal itu berbahaya terhadap keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena sendi-sendi demokrasi terganggu hingga membuat kaku dan statis yang diakibatkan lemahnya pembuluh darah dalam menggerakkan anggota tubuh bangsa dan negara.

Kondisi bangsa semakin memprihatinkan, peta ekonomi terlihat buram, dinamika sosial politik dirasa semakin kusut tak karuan dan suramnya jaminan keamanan dan pertahanan, baik internal maupun eksternal. Identitas dan jenis kelamin negara dalam percaturan dunia hanya menjadi guyonan negara lain, hingga tak dianggap bangsa dan negara yang berdaulat.

Wajar saja sosok Rocky Gerung terus menggonggong tak berhenti, suaranya mengingatkan dengan berbagai bahasa dengen idiom-idiom dan istilah yang menusuk jantung. Bahkan kata-katanya sangat memekakkan telinga, bagi yang tidak paham istilah dan ungkapan yang disampaikan pasti sangat menjengkelkan. Orang-orang Sunda menjustifikasi sikap dan gaya sosok RG orang ceplas-ceplos yang lebih jauhnya dianggap orang seenaknya berbicara “abong biwir teu wengku, letah teu tulangan” begitu kata pribahasa Sunda.

Terlepas anggapan tersebut disematkan, kehadiran narasi kritiknya bukan dianggap nutrisi, melainkan dianggap racun berbisa berbahaya bagi yang tersinggung dengan ungkapan dan perkataannya. Selain kalimat dan bahasa yang kerap kali mengkuliti pejabat dan bitokrat, namun juga menambah kosakata narasi-narasi politik kebangsaan lebih mendalam.

Dengan lontaran kata-kata “Presiden Dungu atau Bajingan Tolol” atau apa pun kalimatnya yang diungkapkan, sebenarnya hal tersebut menandakan bentuk penegasan bahwa Presiden mendengarkan tapi tidak mau mendengar, justru sebagai pembuat kebijakan malah terus-menerus melahirkan kebijakan tidak menggubris masukan dan saran rakyat. Sikap mendengar tapi tak mendengarkan dan  “mencla-mencle” itulah kemudian Rocky Gerung menegaskan dengan kalimat tersebut.

Boleh dikata apa yang disampaikannya merupakan bahasa lain kritik kejujuran, bukan bahasa jilatan penuh puja-puji. Sangat berbalik arah dengan para pelapor Rocky Gerung yang memuja-memuji Presiden yang tidak menanggapi serius kasus tersebut dengan sosok Presiden dianggap “Manusia setengah Dewa”. Hal tersebut berlebihan juga sandiwara dan drama yang dipertontonkan. Kalimat itu dapat dikatakan bahasa jilatan seorang penjaga rumah majikan yang saban hari diberi makan dan minum, saat ada yang mengganggu majikannya mereka membelanya. Wajar mereka membelanya, karena memang kerjaan utamanya berbuat seperti itu.

Layar kaca media sosial terus-menerus tidak berhenti menayangkan berbagai narasi yang menjelaskan apa sebenarnya terjadi. Sosok Rocky Gerung yang banyak followernya karena dianggap yang menggantikan fungsi anggota parlemen yang duduk di gedung megah istana dewan perwakilan Senayan. Sampai-sampai ada masa bayaran 100 ribuan menyerang rumah kediaman Rocky Gerung untuk mempengaruhi publik dan pihak berwenang, bahwa tindakan yang dilakukan Rocky Gerung melanggar hukum dan norma.

Di sisi lain terdapat banyak kelompok masyarakat dengan entitasnya ramai memperbincangkan pemakzulan Presiden Jokowi karena dianggap sudah melanggar konstitusi negeri. Anehnya memang, anggota parlemen tidak masif menyikapi berbagai kebijakan pemerintah. Apa yang disuarakan Rocky Gerung seharusnya disuarakan oleh para anggota parlemen yang begitu banyak berjubel di gedung megah nan mewah. Mereka dibayar puluhan juta dengan tunjangan hidup lainnya bersumber dari pajak darah rakyat. Benarkah ini pertanda bangsa dan negara dalam ikatan jajahan gaya baru, birokrat eksekutif dan legislatif menikmati kue-kue efek dari kebijakan pemerintah?

Berbagai laporan dilayangkan, Rocky Gerung tak bergeming atas tuduhan yang disangkakan. Malahan dia berujar, tidak akan pernah behenti untuk terus mendidik demokrasi para generasi. Apa yang dilakukan olehnya, para followernya justru mendukung penuh antusias serasa suaranya dapat diwakili. Terlebih saat demonstrasi buruh dan mahasiswa tanggal 10 Agustus 2023, sosoknya menjadi artis dan pemain utama dalam panggung aksi yang digelar depan gedung legislatif Senayan Jakarta dan sekitarnya.

Gelombang dukungan kepada Rocky Gerung terus mengalir, sosoknya menggantikan tokoh-tokoh pergerakan dan akademisi yang makin hari semakin redup. Para penggerak keadilan semakin hari kian tak terlihat, sangat mungkin kematian demokrasi hari ini sudah dekat bahkan mungkin sudah dianggap mati. Napas demokrasi terengah-engah, suara demokrasi sudah tak berbunyi, dan anggota tubuh demokrasi sudah layu tak berdaya lemas bak kapas terkena air.

Demokrasi tidak boleh mati, suara rakyat suara Tuhan bukan hanya slogan semata. Kedaulatan rakyat bukan hanya ada dalam kata-kata, seharusnya menjelma dalam kebijakan negara berpihak pada rakyat. Ratusan hingga ribuan triliun raib menguap entah ke mana, demokrasi dicuri untuk kepentingan konglomerasi. Wajar Bung Rocky Gerung menyebut Presiden Bajingan Tolol, karena nyaris tak ada satupun kebijakan strategis benar-benar membangun bangsa dan negara untuk rakyat jelata, malah berpihak pada orang-orang pemilik harta yang kaya raya. Jurang pemisah semakin menganga antara negara dengan rakyat. Hal itu dipisahkan oleh kebijakan-kebijakan yang dungu kalau pakai istilah Bung Rocky Gerung.

Semua perusahaan milik negara puluhan sudah gulung tikar, entah dipaksa bubar atau memang sudah layak mati bubar karena selalu rugi dan rugi karena dikorupsi. Rakyat pemilik syah secara substansi, namun tidak pernah dan mungkin tidak akan pernah mengetahui apa yang dimiliki perusahaan yang sahamnya dominan milik rakyat. Yang ada listrik naik, BBM naik, dan jalan tol pun milik negara ikut naik. Semuanya bohong untuk rakyat, yang ada negeri ini sumber daya alam dan yang lainnya diangkut ke negara yang menggadai negeri ini, Rocky Gerung kami tetap menunggu narasi kritismu. Wallahu’alam. (*)

Bandung, Agustus 2023

Ace Somantri, dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini