Solusi Pendidikan Muhammadiyah Mengatasi Darurat Literasi

0
37
Solusi Pendidikan Muhammadiyah Mengatasi Darurat Literasi. (Ilustrasi madrasahdigital.co)

Oleh: Andi Hariyadi

KLIKMU.CO

Dampak penjajahan kolonial Belanda kepada bangsa Indonesia yang sudah 77 tahun merdeka sebagian masih terasa, khususnya masih rendahnya kemampuan literasi. Sebagaimana dipaparkan UNESCO bahwa minat baca Indonesia berada pada level bawah, yakni 0,001 persen. Berarti hanya terdapat satu dari 1.000 orang.

Meski sempat dikritisi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), data ini semakin membuka kesadaran kita sebagai anak bangsa untuk lebih meningkatkan perannya dalam penguatan literasi. Hal ini sungguh merupakan persoalan serius untuk kemajuan dan kejayaan bangsa, baik di masa kini, apalagi di masa depan yang tantangan dan permasalahannya lebih kompleks.

Upaya penguatan literasi mencakup kemampuan membaca, menulis, dan memahami informasi lebih efektif dan konstruktif, bukan destruktif. Penguatan literasi diharapkan dapat menurunkan keadaan buta huruf, meningkatkan partisipasi masyarakat, membuka akses pengadaan buku sebagai literatur, serta memaksimalkan fungsi kelembagaan yang terkait literasi.

Paparan data tersebut bukannya membuat kita tersinggung malu akan capaian kinerja yang sudah dilakukan, apalagi  bertindak emosional dan tidak rasional, misalnya. Kredibilitas lembaga UNESCO tentunya selama ini tetap kita hargai, di samping lebih objektif tentunya.

Data tersebut bisa menjadi bahan koreksi bersama untuk menjadi yang lebih baik. Jika ada yang masih mempertanyakan akurasinya, itu wajar saja, tetapi setidaknya kita punya bahan untuk menyusun strategi guna penguatan literasi.

Pendidikan Muhammadiyah

Sejak awal berdirinya pada 18 November 1912 hingga saat ini, Muhammadiyah senantiasa berusaha melakukan penguatan literasi dalam bentuk meningkatkan kemampuan baca tulis melalui pendidikan. KH Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah paham betul atas beberapa persoalan bangsa sehingga sejak awal berdirinya Muhammadiyah hingga saat ini dan seterusnya nanti berusaha istiqamah berdakwah melalui pendidikan yang diharapkan menjadi bagian solusi atas kondisi darurat literasi.

Sekolah Muhammadiyah dan ketersediaan perpustakaan serta hadirnya pejuang literasi yang aktif memberikan edukasi yang tidak hanya pada siswanya, tetapi bersikap open kepada masyarakat setempat yang berdekatan dengan amal usaha Muhammadiyah. Sehingga setelah siswa pulang sekolah ruang kelas dan fasilitas perpustakaan bisa menjadi akses untuk penguatan literasi.

Beri kesempatan kepada warga sekitar untuk bisa memanfaatkan fasilitas sebagai upaya membuka akses literasi sekaligus numerasi. Sehingga keberfungsian AUM lebih ditingkatkan dan perjuangan tersebut juga bagian dari dakwah.

Berbagai amal usaha Muhammadiyah sebagai pusat layanan literasi untuk menuju pendidikan yang mencerdaskan dan mencerahkan tidak bisa dilepaskan dari upaya penguatan literasi. Proses mencerdaskan dan mencerahkan tidak sebatas kemampuan skill saja, tetapi lebih dari itu ada upaya penyadaran untuk  membangun cara pandang baru bahwa melalui penguatan literasi ada banyak hal yang bisa didapatkan untuk dikonstruksi sebagai bagian dari dakwah Islam dan beramal soleh. Sehingga penguatan literasi tidak sekadar ramai dalam wacana saja, tetapi dapat terwujud menjadi gerakan literasi.

Ada beberapa masukan sebagai upaya untuk turut berpartisipasi dalam menggerakkan dan menguatkan literasi. Pertama, pendidikan yang berkualitas, di antaranya ada kebijakan program layanan inovasi literasi sehingga tidak sekadar menuntaskan target capaian, tetapi diharapkan juga mampu mengembangkan keragaman potensi diri sehingga kemampuan literasi lebih fungsional.

Kedua, membangun sinergisitas akses untuk memperluas jaringan sehingga ketersediaan fasilitas yang menunjang literasi dengan memanfaatkan aspek digital. Ketiga, mendesain integrasi literasi dengan berbagai disiplin ilmu, mengingat tantangan ke depan membutuhkan kemampuan integrasi literasi sebagai upaya memberikan solusi.

Dakwah Muhammadiyah tidak sekadar ayatisasi, tetapi lebih jauh mampu menguatkan literasi dan integrasinya. (*)

Andi Hariyadi
Pendidik, Ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini