Tantangan Pola Dakwah Baru Indonesia di Mata Antropolog

0
12
Antropolog Monash University Julian Millie mengisi FGD di UM Bandung. (Humas UM Bandung/KLIKMU.CO)

Bandung, KLIKMU.CO – Perkembangan ilmu dakwah di Indonesia, khususnya di lembaga yang berada di bawah Kementerian Agama, dibahas di forum focus group discussion (FGD) Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung). Acara berlangsung di ruang dosen lantai 1 UM Bandung pada Selasa (18/7).

Mengangkat tema ”Dakwah and The Archithecture of Higher Education in the Future”, antropolog Monash University Julian Millie bertindak sebagai narasumber.

Dalam paparannya, Julian Millie mengatakan bahwa dakwah di Indonesia saat ini memiliki konsep baru dalam pelaksanaannya. Konsep baru pelaksanaan dakwah itu melibatkan masyarakat dari berbagai kalangan.

”Kalau dulu pelaksanaan dakwah itu di masjid dengan para jamaah, sekarang audiensnya bisa mencakup warga dari berbagai kalangan,” ucap Julian.

Konsep baru dalam dakwah itu, menurut Julian, menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para dosen maupun ilmuwan, khususnya dalam bidang dakwah.

”Para ilmuwan dan dosen khususnya yang membidangi bidang dakwah harus menyesuaikan ilmunya dengan konsep baru seperti itu,” kata Julian.

Adanya audiens dari berbagai kalangan itu, menurut Julian, menjadikan para dosen maupun ilmuwan harus sadar akan adanya perbedaan pendekatan ilmu agama murni dengan ilmu lainnya seperti ilmu sosial.

”Kesadaran akan adanya perbedaan ilmu agama dengan ilmu lainnya itu menjadi syarat mutlak untuk mengembangkan dakwah menjadi lebih baik,” jelas pengajar Bahasa Indonesia di Monash University ini.

Dakwah Muhammadiyah

Terkait dakwah yang Muhammadiyah kembangkan selama ini, Julian menerangkan bahwa organisasi ini memiliki gagasan yang khas dalam menerapkan dakwah.

”Tidak hanya dakwah bil lisan, tetapi Muhammadiyah juga melaksanakan dakwah bil hal (dengan harta) yang tidak terbatas pada masyarakat,” ungkap Julian.

Julian menyinggung beberapa tokoh Muhammadiyah seperti Buya Hamka sebagai sosok yang luar biasa dalam melaksanakan dakwah.

Buya Hamka, kata Julian, merupakan sosok ulama yang bisa memproteksi beberapa tantangan dan pengaruh penjajah. ”Beliau bisa mengantisipasi beberapa tantangan yang dibawa oleh pengaruh penjajah dan perkembangan teknologi yang ada,” terangnya.

FGD ini diakhiri dengan tanya jawab antara peserta dengan Julian Millie. Hadir dalam acara ini rektor beserta wakil rektor UM Bandung, para dekan fakultas, kaprodi, dosen, mahasiswa, dan sebagian tenaga kependidikan. (FK/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini