Hari Anak Sedunia: Berperanglah Melawan Hawa Nafsu Keburukan!

0
6
Hari Anak Sedunia: Berperanglah Melawan Hawa Nafsu Keburukan! (Foto static.promediateknologi.id)

Oleh: Ace Somantri
Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

KLIKMU.CO

Saat dalam kandungan hingga lahir oleh ibunda, hampir semua manusia di dunia ini dipastikan tidak ingat dalam ruang ingatan visualnya. Kecuali saat-saat memasuki usia tamyiz (berproses fungsionalisasi akal sehat) di usia dasar yang menggemaskan. Keindahan masa kecil yang dirasakan pada umumnya anak di usia dasar tamyiz.

Rengekan dan tangisan anak-anak sering membuat jengkel orang tua, namun hal itu tidak masuk dalam ruang marah dan kedengkian. Namun, saat mereka dewasa dan memiliki rumah tangga, hal itu menjadi kenangan yang membuat jiwa dan raga orang tua kangen dan rindu. Ternyata rengekan menjadi bumbu keindahan dalam keluarga, tangisannya sebagai penyedap rasa yang membuat hidup dalam keluarga terasa suasana gurih walaupan sering membuat hati perih manakala belum dapat memberi permintaannya.

Awal memiliki dikaruniai anak, siapa pun sudah pasti sangat bahagia luar biasa. Bahkan andaikan ditukar dengan dikonversi kebahagiaannya dengan jumlah uang berapa pun tidak akan pernah mau. Begitulah kebahagiaan tidak ada harganya. Namun bukan tidak berharga, tetapi nilainya sulit diukur dengan angka uang, sebab rasa bahagia itu sebuah nilai psikologis manusia yang muncul dari dalam jiwanya yang paling dalam sedalam lautan samudra dan hal itu dapat dikatakan representasi aura nuansa kehidupan surgawi.

Terganggu jiwanya manakala seorang diberikan anak tidak bahagia karena menjadi beban, justru dengan kehadiran anak separuh kebahagiaan dunia ada dalam cengkeraman tangannya. Anak dalam bayangan kehidupan keluarga identik dengan matahari. Pasalnya, anak ini cahaya yang menjadi sinar kebahagiaan dalam keluarga yang mendatangkan energi positif, malah ada istilah di masyarakat bahwa banyak anak banya rezeki.

Memang tidak salah filosofi itu, karena setiap manusia yang lahir di dunia menurut orang tua dalam ajaran kemanusiaan dan kebudayaan bahwa dikenal masyarakat pada umumnya menjadi setiap yang dilahirkan sudah dipersiapkan pintu rezeki, kematian (pati), segala hal yang tiba datang pada diri kita dianggap membuat kita tak berdaya.

Termasuk tentang perjodohan pun dalam pasangan suami istri telah disediakan, manusia semuanya tinggal mengolah dan merekayasa sesuai keilmuan yang dimiliki. Hal itu bukan alasan mengada-ada semata, melainkan karena faktanya Allah Ta’ala telah menyediakan fasilitas umat manusia berpasang-pasangan. Pelengkap sekaligus penyempurna kebahagiaannya adalah anak-anak yang dilahirkan.

Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga telah mendatangkan energi, pancaran cahayanya menimbun kekuatan besar untuk keberlanjutan hidup manusia. Hal itu telah menjadi rangkaian satu mata rantai kehidupan di alam semesta. Ada hal yang menjadi catatan khusus bagi para orang tua, sesaat dalam faktanya kehadiran anak sangat bahagia luar biasa, namun dalam rentang waktu dan masa berikutnya tidak sedikit fakta menunjukkan kehadiran anak malah justru menjadi pemantik percikan api kecil gesekan pasangan suami istri. Hal itu biasanya sangat berkaitan dengan biaya operasional rumah tangga, andaikan sebelumnya hanya digunakan berdua setiap uang yang didapat, saat ketika anak hadir dan lahir tetiba harus dibagi lagi dengan anak, bahkan porsinya kadang lebih besar dari kedua orang tuanya.

Anak tetap anak, harus diyakini dia adalah pusat rezeki jikalau orang tuanya mampu berpikir dan berusaha keras. Tumbuh kembang fisik dan psikologisnya dikarenakan ada aliran nutrisi makanan yang mengalir masuk dalam tubuh berangsur secara bertahap membentuk tulang belulang dan daging. Dasar fisik sejak dari lahir tumbuh menjadi tamyiz, baligh, dan mukallaf dewasa hingga lanjut usia. Kontribusi jiwa, raga, dan harta telah menjadi bagian dari investasi dunia akhirat saat posisi berkhidmat penuh khusyuk membimbing dan mengarahkan pada anak-anak untuk menyongsong generasi ke depan lebih baik.

Mengubah “mindset” generasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tradisi dan karakteristik anak-anak di era global sangat sensitif dan cepat bosan. Daya dan kekebalan tubuh menghadapi realitas cenderung rapuh tak setangguh generasi 30-40 tahun yang lalu. Disadari betul, saat bangsa umat manusia di muka bumi kian semakin padat. Perangkat mesin pun menjadi kebutuhan sehari-hari sekelompok manusia yang disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Konsekuensinya secara tidak langsung mendidik generasi hari ini, bahwa segalanya semua dapat selesai dengan kinerja mesin.

Akhirnya ada dampak yang harus diterima oleh orang tua dan anak-anak kita. Rasa kangen dan rindu berat luar biasa di saat jarak jauh memisahkan anak dan orang tua. Hari ini dengan mesin rasa kangen cukup lewat layar kaca “realtime” kapan pun menghendaki selama kuota internet terisi. Jarak jauh  karena tempat studi lanjut di luar domisili tinggal anak suasananya tidak lagi seperti dahulu, apalagi komunikasi anak dengan orang tua selama ini kurang intensif dan akrab. Tampaknya tidak begitu membuat anak maupun orang tua rindu kangen untuk bersua berpelukan sebagai tanda melepas rindu.

Saat ini anak-anak ketika jauh dari orang tua, bukan karena anak yang menjauh, melainkan orang tua yang cenderung menjauh saking sibuknya bekerja setiap hari atau sibuk main smartphone dengan lincahnya jari telunjuk berselancar dalam dunia media sosial tanpa jeda waktu. Anak-anak usia dini pun sudah paham saat mengoperasikan perangkat teknologi digital. Maka konsekuensi dan risiko dari dampak yang tidak sedikit mendatangkan kemafsadatan bagi generasi, terlebih orang tua berbuat abai dan lost pengawasan pada anak usia sekolah terhadap penggunaan perangkat smartphone atau android.

Fakta dan realitas di depan mata tidak dapat dimungkiri bahwa era digital membuat ruang dan waktu menjadi medan pertempuran sikap memilih antara kebatilan dan haq dalam dunia virtual. Bagi orang baligh dewasa relatif mampu berusaha menyaring, sementara usia dini dan remaja sangat-sangat rentan terpapar gelombang informasi tanpa batas waktu.

Sangat berat dan mengalami kesulitan mengawasi anak-anak bermain game, bahkan dampak buruk pada anak tidak sedikit mengalami kecanduan. Pasalnya, dunia sekarang dalam kendali teknologi digital, bukan hanya anak-anak sudah masuk perangkap dunia maya. Semua kehidupan hampir dilayani dengan mesin teknologi sehingga peran-peran praktis manusia digantikan. Tidak terbayangkan bagaimana jadinya abad pascateknologi digital, apa yang akan mengganti ruang kosong kehidupan manusia. Saat ini manusia lintas generasi dipaksa, suka tidak suka harus menikmati dunia maya dan sedikit demi sedikit mengurangi dunia realitas, sehingga kebenaran pun didorong atas dasar fakta-fakta yang ada dalam dunia maya.

Anak-anakku, berperanglah kalian untuk menghadapi kebenaran semu dunia teknologi. Diakui atau tidak, suka ataupun tidak, semua kehidupan maya sudah menjelma menjadi alam nyata. Tantangan keburukan dan berbagai jenis kejahatan yang akan menghancurkan masa depanmu pasti berselancar dalam dunia nyata alam maya. Hati-hati penuh waspada, mesin digital tidak berdiri sendiri, melainkan hasil rekayasa dari kecerdasan buatan, sangat mungkin yang mengisi ruang mesin digital hanya berniat memperdaya manusia yang tak berdaya demi keuntungan semata tidak peduli apa yang terjadi di kemudian hari.

Kita manusia berpikir, mohon untuk tidak terkecoh, terbuai dan terlena akan pesan-pesan yang muncul dalam layar kaca smartphone dan android berada dalam genggaman tanganmu, anak-anakku. Percayalah yakinkan dalam hati sanubari bahwa kebenaran hakiki ada dalam ajaran Ilahi Rabbi yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Role model keteladanan hidup yang patut ditiru karena kesempurnaan moral, etika dan ahlaknya yaitu nabi akhir zaman Muhammad SAW. Hanya beliaulah di antara manusia yang peduli dan sayang pada umatnya di masa akhir zaman ini sehingga saat menjelang wafat hanya kata yang terucap: ummati…ummati…

Anak-anakku, kalian adalah generasiku, buatlah dunia ini adil dan beradab. Bangunlah tatanan hidup dan kehidupan dunia menjadi tuntunan makhluk penghuni saling mencintai dan saling menyayangi. Para nabi dan rasul serta manusia-manusia shaleh memberi isyarat bahwa zaman dan kehidupan masa depan penuh tantangan. Godaan demi godaan yang mendorong dan membawa keburukan cara-caranya lebih canggih. Begitupun kita sebagai umat muslim yang beriman harus lebih canggih membuat tameng untuk menghadapi ajakan dan serangan keburukan yang tak mengenal ruang dan waktu.

Tindakan nyata dan maya nyaris tak terlihat bedanya, kecerdasan buatan banyak menipu kasatmata hingga terpedaya olehnya. Anakku, kalian harapan agama, bangsa, dan negara. Karya-karyamu harus mampu mengubah dunia yang sebenarnya, bukan malah menjadi bagian kejahatan mereka. Tidak ada yang sehebat ajaran Ilahi, melainkan mereka adalah tipu daya angkara murka. Sujudlah setiap saat hingga masa tenggelam bersama raga. Hanya amal shaleh kita penyelamat hidup dunia dan akhirat. Wallahu’alam.

Selamat Hari Anak Sedunia 20 November 2023…

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini