Inilah Sejarah Lahirnya Kepribadian Muhammadiyah

0
34
Pak Je mengisi materi dalam Baitul Arqam Karyawan RS PKU Muhammadiyah Kota Surabaya di Pusat Dakwah Muhammadiyah Kota Surabaya. (Habibie/Klikmu.co)

Surabaya, KLIKMU.CO – Di hadapan karyawan RS PKU Muhammadiyah Kota Surabaya, Muhammad Jemadi menyampaikan materi tentang Kepribadian Muhammadiyah. Menurut Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya itu, Kepribadian Muhammadiyah adalah sebuah rumusan yang menguraikan tentang jati diri apa dan siapa Muhammadiyah. Kemudian, dituangkan dalam apa yang dikenal sebagai Matan Kepribadian Muhammadiyah.

Muhammad Jemadi menjadi salah satu narasumber dalam Baitul Arqam Karyawan RS PKU Muhammadiyah Kota Surabaya di Aula Pusat Dakwah Muhammadiyah Kota Surabaya, Jalan Wuni No 9 Surabaya, Sabtu (23/3/2024).

Pak Je, panggilan akrabnya, mengatakan, Kepribadian Muhammadiyah merupakan salah satu dari beberapa rumusan resmi persyarikatan yang disahkan oleh Muktamar Ke-35 Muhammadiyah tahun 1962 di Jakarta.

Menurut Pak Je, ada lima sejarah perumusan Kepribadian Muhammadiyah. Pertama, gagasan untuk merumuskan kepribadian Muhammadiyah, yaitu pada masa kepemimpinan HM Yunus Anis (1959-1960).

“Kedua, Indonesia memasuki demokrasi terpimpin atau disebut zaman Nasakom. Ketiga, Masyumi dibubarkan, PP Muhammadihah menyelenggarakan kursus di Yogyakarta pada Ramadhan 1381 H (1961 M),” katanya.

Keempat, lanjut dia, di antara penceramah adalah Kiai Haji Faqih Usman. Beliau menyampaikan ceramahnya dengan judul “Apakah Muhammadiyah Itu?”.

Kelima, respons atas ceramah Kiai Haji Usman tersebut, dibentuklah tim perumus Kepribadian Muhammadiyah yang terdiri dari Prof Dr Hamka, Kiai Haji Wardan Diponingrat, H Djarnawi Hadikusuma, HM Djindar Tamimy, HM Saleh Ibrahim, serta Kiai Haji Faqih Usman selaku narasumber.

“Fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah untuk menjadi landasan pedoman dan pegangan para pemimpin aktif aktivis dan anggota Muhammadiyah dalam menjalankan roda organisasi gerakan dan amal usaha agar tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar. Selain itu, tetap istiqamah kepada cita-cita dan perjuangan Muhammadiyah serta cara memperjuangkan cita-citanya,” tutur muballigh FIAD itu.

Pak Je berharap jangan sampai terpengaruh oleh paham-paham agama lain, ideologi-ideologi lain, aliran-aliran agama lain, gerakan-gerakan politik, gaya hidup, kebudayaan, dan peradaban nonmuslim serta cara berpikir nonmuslim seperti cara berpikir Barat populer liberal.

“Muhammadiyah adalah suatu Persyarikatan yang merupakan gerakan Islam. Maksud geraknya ialah dakwah amar makruf nahi mungkar yang ditujukan kepada dua bidang perseorangan dan masyarakat,” tegasnya.

Dakwah amar makruf nahi mungkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan. Yakni, kepada yang telah Islam bersifat pembaruan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam yang murni (umat ijabah).

Berikutnya kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam (umat dakwah).

Adapun dakwah amar makruf nahi mungkar pada bidang kedua ialah kepada masyarakat, bersifat perbaikan, bimbingan, dan peringatan.

“Dengan melaksanakan dakwah amar makruf nahi mungkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat  menuju tujuannya terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,” tandasnya.

(Habibie/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini