Menikmati Bagian Dunia dan Memperbincangkan Kebatilan, ibnu Taimiyyah

0
972

# Terjemah Iqtidho’ Shirot al-Mustaqim, ibnu Taimiyyah, hal. 83

“(keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi.” [at-Taubah 69]

Alloh Subhanahu wa Ta’ala (SWT) menggabungkan antara sikap menikmati bagian dunia, dengan sikap memperbincangkan kebatilan. Karena kerusakan dalam agama, baik yang terjadi lewat keyakinan atau memperbincangkan yang batil, atau terjadi lewat amal perbuatan yang berpedoman pada keyakinan yang salah. Yang pertama adalah bid’ah dan sejenisnya sedang yang ke dua adalah kefasikan amal dan sejenisnya.

Yang pertama adalah bid’ah1 lewat jalur syubhat2, sedangkan yang ke dua adalah kefasikan lewat jalur syahwat.

Oleh sebab itu para ulama as-Salaf selalu mengingatkan:

“Waspadalah terhadap dua golongan: Pertama, yaitu pengikut hawa nafsu yang telah diperbudak oleh hawa nafsunya, dan yang ke dua yaitu pecinta dunia yang telah dibutakan oleh dunianya.”

Mereka juga menyatakan:

“Waspadalah terhadap seorang ulama yang fajir (fasik/pendosa), dan ahli ibadah yang jahil (tanpa berilmu). Sesungguhnya bencana yang akan ditimbulkan dari keduanya adalah biang dari segala bencana. Yang satu menyerupai orang-orang yang dimurkai Alloh, dimana mereka mengetahui kebenaran namun tak sudi mengikutinya. Sedangkan yang lainnya menyerupai orang-orang yang tersesat, di mana mereka beramal tanpa landasan ilmu.

Alloh sendiri juga menceritakan sifat-sifat orang-orang yang bertaqwa dengan Firman-Nya:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. [as-Sajdah: 24]

Dengan kesabaranlah kita dapat meninggalkan gangguan syahwat. Dan dengan keyakinanlah kita dapat menolak syubhat.

Tersebut juga dalam hadits mursal dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam (SAW) bahwa beliau bersabda:

“Sesungguhnya Alloh menyukai orang yang dalam ilmunya lagi cermat ketika menghadapi perkara-perkara syubhat. Dan Alloh juga menyukai akal yang sempurna, ketika menyelesaikan tuntutan syahwat.”

Firman Alloh Subhanah:

“Dan kamu telah nikmati bagianmu” [at-Taubah 69]

Merupakan isyarat yang menunjukkan bahwa memperturutkan hawa nafsu adalah penyakit para pelaku kemaksiatan. Sedangkan Firman-Nya:

“Dan memperbincangkan (kebatilan) sebagaimana yang mereka lakukan …”

Yaitu penyakit para ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu serta para musuh-musuh Islam. Seringkali kedua penyakit itu berkumpul jadi satu. Jarang sekali kita dapati orang yang rusak akidahnya, namun kerusakan itu tak membekas dalam perbuatannya. Sedangkan al-Quran telah menegaskan, bahwa orang-orang (kafir) yang terdahulu, menikmati bagian mereka di dunia dan memperbincangkan kebatilan. Maka mereka sekarang juga akan mengikuti jejak orang-orang itu.

[Sekian]


[1] Perkara yang ditambah-tambah dan tidak ada dalil atau landasan hukumnya

[2] Perkara yang samar, tidak jelas halal dan haramnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini