Merindukan Abu Bakar Ash-Shiddiq

0
536
Ilustrasi Abu Bakar Ash-Shiddiq. (Detiknews)

Oleh: Bobi Puji Purwanto

KLIKMU.CO

Pada tahun 11 Hijriyah, manusia mulia sepanjang masa dan teladan bagi seluruh manusia itu wafat. Nabi Muhammad SAW wafat pada usia 63 tahun. Menjelang wafat, beliau menyebut ummati, ummati, dan ummati. Masya Allah. Beliau sangat mencintai umatnya. Kelak, beliau akan masuk ke surga bersama-sama dengan umatnya. Semoga kita bisa meneladani Nabi Muhammad SAW, masuk ke surga bersama-sama dengan beliau, dan gemar bersalawat kepadanya.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, kepemimpinan kaum muslimin saat itu kosong. Maka, para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Anshor bermusyawarah untuk memilih khalifah kaum muslimin yang tepat. Saat itu prosesnya cukup panjang. Kira-kira selama satu minggu, kata Ustad Budi Ashari dalam ceramahnya. Banyak perbedaan pendapat yang muncul. Tapi, perbedaan itu sudah biasa. Semua kaum muslimin berdiskusi dengan bijaksana.

Sampai akhirnya, terpilihlah Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama kaum muslimin. Masya Allah. Pilihan itu berdasarkan dari kedekatan Abu Bakar dengan Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar adalah sahabat yang paling dicintai Nabi SAW. Pernah jadi imam salat ketika Nabi SAW sakit. Beliau juga yang menemani hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Yastrib yang saat ini kita kenal dengan Kota Madinah Al-Munawaroh.

Ketika banyak dari sahabat yang hampir tidak percaya tentang peristiwa Isra Mikrajnya Nabi SAW, Abu Bakar justru sangat percaya dan membenarkannya. Bahkan, Abu Bakar pernah bilang ke Abu Jahal dan kelompoknya begini, “jika mata saya melihat tembok itu warna putih, lalu Nabi SAW bilang bukan putih, saya pasti percaya dengan Nabi SAW.” Masya Allah. Dari situ Abu Bakar mendapat gelar dari Nabi SAW sebagai Ash-Shiddiq (dapat dipercaya).

Baiklah, sekarang membahas karakter kepemimpinan Abu Bakar tentu sangat menarik. Dan kita semua sangat merindukan kepemimpinan itu. Pertanyaannya, karakter kepemimpinan apa saja yang kita rindukan dari sahabat mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq?

Pertama, keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam hadis yang diriwayatkan Al-Baihaqi, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat, akan lebih berat keimanan Abu Bakar.” Masya Allah. Ibarat sebuah pisau, ia akan selalu tajam dan tak akan pernah berkarat. Meskipun terkena hujan atau apa pun itu. Begitulah keimanan Abu Bakar yang Nabi SAW mengakuinya.

Kedua, dermawan. Sebelum menjadi khalifah, atau saat menjadi khalifah, Abu Bakar adalah sahabat yang sangat dermawan. Beliau tidak pernah perhitungan dalam menggunakan harta di jalan Allah. Beliau sangat gemar membebaskan seorang budak yang teraniaya. Misalnya Bilal bin Rabbah. Seorang budak dari Umayah bin Khalaf. Setelah Bilal bin Rabbah dibebaskan, dia menjadi muadzin bagi seluruh kaum muslimin saat itu.

Selain itu, Abu Bakar juga pernah menginfakkan seluruh hartanya pada saat Perang Tabuk. Masya Allah. Ketika Nabi SAW bertanya, apa yang akan kamu tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakar? Maka Abu Bakar menjawab, aku akan tinggalkan mereka Allah dan Rasulnya, wahai Nabi Allah. Masya Allah. Luar biasa.

Ketiga, sangat lembut. Saat itu, di bawah kekhalifahan Abu Bakar, pasukan kaum muslimin sedang berjihad di jalan Allah di bumi Syam dan Persia. Pasukan yang di Persia di bawah kepemimpinan Khalid Al Walid mendapatkan perintah dari pusat Madinah untuk membawa pasukannya ke bumi Syam. Yang ketika itu di bumi Syam ada sahabat mulia Abu Ubaidah Al Jarrah.

Sesampai di bumi Syam, Khalid Al Walid dan pasukannya termasuk pasukan yang lain dari Abu Ubaidah mampu membuka banyak kota-kota. Luar biasa. Nah, suatu waktu di saat kaum muslimin masih dalam kondisi berjihad, Khalid Al Walid meninggalkan pasukan ke Makkah. Niatnya baik, untuk berhaji. Tapi, Khalid Al Walid tidak izin. Kemudian, kabar itu sampai di pusat pemerintahan Madinah.

Respons apa yang muncul saat itu? Ada perbedaan pandangan yang terjadi antara sang khalifah Abu Bakar dan Umar Bin Khattab. Kedua sahabat Nabi SAW ini sangat luar biasa. Umar bin Khattab mengusulkan agar Khalid Al Walid dipecat. Karena dia sudah melanggar aturan dengan pergi tanpa izin dan sangat membahayakan pasukan muslimin. Tapi, usulan itu ditolak oleh Abu Bakar. Setelah itu Abu Bakar mengirimi surat ke Khalid Al Walid agar tidak mengulangi kesalahannya. Itulah karakter Abu Bakar.

Keempat, juga bisa tegas. Setiap kepemimpinan pasti ada tantangan dan rintangan. Pemimpin yang mampu menghadapi semua rintangan dengan selalu berserah diri kepada Allah SWT dan bijaksana adalah pemimpin yang hebat. Abu Bakar menjadi khalifah kurang lebih selama dua tahun. Saat kepemimpinannya, ada kelompok yang tak mau lagi tunduk kepada aturan Islam.

Dari situ, muncul kelompok yang tidak mau membazar zakat. Kemudian ada lagi kelompok yang mengaku sebagai Nabi. Abu Bakar sangat tegas dalam menangani masalah ini. Sehingga lahir perang Riddah. Perang melawan kemurtadan. Abu Bakar menunjuk Khalid Al Walid sebagai panglima. Dan apa yang terjadi? Persoalan yang terjadi bisa diselesaikan dengan baik. Luar biasa.

Jadi, itu adalah beberapa karakter kepemimpinan dari sahabat mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat kita rindukan. Meskipun masih banyak lagi karakter-karakter terbaik lainnya. Semoga kita bisa meneladani karakter kepemimpinan dari seluruh sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Insya Allah, jika kita bisa meneladani sahabat-sahabat mulia Nabi SAW, kita bisa menjadi pribadi yang selamat dunia dan akhirat. Amin.

Bobi Puji Purwanto
Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi PC Pemuda Muhammadiyah Wonokromo, Kota Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini