Perspektif Haidir #42: White Board dan Pelajaran Matematika

1
565
Foto pribadi

Oleh: Haidir Fitra Siagian *)

KLIKMU.CO

Sudah cukup lama ibunya anak-anak menginginkan adanya sebuah papan tulis atau white board di rumah. Sebenarnya sudah ada, tapi sangat kecil. Dia ingin yang lebih besar, yang berdiri.

Sudah pernah dia cek harganya di toko, $170 atau sekitar satu juta tujuh ratus ribu rupiah. Belum sempat dibeli karena satu dan lain hal. Padahal, papan tulis sangat penting dan banyak gunanya.

Apalagi selama dua bulan terakhir ketika anak-anak belajar di rumah. Dia juga bertugas menjadi guru pelajaran bagi anak-anak. Terutama dalam pelajaran matematika. Dua anak kami selalu minta diajari matematika kepada ibunya, bukan kepada saya.

Soal matematika, ibunya boleh dikatakan adalah kegemarannya. Saat masih SMA dua puluhan tahun lalu, dia pernah menjadi juara lomba matematika tingkat SMA se-Sulawesi Selatan mewakili Kabupaten Majene, saat itu masih masuk Provinsi Sulawesi Selatan.

Alhamdulillah, ternyata keinginan untuk memiliki sebuah papan tulis berdiri, untuk mengajar matematika bagi anak-anaknya, tercapai juga. Tak perlu dibeli. Justru hadiah Minallah. Gratis dan masih bagus, meski bukan baru.

Beberapa hari lalu, dalam grup JPI (Jamaah Pengajian Illawwarra) Wollongong, seorang teman mem-posting tawaran barang-barang bekas tapi mulus. Mulai meja kerja eksekutif, mesin cuci, pemanas ruangan, pemasak roti, white board, monitor, dan lain-lain. Dalam sekejap, teman-teman dari Indonesia pada mengirim pesan balasan, memesan beberapa barang tersebut. Saya pesan beberapa barang, ternyata sudah keduluan. Kecuali white board saja. Alhamdulillah, justru nyonyaku lebih senang mendapatkan papan tulis ini.

Kemarin siang saya sebenarnya akan diajak ke rumah pemilik barang tersebut untuk mengambil barang-barang berkenaan. Tapi saya tak sempat, karena sedang rekreasi di pantai Port Kembla bersama anak-anak. Akhirnya beberapa pengurus JPI yang pergi ke sana mengambilnya. Khusus papan putih jatah kami, juga diambil, lalu dititip di rumah teman.

Baru saja kami kembali dari rumah teman, tak jauh, kurang dari satu kilometer. Dan saat ini sudah terpasang di rumah. Sebenarnya saya akan rakit esok saja, karena masih capek. Tapi nyonya ingin melihat dan mencobanya. Dia senang karena akan memudahkannya mengajari matematika bagi anak-anaknya.

Semua barang-barang ini adalah dari seorang brother, pelajar internasional di University of Wollongong dari Arab Saudi. Dia akan pulang ke negara karena telah menyelesaikan studinya. Kemudian dia menawarkan semua barang-barang penting kepada sesama pelajar, termasuk kepada pelajar Indonesia.

Memang sudah demikian di sini. Biasanya jika ada pelajar yang sudah selesai studi dan akan kembali ke negaranya, barang-barang miliknya akan ditawarkan kepada siapa saja yang membutuhkan. Jarang ada yang menjualnya. Lebih banyak yang mewakafkannya kepada sesama pelajar lainnya. Demikian pula teman-teman dari Indonesia, melakukan hal yang sama. Bahkan di rumah kami, cukup banyak wakaf barang dari sesama pelajar. Barang bekas, tapi mulus pun bermutu.

Wassalam

Keiraville, 30/5/2020 jelang tengah malam

*) Dosen UIN Alauddin Makassar, aktivis Muhammadiyah, kini tinggal di Australia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini