Diskusi APIK PTMA soal Korona: China Disiplin, Malaysia Pejabatnya Serius, Indonesia Lebih Kompleks

0
774
Himawan Sutanto yang menjabat sebagai Kaprodi Ilmu Komunikasi UMM sekaligus ketua umum APIK PTMA saat mengikuti webinar. (Klikmu.co)

KLIKMU.CO – Sebanyak 124 akademisi ilmu komunikasi dari berbagai negara mengikuti webinar bertajuk Tata Kelola Komunikasi Hadapi Virus Corona Covid-19, Kamis (26/3/2020). Mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, China, dan Selandia Baru.

Webinar ini diadakan oleh Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (APIK PTMA) sebagai bentuk kontribusi keilmuwan asosiasi, institusi, dan individu akademisi ilmu komunikasi di lingkungan PTMA.

Empat pembicara utama mengawali diskusi webinar, yaitu Dr Rudianto (wakil rektor III Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara), M. Himawan Sutanto MSi (ketua umum APIK PTMA), Dani Fadhilah (mahasiswa doktoral Nanjing Normal University China, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan), dan Ayub Dwi Anggoro (kandidat doktor di Universiti Zainal Abidin Malaysia, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Ponorogo). Bertindak sebagai moderator adalah Dr Fajar Junaedi (dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

Dani Fadhilah menyebutkan, berdasar pengamatannya di China, masyarakat sangat disiplin ketika pemerintah mengumumkan terjadinya wabah korona. “Di China bahkan robot berteknologi kecerdasan artifisial dimanfaatkan untuk memonitor masyarakat yang berpotensi menyebarkan virus sehingga persebaran virus bisa diisolasi,”ujar Dani.

Sementara itu, Ayub Dwi Anggoro menyebutkan bahwa di Malaysia, otoritas pemerintah yang memberikan informasi tentang Covid-19 adalah para pejabat yang berkompeten dengan penerapan aturan dan hukum yang tegas. “Di Malaysia, pejabatnya sejak awal serius. Tidak ada pejabat pemerintah yang menjadikan korona sebagai joke dan guyonan,” kata Ayub.

Di Indonesia, menurut Rudianto, ada persoalan yang lebih kompleks. “Persoalan dan tantangan kita dalam menghadapi persebaran korona adalah sumber informasi yang berlimpah, kecepatan dan keterbukaan informasi, keberagaman budaya, serta latar belakang sosial ekonomi yang berbeda. Seharusnya kecepatan dan keterbukaan informasi dikelola dengan baik dalam hadapi korona,” jelas Rudianto.

Webinar ini diharapkan bisa ditindaklanjuti sebagai bentuk kontribusi keilmuwan akademisi ilmu komunikasi dalam beragam bentuk aktivitas lain, seperti publikasi. (*/Achmad San)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini