BACK TO QUR’AN

0
2240

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk dan pembeda, antara yang haq dan yang bathil.” (QS. Al-Baqarah 185)

Setiap menjalankan segala aktifitas, ada aturan yang harus diikuti. Apa itu di dalam keluarga, dalam berorganisasi, atau di dalam bermasyarakat. Begitu juga bagi manusia yang mengaku beragama Islam dan menyatakan diri beriman, ada aturan tertinggi yang harus dipatuhi dan tidak boleh diingkari. Aturan itu tertuang di dalam kitab suci Al-Qur’an.

Boleh dikatakan bahwa Al-Qur’an merupakan  standar operasional prosedur (SOP) bagi manusia. Artinya, semua manusia, terutama yang beriman akan menjalankan hidup dengan sempurna jika mengikuti prosedur yang ada di dalam Al-Qur’an. Sementara orang-orang yang mengaku beriman, tetapi menjauhi Al-Qur’an akan banyak mendapatkan persoalan.

Seorang ulama besar Moh. Iqbal mengatakan, ”Ambillah inspirasi dari Al-Qur’an! Jika kamu berhenti dari mengambil inspirasi Al-Qur’an, maka kamu akan digilas zaman.’” Ungkapan ini sangat realistis. Mengapa Al-Qur’an harus menjadi inspirasi dari setiap langkah manusia? Al-Qur’an adalah petunjuk, pembeda yang hak dan yang batil, obat hati penenang jiwa, cahaya dan penerang yang tak pernah padam, peraturan tertinggi dalam kehidupan. Pastinya Al-Quran adalah pedoman untuk keselamatan umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada satupun penjelasan di dalam Al-Qur’an yang meragukan. Semua mengungkapkan kebenaran, baik peristiwa masa lalu, masa kini, maupun peristiwa yang akan datang.

Namun kini, Banyak kendala yang bisa menjauhkan manusia dari kemauan untuk membaca dan memahami Al-Qur’an. Kesibukan dunia salah satu penyebab yang terjadi saat ini. Kesibukan orang tua tidak hanya lupa membaca Al-Qur’an, tetapi juga lupa mengontrol membaca Al-Qur’an untuk si buah hati. Begitu juga di sekolah, tampaknya target membaca Al-Qur’an masih diabaikan. Jangankan anak SD, anak SMP dan SMA saja masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Jika membaca saja masih tertati-tati, apalagi memahami dan mengaplikasi. Ini adalah persoalan penting yang perlu diseriusi.

Derasnya arus informasi media juga merupakan salah satu faktor penyebab, baik cetak maupun elektronik yang dapat semakin melemahkan minat membaca Al-Qur’an. Bayangkan, dalam 24 jam, anak-anak disuguhi acara yang menarik. Daya tarik tontonan kini menjadi tuntunan dan seringkali melenakan anak-anak dalam dunia yang jauh dari keinginan untuk mempelajari Al-Qur’an.

Hasil yang bisa dilihat di lingkungan sekitar adalah fenomena yang memprihatinkan. Dunia hura-hura, hiburan, dan kepentingan dunia telah membuyarkan impian orang tua akan lahirnya generasi robbani, generasi yang menjunjung nilai-nilai dalam bertuhan kepada Allah. Itulah generasi penyejuk jiwa, yaitu anak soleh dan solihah yang menjadi dambaan semua orang tua. .

Bulan Ramadhan yang diberkahi, dirahmati, dan diberi pengampunan oleh Allah seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh ummat Islam. Bulan yang dijanjikan oleh Allah dengan pelipatgandaan pahala seharusnya tidak disia-siakan. Bulan pencarian bekal untuk bulan-bulan selanjutnya harus diminij dengan sebaik-baiknya.

Bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur’an pertama kali diturunkan. Diturunkannya Al-Qur’an ini sebagai petunjuk agar manusia tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya ditinggal. Jika tidak dibaca, difahami, bagaimana mungkin bisa mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.

Semua rahasia kehidupan tertuang dengan jelas dan gamblang di dalam Al-Qur’an. Tidak ada satupun yang bertentangan dengan alur kehidupan manusia. Informasi tentang masa lalu dan masa yang akan datang terurai dengan sistematis. Isi kandungan yang begitu dalam serta keindahan bahasa tidak bisa terbantahkan.  Hal ini mestinya umat Islam dekat dengan Al-Qur’an dan bisa mengambil pelajaran dari isi yang ada di dalamnya.  Dalam urusan apapun, Al-Qur’an menjadi jawaban untuk mengetahui kunci kebenaran.

Al-Qur’an bagi manusia ibarat sumber kehidupan. Hati manusia akan hidup dengan subur manakala disirami terus dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Sebaliknya, hati akan sakit, bahkan  mati jika jauh dari Al-Qur’an.

Belum hilang dari ingatan kita, bagaimana Al-Qur’an dapat mencairkan kerasnya hati Umar bin Khottob. Dengan mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an langsung menyatakan diri masuk Islam. Kita juga melihat bagaimana tingkah pola Abu Jahal yang mencoba mengintip-ngintip rumah Rasulullah SAW, guna mencuri dengar Rasulullah membaca Al-Qur’an. Namun sayang, kesombongan Abu Jahal membuat hatinya keras dan mati. Meskipun takjub kepada keindahan dan kebenaran Al-Qur’an, kesombongannya tak mampu mencairkan hatinya. Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali harus kembali ke Al-Qur’an (Back to Qur’an).

Oleh : Ust. Drs. Najib Sulhan, M.A.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini